Transmigrasi Sang Mafia

Transmigrasi Sang Mafia

sudres

5.0
Komentar
306
Penayangan
30
Bab

Bagaimana jadinya jika seorang mafia wanita paling ditakuti di Eropa Timur-dingin, kejam, dan tak tersentuh-yang juga CEO dari kerajaan bisnis internasional, tiba-tiba mati dan terbangun dalam tubuh gadis SMA yang lemah, cupu, dan terus-menerus di-bully? Zaira Leonhardt, mantan mafia berdarah dingin, kini terbangun di tubuh Callista Renée, seorang gadis pendiam dengan kacamata tebal dan postur lemah yang selalu menjadi bahan tertawaan teman sekolahnya. Dari istana mewah ke kamar kecil berantakan. Dari mengendalikan dunia bawah tanah ke sekolah yang bahkan tidak tahu arti dari rasa takut. Tapi Zaira tidak pernah menerima kekalahan. Takdir boleh mempermainkannya, tapi ia akan membalikkan dunia. Dengan kecerdasannya, kemampuan negosiasi, dan intuisi predator yang terasah, Callista yang baru bukanlah mangsa. Dia akan jadi ratu. Tapi, bagaimana jika tubuh barunya menyimpan rahasia kelam? Dan bagaimana jika Kael Evandros, siswa populer yang tampak sempurna di permukaan, ternyata menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih gelap dari masa lalu Zaira sendiri? Mampukah Zaira menerima takdirnya, atau justru menghancurkannya demi menciptakan nasibnya sendiri?

Bab 1 Terbangun di Dunia yang Tak Dikenal

Zaira Leonhardt membuka matanya perlahan, merasakan sesuatu yang aneh dan asing. Dunia yang terlihat bukanlah dunia yang biasa ia kenal - bukan lagi ruang gelap penuh asap dan aroma darah, bukan pula kantor megah di gedung pencakar langit yang selama ini menjadi markasnya.

Di depan matanya terbentang langit putih dan suara burung berkicau yang menggema di telinga. Ia terbaring di atas kasur yang tipis dan kasar, di sebuah kamar kecil yang sempit dan berantakan. Dindingnya dicat dengan warna kusam, dan di sudut ruangan terlihat tumpukan buku pelajaran yang berserakan.

Zaira mengedarkan pandangannya dengan cepat, jantungnya mulai berdegup kencang. Apa yang terjadi padanya?

Sosok yang kini ia lihat di cermin kecil di dinding membuatnya terkejut - bukan wajah dingin dan tajam penuh luka yang selama ini ia kenal, melainkan wajah seorang gadis muda dengan kacamata besar, rambut hitam panjang yang kusut, dan mata yang tampak takut serta bingung.

"Ini... siapa aku?" pikir Zaira dengan suara hati yang bergemuruh.

Ia mencoba mengingat, tapi yang terlintas hanyalah ledakan, darah, dan suara-suara berbisik penuh ancaman. Namun, ada satu hal yang jelas - tubuhnya bukan miliknya lagi. Ia telah terperangkap dalam tubuh gadis lain, seorang gadis yang sangat berbeda dari dirinya.

Callista Renée. Nama yang asing bagi Zaira, namun menjadi identitas barunya. Gadis yang selama ini hidup dalam bayang-bayang dan tanpa keberanian. Lemah dan sering dijadikan bahan ejekan teman-teman sekelasnya.

Zaira tahu dia harus segera mengerti keadaan ini - tapi bagaimana? Dunia baru ini asing dan terasa seperti jebakan.

"Ini bukan mimpi," gumam Zaira. "Aku benar-benar hidup di dalam tubuh gadis ini."

Panik mulai merayapi pikirannya. Bagaimana bisa seorang mafia tangguh, penguasa gelap yang kejam, terdampar dalam tubuh seorang remaja lemah yang bahkan tak bisa melawan bully di sekolah?

Pukul delapan pagi. Suara dering alarm memecah keheningan kamar yang kecil dan pengap itu. Zaira perlahan bangkit, merasakan tubuhnya yang lebih kecil dan rapuh dibanding biasanya. Ia mencoba menggerakkan jarinya, merasakan sesuatu yang asing: rasa takut, cemas, dan lemah.

"Callista harus bangun," ucap Zaira pelan, mencoba menguasai ketakutannya.

Namun, langkahnya ke depan terasa berat. Setiap gerakan seolah mengingatkannya bahwa dirinya kini terkurung dalam dunia yang jauh berbeda. Dunia yang penuh dengan aturan yang tak pernah ia pelajari, di mana dia bukan siapa-siapa.

Di sekolah, hidup Callista memang penuh tekanan. Sejak pagi, tatapan sinis teman-temannya sudah menyambutnya. "Cupuuu!" teriak salah satu gadis dari sudut kelas, membuat tawa kecil pecah di antara mereka.

Zaira merasakan amarahnya memuncak, sensasi dingin yang dulu selalu hadir saat berhadapan dengan musuh. Tapi tubuh ini tak mampu untuk bertindak seperti dulu.

"Diam!" suara itu menggema dalam kepalanya, tapi ia hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajah di balik rambut.

Hari-hari yang selama ini dipenuhi hinaan dan rasa takut kini harus ia jalani, sementara di dalam hati yang lain, ada api kemarahan yang membara.

Sore hari di ruang kelas, saat pelajaran selesai, Zaira yang kini mengendalikan tubuh Callista merasakan sesuatu yang aneh. Seorang pria muda berjalan masuk - bukan murid biasa. Dia tampak tenang, tapi aura yang dipancarkannya membuat bulu kuduk berdiri.

Kael Evandros. Nama itu terdengar familiar di benaknya, walau ia tak tahu dari mana.

Kael adalah siswa populer yang tampak sempurna: tampan, kaya, dan memiliki karisma yang tak terbantahkan. Namun, Zaira merasakan sesuatu yang lebih gelap dari tatapan matanya. Sesuatu yang membuat darahnya mendidih, namun juga menarik.

Kael mendekati meja Callista, matanya menatap lurus ke arahnya.

"Callista, kau ikut aku," katanya dengan suara rendah dan penuh arti.

"Kenapa aku harus ikut kamu?" suara Callista terdengar lemah, tapi ada nada tantangan yang baru terasa.

Kael tersenyum tipis, penuh misteri. "Kau akan mengerti nanti. Jangan lari."

Zaira tahu itu bukan ancaman kosong. Ada sesuatu yang berbahaya tapi juga penting menanti di balik pertemuan ini.

Dengan ragu, ia mengikuti Kael keluar dari kelas, menuju parkiran sekolah di mana sebuah mobil hitam mengilap menunggu.

Di dalam mobil, suasana hening menyelimuti. Kael akhirnya membuka suara.

"Kau bukan gadis biasa, Callista. Aku tahu siapa kau sebenarnya... dan apa yang kau sembunyikan."

Zaira menahan napas, jantungnya berdegup cepat. "Apa maksudmu?"

Kael menatapnya dalam-dalam. "Tubuh ini... bukan tubuhmu. Aku tahu kau lebih dari sekadar gadis lemah yang semua orang kira."

Zaira terdiam, bagaimana Kael bisa tahu?

"Jika kau ingin bertahan hidup di dunia ini, kau harus belajar bertarung, bukan hanya dengan tangan, tapi juga dengan pikiran dan hati. Karena musuhmu jauh lebih berbahaya dari yang kau bayangkan."

Perjalanan baru itu dimulai. Dunia yang dulu Zaira tinggalkan sebagai ratu mafia kini harus ia taklukkan kembali dalam wujud yang jauh berbeda, penuh ketidakpastian dan bahaya.

Callista yang dulu lemah kini harus belajar mengendalikan dirinya, menghadapi musuh yang tak kasat mata, dan menerima kenyataan pahit: bahwa ia kini menjadi target dalam permainan yang jauh lebih besar dari sekadar sekolah dan ejekan.

Dan satu hal yang pasti - Zaira tidak akan pernah membiarkan takdir menaklukannya begitu saja.

Ketika mobil itu berhenti di sebuah gedung megah yang sama sekali asing, Kael menoleh dan berkata dengan suara dingin, "Ini baru permulaan, Callista. Kau harus siap kehilangan segalanya... bahkan dirimu sendiri."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh sudres

Selebihnya
Kau Tak Pernah Mencintaiku

Kau Tak Pernah Mencintaiku

Romantis

5.0

Aurora, gadis berusia dua puluh tahun, adalah perempuan berparas lembut dengan tatapan mata sejernih embun pagi. Ia menikah muda dengan Leandro Mahesa, pria kaya berusia tiga puluh tahun, pemilik ratusan hektar kebun kelapa sawit di Sumatera. Pernikahan mereka bukan karena cinta, tapi karena kesepakatan keluarga. Dari luar, hidup Aurora tampak sempurna. Semua kebutuhannya dicukupi-rumah mewah, perhiasan mahal, pelayan pribadi. Tapi di balik dinding megah rumah itu, Aurora hidup dalam kesepian dan keterasingan. Tugasnya hanya satu: melahirkan anak dan merawat mereka. Cintanya diabaikan, pendapatnya tak pernah didengar. Mertuanya, Ny. Diah, adalah sosok dominan yang selalu ikut campur bahkan dalam hal paling pribadi sekalipun. Adik iparnya, Nadira, gadis ambisius dan sinis, sering mempermalukannya di depan pelayan. Yang paling menyakitkan, Leandro tak pernah membelanya. Setiap ada masalah, Aurora selalu menjadi sasaran. Leandro lebih percaya pada ibunya, pada Nadira, pada siapa pun-selain Aurora. Namun badai sebenarnya datang saat seseorang dari masa lalu Aurora tiba-tiba tinggal di rumah itu. Ravela, kakak kandung Aurora. Wanita yang dulu menghilang tanpa kabar, kini kembali-bukan sebagai tamu, tapi sebagai "penumpang gelap" di rumah tangga adiknya. Ravela mendekati Leandro diam-diam. Dengan kecerdasannya yang memikat dan pembawaannya yang memesona, Ravela perlahan merebut perhatian pria itu. Aurora merasakan kehancuran yang perlahan namun pasti menggerogoti jiwanya. Dan di suatu malam ketika Aurora melihat bayangan Ravela keluar dari kamar Leandro, hatinya remuk. Ia tak lagi bisa membedakan mana luka, mana pengkhianatan.

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku