Jamy punya anak cewe yang sangat manja dan super manja, saking manjanya mau bobo aja harus disusuin dulu baru bisa bobo. Karena anaknya sangat polos itulah yang membuat Kamu sangat protektif dengan anaknya itu sampai-sampai teman-teman anaknya iri melihat perhatian Jamy pada anaknya itu. Tidak munafik, wajah Jamy sangat cantik sampai membuat salah satu teman anaknya jatuh hati. Tapi ada rahasia yang disembunyikan Jamy tentang anaknya, rahasia apakah itu.
Jamy membuatkan susu untuk anak semata wayangnya setelah pulang sekolah, "Sayangnya Mami, ini udah Mami buatin susu untuk kesayangannya Mami." Jamy kepada anaknya yang masih umur 5 tahun itu.
"Iyah Mami, Ihan udah haus." Jihan anak umur 5 tahun itu.
Jamy menidurkan anak semata wayangnya dengan memeluknya sambil rebahan, tapi entah kenapa anaknya itu tidak mau menghabiskan susunya di dot.
"Sayang, kenapa susunya gak dihabiskan nak?"
"Gak enak, Ihan mau susunya Mami."
"Emang susunya Mami enak yah sayang, padahal udah gak ada airnya sayang."
"Gak mau ... Ihan pengen susu Mami, racanya enak."
Jamy hanya tersenyum mendengar ocehan anaknya itu lalu mengeluarkan pussy sebelahnya. "Ayo nak hisap, kamu pasti udah ngantuk. Kita bobo yahh."
"Iya Mami." Ihan dengan imutnya.
Tahun berganti tahun, hidup yang dijalani Jamy cukuplah rumit dia harus menyelesaikan kuliah dalam jangka tiga tahun.
Orang tua Jamy sudah meninggal saat Jamy masih kecil, dan saat ini perusahaan keluarganya Wijaya Group berada ditangan Omnya yang licik tapi saat Jamy sudah wisuda Om liciknya itu sudah tidak terlihat lagi dan lebih parahnya Wijaya Group bangkrut.
Om liciknya Jamy itu sudah menghilang bak ditelan bumi dan tanpa kabar.
***
♥*9 tahun kemudian*♥
Anak Jamy yang bernama Jihan Adijaya sudah berumur 16 tahun, kali ini Jamy benar-benar memanjakan Jihan dengan sangat baik bahkan memperlakukan Jihan layaknya bayi.
"Nen dulu sayang." Jamy memposisikan badannya disamping Jihan yang berbaring menyamping.
"Gak mau, Ihan masih mau main ponsel." Rengek Jihan dengan manja.
"Kamu besok harus sekolah sayang, ayo sini ponselnya Mami ambil dulu yahh." Jamy lalu mengambil ponsel anaknya itu.
"Ish Mami, Ihan masih mau main." Ihan cemberut lalu ingin mengambil ponsel itu dari tangan Maminya.
Jamy langsung melotot dan memarahi Ihan, kalau dia tidak boleh begitu. "Kamu mau Mami hukum, ayo bobo," tegas Jamy.
"Tapi Mi..." Rengek Ihan sekali lagi.
"Bobo atau Mami hukum!" ancam Jamy.
Akhirnya Jihan tidur karena takut dengan ancaman hukuman Jamy, sang mami.
Tapi sebelum itu, Ihan gak bisa tidur dia gusar bolak-balik sana sini sampai membuat Jamy pongah dan mengeluarkan pussy miliknya yang sebelah.
"Sini nen dulu, biar bisa bobo kamu tuhh." Jamy menyodorkan pussy miliknya.
"Hore ...tapi Mami gak marah lagi kan sama Ihan." Sahut Ihan.
"Iya sayang, asal kamu jadi anak penurut." Jamy lagi lalu mengecup pucuk kepala anaknya itu dengan lembut.
Set! Set! Set! Jihan begitu semangat mengisap pentil Maminya, bahkan sampai Jamy dibuat menahan desahan karena hisapan Ihan yang begitu menggoda dan geli.
"Ugh ... pelan-pelan sayang, gak ada yang ngambil itu dari kamu jadi pelan-pelan ya nak." Jamy sambil mengelus tubuh mungil anaknya yang sudah berumur 16 tahun itu.
Lambat laun hisapan Ihan tidak kuat lagi, benar dugaan Jamy kalau Ihan sudah tidur, "Kamu sudah bobo ternyata." Jihan lalu menarik kembali pussy miliknya dari mulut anaknya itu.
Kemudian Jamy beranjak dari kasur dan mengambil laptop lalu membukanya.
Jamy menghubungi salah satu mata-matanya yang dari sekolah Jihan.
[ "Bagaimana hari kemaren, Jihan bertemu siapa saja?" ]
[ "Tidak ada bos, hanya bertemu teman biasa saja." ]
[ "Bagus, terus pantau jangan biarkan Jihan didekati laki-laki atau wanita yang membawa pengaruh buruk untuk anak saya." ]
[Baik!" ]
[ "Ya sudah, kembali bekerja." ]
Tut!
Jamy meletakkan kembali ponselnya dan memandang ke arah Jihan dengan seksama, "Kamu hanya milik Mami, Jihan." Jamy lalu memeluk Jihan dengan erat dari belakang.
"Ughhh ..." Suara lenguhan Jihan tapi dia tak bangun dan masih tidur.
Jamy ikut tidur disamping anaknya dan memeluk Jihan dari belakang.
***
Pagi harinya, Jamy sudah berkutat di dapur memasak makanan untuk kesayangannya itu, "Itu anak sudah bangun apa belum sihh, kalau gak dibangunin gak bakalan bangun dia." Jamy mengoceh sambil menggoreng ayam.
Setelah selesai memasak, Jamy membuat sandwich dan burger lalu menata masakannya di meja tak lupa menyiapkan bekal untuk Jihan.
Jamy membangunkan kesayangannya itu karena ini sudah pagi dan harus ke sekolah, "Sayangnya Mami, ayo bangun nak ini sudah pagi harus sekolah loh. Ayo bangun biar nanti Mami mandiin, tapi kamu harus bangun." Jamy sambil menepuk pipi chubby anaknya itu.
"Aish anak Mami ini gak bangun-bangun." Jamy lalu mengangkat tubuh anaknya itu ke kamar mandi dan meletakkannya di bathup.
"Egh ..." Suara lenguhan Jihan karena merasa dingin.
Byur...
Jamy mengguyur tubuh anaknya itu dengan air dingin biar bangun.
"Ughh ... Mami, dingin Mami hiks ... hiks ... Mami dingin." Rengek Jihan karena kedinginan.
Jamy tidak peduli dengan rengekan bayi imutnya itu, Jamy terus mengguyur tubuh Jihan dan menggosoknya lalu menyuruh Jihan untuk sikat gigi, "Sikat gigi dulu sayang, biar mulutnya wangi."
Jihan menurut dirinya lalu menggosok gigi, sedangkan Jamy menggosok pangkalan paha mulus dan putih milik Jihan.
"Gosok giginya udah selesai sayang?" Tanya Jamy.
"Udah Mi, ini sikat giginya," sahut Jihan memberikan sikat giginya tadi.
"Ok, sini Mami sabunin badan kamu." Jamy lalu Jihan mendekat dan Jamy menggosokkan tubuh anaknya itu dengan lembut.
Jamy sangat mengakui kemolekan tubuh anaknya itu, apalagi kulitnya yang putih dan mulus seperti busa. Jihan itu berbadan mungil, kalau sama Jamy mungkin kisaran dada Jamy aja.
Sedangkan Jamy itu tingginya 176 cm, sangat tinggi bagi perempuan di tambah hobi Jamy itu tinju dan karate lengkaplah sudah.
Setelah selesai mandi, Jamy mengeringkan tubuh Jihan dengan handuk.
"Mami nanti Jihan berangkat sekolahnya sama Rara yahh, dia temen baru Ihan."
"Enggak sayang, Mami yang nganter Ihan," cap Jamy.
"Tapi Ihan udah ada janji sama Rara, Mi kalau kita barengan," sahut Jihan.
"Tidak boleh, kamu harus sama Mami mau berangkat mau pulang kecuali kalau Mami gak bisa!" tegas Jamy lagi.
Jihan tidak lagi menjawab dan dia hanya diam karena takut Maminya akan marah kalau dia berkata lagi.
Setelah selesai mandi, Jamy membantu Jihan memakaikan seragam sekolah dan setelah itu mereka makan bersama.
Selama makan tidak ada percakapan karena Jamy tidak suka ada obrolan ketika makan, yang ada hanya dentuman garpu dan sendok.
Setelah selesai makan, Jamy mengantar Jihan ke sekolah. Tentu sekolah itu milik Jamy tanpa sepengetahuan Jihan.
"Cium Mami dulu baru berangkat," ucap Jamy.
"Iya Mi, emmuah ... emmuah Ihan sayang Mami." Ihan berucap dengan imutnya Dimata Jamy.
"Ingat ya sayang, selama disekolah jangan jajan di kantin udah Mami siapin itu bekalnya dan ingat juga jangan makan pedas Mami gak suka!" peringat Jamy.
"Ikh Mami, kan Ihan gak boleh jajan di kantin gimana bisa makan yang pedas," ucap Jihan.
"Ouh iya juga yah, Mami lupa sini Mami cium dulu kamunya.
Cup ...
Cup ...
Cup ...
"Ok, kamu boleh berangkat nanti Mami jemput yahh. Ingat jangan bergaul sama anak nakal," ucap Jamy.
"Iya Mami dadachhh, Ihan berangkat dulu emmuah." Cium Jihan dipipi mulus Jamy.
"Dahh sayang ..." Jamy lalu menjalankan mobilnya.
Brom ...
Brom ...
***