Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
564
Penayangan
31
Bab

Tidak ada manusia yang sempurna, semua menepati jati dirinya secara tepat. Beberapa bersembunyi di balik rahasia yang mengejutkan, bahkan beberapa di antara mereka menangis di sepanjang hidupnya. Luka-luka sisa goresan masa lalu memang tampak pudar, tetapi apa yang sudah menancap itu akan selamanya tersimpan di dalam kenangan di kepala... Seorang Manajer wanita bernama Leanna, 27 tahun, berkonflik dengan Elver, yang akan menepati kursi kosong sebagai wakilnya. Elver bisa masuk dikarenakan mendapat rekomendasi atasannya. Sedari awal pertemuan, Lea sudah tahu tidak ada kecocokan di antara mereka sebagai rekan kerja. Apalagi menurutnya, Elver pria yang lebih muda 4 tahun darinya itu adalah pria aneh. Suasana hati Elver selalu terlihat berubah-ubah. Sampai Akhirnya Elver mengetahui rahasia terbesar Leanna. Leanna adalah Nona D dalam sebuah Situs Permainan Dewasa, aplikasi merah yang menyembunyikan identitas Lea sebagai sang Pemain. Ada rahasia besar, mengapa Lea sampai ikut terjerumus ke dalam situs dewasa... Di balik konflik mereka yang terus terjadi, mereka mulai dekat. Elver sendiri mulai memiliki perasaan kepada Leanna. Tetapi, Ada kebimbangan yang bergulat, Elver pun memiliki Rahasia masa lalu yang lebih menyakitkan... Sampai-sampai membuat dirinya sendiri hampir mati dan ketakutan. Jika Leanna mengetahuinya, Elver pun yakin, Leanna akan menjauhinya...

Bab 1 Tidak Sengaja

Langkah Leanna terhenti, dia meluruskan punggungnya. Lututnya terasa ingin terlepas saja dari kakinya. Dia sudah menyerah, tidak sanggup menaiki tangga darurat di lantai 7 itu. Napasnya panas, terengah-engah. Paru-parunya ingin meledak.

"Aku tidak mengerti, kenapa ada jadwal pemeliharaan elevator di saat genting seperti ini," Lea mengatur napas dalam, tapi akhirnya dia tertawa. Dia bercanda dengan dirinya sendiri, kemungkinan karena umurnya sudah tidak muda, naik tangga saja dia sudah kelelahan.

"Tidak apa-apa, aku hanya terlambat 30 menit," desis Lea berbicara sendiri, dia menghempas sepatu yang ditentengnya. Tapi Heels hitam itu terasa kasar di kakinya, seharusnya dia memakai stocking.

"Tenang... Tenang," desis Lea. Dia mengatur napas dan mulai merapikan helaian rambut yang mulai turun dari dahinya. Mungkin saat ini rambutnya berantakan bercampur keringat.

Lea bergegas membuka ujung pintu darurat. Air conditioner langsung dingin langsung bertiup, rasanya sangat nyaman. Leana menikmati rasa sejuk itu menyapu keringat dinginnya.

"Selamat pagi, Bu Leanna."

Lea tersenyum, membalas sapaan salah satu karyawan yang melihatnya baru datang. Benar, Lea datang ke kantor terlambat pagi ini, sungguh memalukan! Untungnya... semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, mereka tidak memandangi Lea selayaknya orang yang harus dikenai denda keterlambatan. Lea buru-buru berjalan cepat nenuju ruangannya.

"Oh, syukurlah!" desah Lea seraya membuka pintu menuju ruangannya. Mata berkedip saat melirik Siska, sekretarisnya. Lea memberi isyarat, kalau dia telat datang.

Siska tersenyum dan mengikuti atasannya itu masuk ke ruangannya. "Bu Leanna, selamat pagi," sapa Siska sambil membawa beberapa berkas.

"Selamat pagi, Siska. Oh, aku benar-benar tidak tahu, kalau hari ini elevator dalam jadwal perawatan. Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Lea langsung duduk di kursinya, dia meluruskan kaki dan melepas sepatu heels yang dikenakannya. Dia lebih nyaman memakai sandal.

"Maaf, bu... Saya sudah mencoba hubungi ponsel ibu, tapi sepertinya ada gangguan. Saya juga sudah mengirimkan pesan," jawab Siska sambil merapikan tas Lea yang hampir terjatuh. Siska memandangi pakaian atasannya itu tampak kacau, sepertinya dia terburu-buru berangkat kerja.

"Benarkah?"

Lea menggaruk dahinya. Dia merogoh ponsel di dalam blazernya. Oh, pantas saja ponselnya mati. Lea menyadari kancing kemejanya tidak terpasang dengan baik.

"Apakah aku ada schedule hari ini?" tanya Lea sambil merapikan kemejanya. Di hari Senin ini, dirinya memulai hari senin dengan kelalaiannya sendiri.

"Hari ini, kita ada rapat dengan pak direktur setelah makan siang, Bu. Ada interview dengan karyawan baru yang akan menepati posisi wakil manajer," jelas Siska.

Lea menaikkan pandangan matanya. Wakil manajer? "Oh, yang infonya dia adalah kenalan pak direktur? Benarkah?" tanya Lea mencoba mengingat-ngingat.

"Iya bu, keponakan pak Direktur Kalandra. Namanya Elver... Dia baru lulus saja tahun ini," jelas Siska

"... Astaga, kenapa tidak cari tenaga profesional saja," Lea menghela kesal. Tentu saja, nantinya dia akan menghabiskan tenaganya untuk mengurusi training dan juga mengajarinya. Pak Direktur memang nepotisme! Batinnya berang.

"Baiklah, aku mau memeriksa email dulu," ucap Lea. Siska mengangguk, beranjak keluar dari ruangan Lea.

Lea buru-buru mengambil celana dalam dan stocking dari dalam tasnya, dia langsung ke kamar mandi. Demi apa pun kebodohannya, sampai pakai celana dalam saja dia tidak sempat! Lea memandangi dirinya di cermin, memastikan pakaiannya sudah rapi. Tidak lupa, dia menyemprotkan parfum di pergelangan tangannya.

"Untung saja tadi aku sempat mandi bebek," celetuk Lea sambil tertawa.

Leanna Mentari Iskandar, seorang Manajer cabang di sebuah perusahaan besar ekspor impor. Leanna adalah anak perantauan yang sedang merasakan kesuksesannya dalam berkarir. Dia termasuk anak buah kesayangan atasannya, karena selalu berhasil mendapatkan proyek besar yang tentu saja menguntungkan perusahaannya. Hanya saja...

Ponselnya berbunyi, Lea membuka pemberitahuan di ujung layar dengan warna merah.

"Tuan Je. 35 tahun. Submisif Sadomasokis. Kamis, pukul 19.00 sore. Tekan ya untuk SETUJU atau TIDAK untuk menolak."

Leanna tidak menjawab, dia meletakkan ponselnya kemudian tersenyum datar. Dia masih menunggu jadwal lainnya.

Apa lagi yang dia cari? umurnya yang sudah menginjak 27 tahun. Kata orang, umur segitu adalah umur menjelang kadaluarsa bagi seorang wanita. Wanita harus buru-buru menikah... melahirkan... Nanti kalau tidak begitu, dipastikan dia kesulitan saat melahirkan atau susah punya anak. akhirnya saat menua akan hidup sendirian dan menderita.

Lea menopang wajahnya, matanya mengamati deretan surat-surat elektronik yang belum dibacanya. Jarinya dengan cat kuku merah tua dengan lincah menggeser layar, dia mencari apa yang ingin dia mulai hari ini.

Sambil menguap, Lea mencoba melebarkan matanya. Rasa kantuk itu merangkupnya lagi karena dirinya tidur dini hari. Semalam Lea mendapat teman bermain yang luar biasa. Pria Belanda bernama John. Pria 40 tahun itu punya tubuh yang luar biasa bagus. Sayangnya, Lea tidak akan pernah tidur dengan para submisifnya. Padahal, pria itu sangat gagah.

"Hm... " Lea melihat email berisi CV milik calon manajer kantor yang dimaksud. Seorang pemuda yang menurutnya masih terlalu muda untuk memegang jabatan penting. Elver Ra Said, 23 tahun. Leanna memeriksa pengalaman kerja yang tertulis, ternyata dia baru saja lulus dari universitas luar negeri dan pernah punya startup sendiri di New York, tipikal anak muda jaman sekarang. Lea memandangi foto Elver, wajahnya oriental antara etnis Cina, korea atau Jepang. Cukup menarik bagi penggemar idol kekinian.

"Harusnya dia bekerja di bagian administrasi sebelum naik ke jabatan penting," desis Lea. Bagaimana pun orang yang punya referensi dengan atasan, pasti melaju dengan cepat. Mereka menyebutnya privilege. Di bandingkan dirinya, berawal bekerja mati-matian di bagian marketing.

Lagi-lagi ponselnya berbunyi. Sebuah pesan muncul.

"Tuan Partoni. 20 tahun. Submisif. Sabtu, pukul 22.00 malam. Tekan ya untuk SETUJU atau TIDAK untuk menolak."

Mata Lea menyempit. Harusnya mereka membaca ketentuannya. Leanna tidak suka berhubungan dan bermain dengan pria muda di bawah umurnya. Tentu saja Lea langsung menekan "TIDAK".

Leanna mendesiskan napasnya dengan kesal.

Tidak ada yang mengetahui, bahwa Leanna punya sisi lain yang liar dan gila. Dia adalah anggota "Pemain" aplikasi khusus dewasa dari situs terselubung.

Lea segera menutup aplikasi berlatar merah itu. Matanya melirik ke arah pintu, Lea mengendus senang, bau kopi yang diantarkan Siska ke mejanya. Sinar matanya tampak menyala-nyala mencium baunya saja membuatnya melek.

"Bu, ini kopinya," Siska meletakkan cangkir.

"Terima kasih..." Lea menyambutnya dengan sorot berbinar. Secangkir kopi yang akan menambah semangatnya untuk fokus bekerja hari ini. Lea menghirupnya pelan. Rasanya nikmat...

"Tolong sampaikan... kita bersiap untuk briefing, 10 menit lagi," ucap Lea. Walau pun terlambat, dia harus tetap bekerja sesuai jalurnya.

"Baik, Bu."

---

Mobil yang membawa Leana sudah sampai di kantor pusat tower PT. Kalandra. Lea mengusap wajahnya yang sembab, Lea menyempatkan untuk tidur karena lama perjalanan memakan waktu 1 jam...

"Pak, tunggu di kantin saja, takutnya saya lama rapat di atas. Nanti saya telepon kalau saya sudah selesai." Lea merongoh tasnya, mengambil uang berwarna merah selembar.

"Terima kasih banyak, Bu." Wajah supirnya langsung berbinar, menyambut uang pemberian Lea.

Lea turun dari mobil dengan wajah yang masih mengantuk. Dia membalas sapaan Satpam yang menyambutnya. Suara langkah sepatu heels tinggi miliknya bergema ketika dia melintasi lorong parkiran yang sepi. Lea menekan tombol elevator sambil menguap lagi.

"Selamat siang," suara satpam tedengar ramah menyahut sapaan seorang pria yang juga baru turun dari mobil.

Pria berpostur tinggi itu berdiri di samping Lea, sama dengan dirinya menunggu pintu elevator terbuka. Lea menguap, dia langsung menutup mulutnya saat .

Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponsel Lea. Dia merogoh ponselnya, tiga pesan dari aplikasi. Lea tidak langsung membukanya.

Suara denting berbunyi, tanda pintu lift terbuka. Lea segera melangkah masuk. Begitu pula pria yang berada di sampingnya, dia langsung menekan nomor tombol yang dituju, ternyata tujuan mereka sama.

Lea menatap bayangannya. Penampilannya sangat kusut, bahkan rambutnya berantakan, Lea langsung menyisir dengan tangan untuk merapikan rambutnya. Dia pun mengambil lipstik merahnya dari dalam tas kecilnya, agar wajahnya tidak terlalu pucat. Matanya melirik ke arah angka-angka yang mulai sampai di lantai yang dia tuju.

Karena terburu-buru, tanpa sengaja kuas lipstik cair yang dipegang Lea terlepas. Tangan Lea refleks menangkapnya, tapi dia malah tidak berhasil menangkapnya. Kuas lipstiknya itu sukses mendarat di kemeja pria yang masuk bersamanya tadi. Noda merah itu menempel, juga berceceran di kemejanya.

Mata Lea membesar.

"Ma... Maafkan saya," Lea panik. Sedang pria itu hanya bengong melihat cairan merah, belepotan di kemejanya.

Lea buru-buru mencari-cari sapu tangannya. Dia mengusapnya, bermaksud untuk membersihkannya. Lea melotot... Bukannya hilang... Noda merah itu itu semakin melebar dan meresap.

"Ahh.." Lea mulai panik.

Pintu elevator terbuka. Wajah mereka berdua canggung, mata mereka kosong bertatapan.

"Sialan," maki pria itu langsung menepis tangan Lea. Dia buru-buru pergi ke arah toilet. Lea menelan air ludahnya, dia hanya terpaku akan ketidak sengajaan itu. Dia memandang kuas lipstiknya yang terjatuh di lantai elevator, dan memungutnya.

"... Aku sudah meminta maaf," desis Lea, dia menoleh ke arah pria yang sudah menghilang dari tatapannya.

"Selamat siang, Bu Leanna." Resepsionis segera berdiri, senyumnya manis menyambut kedatangan Lea.

"Ah, selamat siang. Apa bapak Kalandra ada di ruangannya?" tanya Lea sambil membuang sapu tangan dan lipstiknya ke tempat sampah di samping meja resepsionis. Dia harus segera melupakan kejadian yang sama sekali dia tidak sengaja itu.

"Pak Kalandra tadi berpesan, segera ke ruangan rapat sekitar 15 menit lagi," jawab salah satu resepsionis dia melirik jam tangannya.

"Oh, baiklah. Kalau begitu, saya langsung ke ruangan rapat saja."

Lea melangkah sambil mengambil ponselnya. Dia membaca serius sebuah pesan dari aplikasi berwarna merah itu. Akhirnya dia menekan pilihan "IYA" untuk salah satu submisif yang mendaftar.

"Cukuplah, aku punya satu slot lagi," ucap Lea berbicara sendiri.

Terdengar suara tawa melewatinya. Lea menaikkan pandangan. Entah apa yang karyawan itu tertawakan. Lea segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Bu Leanna," sambut sekretaris pak Kalandra, wajahnya senang melihat Lea.

"Hallo... Apa kabar, Tira?"

"Saya kabar baik. Lama sekali ibu baru berkunjung ke kantor pusat." Tira membukakan pintu ruangan di depan mereka.

"Iya, aku baru sempat kemari. Kebetulan ada calon wakil manajer yang akan interview hari ini... Tapi aku lupa siapa namanya," jawab Lea menggaruk dahinya.

"... Iya, pak Elver. Ini pak Elver Ra Said sudah ada di belakang ibu," Tira tersenyum

---

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku