Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
RAHASIA TAKDIR
5.0
Komentar
70
Penayangan
5
Bab

Aruna Hardiyanti sudah lama berdamai dengan nasib. Gadis yatim piatu orang tua yang bersahabat dengan kesepian semakin menyerah dengan vonis penyakit mematikan. Ia menerima dengan pasrah, tanpa berharap keajaiban. Namun, manusia hanyalah manusia yang tak pernah kuasa dalam mengatur hidup dan matinya. Restu Wijaya, laki-laki dari masa lalunya yang selalu ingin deka dengannya, membuatnya lebih semangat dalam menjalani sisa usia, pikirnya. Siapa sangka keajaiban itu benar-benar datang. Di luar dugaan, penyakit yang selama ini mengintai Aruna mulai menghilang. Kesembuhan yang mustahil berubah menjadi kenyataan. Takdir kembali menunjukkan wajahnya yang tak terduga. Kali ini, bukan dirinya yang harus berhadapan dengan ajal, melainkan Nadya-sahabat terbaiknya, yang selama ini selalu ada di sisinya juga nenek yang selalu menjadi penyemangatnya. Aruna tersadar, manusia bisa berencana, bisa pasrah, bahkan bisa berusaha keras melawan takdir. Namun, tetap saja, segalanya berada dalam genggaman Sang Maha Kuasa. Ajal bukan sesuatu yang bisa diprediksi, seperti cinta yang juga datang di saat yang tak terduga. Karena hidup adalah misteri, dan takdir selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan arti kehilangan, keajaiban, dan cinta sejati.

Bab 1 Hasil pemeriksaan

Aruna duduk dengan gelisah di kursi pasien. Di sampingnya, Nadya, sahabatnya, terdiam mendengar penjelasan dokter dengan seksama. Dokter Hari berkali-kali membaca kertas hasil pemeriksaan Aruna siang tadi. Perlahan, dokter senior itu menatap Aruna dengan senyum, seakan turut prihatin.

"Nona Aruna, dari hasil pemeriksaan nona, kita menemukan adanya kanker payudara pada payudara sebelah kiri nona dengan ukuran lima cm!" Dokter itu menjeda sesaat lalu kembali meneruskan kata-katanya setelah menyerahkan kertas hasil periksaan. Gadis berlesung pipit itu menerima dengan ragu-ragu.

"Baru stadium dua, jadi jangan khawatir, kita upayakan bersama untuk kesembuhan, ya?" Lagi, dokter itu menatap Aruna sambil sesekali menaikkan kaca matanya.

Aruna terdiam. Menatap dokter tua itu dengan tatapan yang susah diartikan. Jantungnya seketika berdegup kencang.

"Kanker? di payudara kiri?" Aruna menatap Nadya. Gadis cantik itu tak lagi berkata-kata.

"Masih bisa sembuh kan dok?" Nadya mencondongkan tubuhnya. Gadis berjilbab marun itu, menatap Aruna dengan prihatin.

"Tentu saja. Banyak pasien kanker yang sembuh dan sehat kembali!" dokter itu tersenyum.

"Berapa persen keberhasilannya, dok?" Aruna menatap ingin tahu.

"Tingkat kesembuhan kanker payudara stadium dua cukup tinggi, apalagi jika ditangani dengan cepat dan tepat. Sekitar 90% hingga 93%!" dokter itu menatap aruna dan Nadya bergantian.

"Apalagi jika didukung dengan hidup sehat dan pengobatan yang tepat!" imbuh dokter itu sambil tersenyum.

"Jangan lupa untuk selalu positif thinking, karena kekuatan mental sangat penting dalam perjalanan ini. Jika kamu siap, kita bisa segera mulai pengobatan."

Mata Aruna mengembun. Meski ia tak siap dengan vonis itu, ia harus tetap menerimanya dengan lapang dada.

"Baiklah, dok. Akan saya pikirkan kelanjutannya. Saya permisi, terima kasih!"

"Jangan patah semangat ya!" Dokter itu menggenggam tangan Aruna dengan hangat. Gadis semampai itu mengangguk lalu berpamitan keluar ruangan. Nadya mengangguk lalu mengejar Aruna yang terlebih dulu menutup pintu ruangan.

Kedua gadis itu terdiam menyusuri koridor rumah sakit. Sesekali Nadya melirik Aruna. Tak lagi keceriaan di wajah Aruna seperti biasa dan Nadya memaklumi hal itu. Tak ada orang yang bahagia berseri jika ajalnya telah tampak di depan mata.

"Run?" Nadya menyentuh pundak Aruna pelan saat Gadis itu terhenti sejenak menatap ruang tunggu. Pasien dengan penyakit yang hampir sama. Wajah-wajah pucat mereka dan harapan tinggi untuk terus bisa bertahan, membuat Aruna tersenyum.

"Aku hanya yatim piatu, Nad. Jika aku mati tak akan ada banyak drama dan airmata. Tapi bagaimana dengan nenekku? Dia hanya punya aku di usia tuanya. Siapa yang akan menjaganya nanti?"

"Run!" gadis jebolan pondok itu terdiam. Meski dihatinya ada banyak dalil yang hendak diucapkan tetap saja Nadya tak mampu mengatakannya.

"Kita hanya perlu ikhtiyar, Runa!"

"Hem! Meski sudah terlihat hasilnya!" Aruna menjawab lemah.

"Runa, yakinlah. Ada banyak hikmah di balik setiap kejadian yang menimpa manusia!"

"Kau lihat mereka?" Aruna menatap Nadya lalu kembali menatap pasien-pasien poli Tulip dengan perasaan tak menentu.

"Allah menilai prosesnya, bukan akhirnya!" Nadya mendekat dan berdiri bersama Aruna. Aruna tak menjawab. Baginya percuma membantah Nadya. Gadis manis yang selalu membuat Aruna cemburu. Orangtua yang lengkap, kakak laki-laki yang menyayangi.

"Takdir memang kejam!" Aruna menggumam lalu kembali mengarahkan kakinya ke pintu keluar.

"Kayak judul lagu?" Nadya tersenyum menatap Aruna. Gadis manis itu kembali menghela nafas tapi ada doa yang dia panjatkan untuk sahabat tercintanya, doa terbaik yang hanya Nadya yang tahu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nada_Senja

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku