Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Gaun pengantin adat Sunda dengan bagian bahu yang terbuka melekat indah di tubuh mempelai wanita. Bibirnya merekah sempurna, tersenyum kepada siapa pun yang memandang. Pun kepada Lyla, perempuan yang tengah berdiri di seberang sana. Sang mempelai wanita mendapatinya menunduk sesekali sambil menghapus sesuatu di wajahnya.
Melihat hal tersebut, lantas sang pengantin memeluk erat lengan pasangannya. Ia amat bahagia karena lelaki yang kini resmi menjadi suaminya membalas pelukan itu dengan ciuman di kening.
Perempuan yang menatap sepasang pengantin dari kejauhan itu memukul-mukul dadanya yang sesak. Ia berpikir untuk pergi dari sana. Namun, bila ia melakukan hal itu, artinya ia kalah. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertahan menyaksikan kebahagiaan yang pernah ia rasakan lima tahun silam. Bedanya, dulu dirinyalah yang berada di sana bersama lelaki berparas rupawan itu. Bahkan tidak ada perubahan yang berarti di wajah lelaki itu setelah lima tahun berlalu.
“Kamu masih kuat, La?” tanya wanita dengan riasan yang mampu menutupi kerutan di wajahnya. Bibirnya tertarik ke sisi satunya.
“Mengapa, Bu? Apakah aku tidak boleh menyaksikan pernikahan suamiku yang kedua?” tanya Lyla dengan dada membusung. Perempuan yang mengenakan gaun putih selutut itu tidak kalah cantik dengan Amanda, madunya.
“Ingat, jangan buat kekacauan!” Ibu mertuanya memberikan peringatan.
“Apa yang Ibu lakukan di bawah sini? Seharusnya Ibu ada di pelaminan mendampingi putra kesayanganmu, Bu. Ah, ya, dan satu lagi, mantu kesayangan!” Lyla berkata sembari melipat kedua tangannya di dada.
Wanita tua itu tersenyum sinis. “Baiklah, aku akan ke sana dan berbahagia bersama mereka, keluarga kaya raya. Aku akan melihatmu dari sana, luntang-lantung seperti anak tersesat. Seharusnya kamu bersyukur, kamu pasti kena ciprat dari pernikahan Fariz dengan seorang anak orang kaya.”
Lyla dibuat gemas oleh ibu mertuanya. Ia berharap bisa melawan wanita yang kini berpakaian mewah. Rambut yang biasanya diikat asal, kini dihiasi sanggul. Bila sehari-hari wajah itu tidak pernah diolesi apa pun, kini riasan dengan tebal beberapa milimeter itu mampu mengubahnya seperti seorang ratu.
Sang mertua pun pergi meninggalkan anak mantunya sebelum pertengkaran benar-benar terjadi. Ia mengembuskan napas seraya melirik Lyla dengan ujung mata sipitnya.
Kini, wanita cantik berkulit putih dengan rambut berombaknya kembali sendiri. Lyla menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada satu pun yang ia kenal di antara para tamu undangan. Bahkan teman semasa SMA tidak ada yang hadir sama sekali. Ia mengembuskan napas beratnya seraya menatap ke arah pasangan yang tengah berbahagia. Bibir tipis yang telah dioles gincu berwarna krim itu dikatupkan rapat-rapat.
“Picik sekali dia,” bisiknya sambil mengepalkan tangan.
Beberapa senti meter dari tempatnya berdiri, ada beberapa orang yang tengah membicarakan sesuatu. Pembicaraan mereka membuat bibir Lyla membentuk senyum simpul. Wanita itu lantas menggeser tubuhnya perlahan. Ia mencoba mengorek informasi lebih jauh.
“Tahu tidak, Jeng. Si Manda itu katanya jadi istri kedua, loh!” ucap wanita berambut keriting.
“Wah, pelakor, dong. Padahal kurang apa dia? Punya emak-bapak super tajir bukannya minta cariin laki-laki yang punya bibit, bebet, bobot. Malah milih laki orang, kayak enggak ada laki-laki lain aja,” ujar lawan bicaranya.
“Justru itu, Jeng, orang tuanya terlalu sibuk. Jadi, enggak tahu kelakuan anaknya macam apa. Makanya, sesibuk apa pun, anak tetap nomor satu,” sahut wanita satunya.
Lyla cukup puas dengan apa yang barusan ia dengar. Ia tidak perlu memberi tahu kepada dunia sebuah kebenaran, karena sekeras apa pun seseorang menyembunyikannya, kebenaran akan selalu mengikuti. Wanita itu tinggal menunggu kapan bom yang dipeluk Amanda meledak dengan sendirinya