Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Angin sore yang berhembus tenang menerpa wajahku, bahkan mengeringkan air mataku.
"Bunda tak pernah memaksa ayahmu untuk memilih bahkan menikahi bunda, nak!"
Aku menatap ke bola mata bunda begitu tenang. Nampak mata yang indah itu terlihat sendu. Airmata wanita yang kucintai ini Nampak menumpuk di kedua bola mata bunda. Bunda mengelus lembut rambutku dengan penuh kasih saying, aku bisa merasakan hal itu, bahkan menatanya di belakang telinga. Pandangannya tak lepas melihat ke arah ku.
"Aku mencintainya, bun" cicitku menahan isak tangis ku. Tanpa sadar aku menggenggam erat tangan bunda yang aku gapai.
Bunda tersenyum kecil."Cinta tak bisa dipaksakan, bukankah kamu sudah mencobanya"
Aku mengangguk membenarkan perkataan bunda. Aku sudah mencoba sebisa aku bisa bertahan.
"Itu bukan cinta, Andrea! Kamu hanya ingin memlikinya. Kamu hanya ingin menang di depan Sea."
Aku menggeleng, kali ini bunda pikiran bunda salah. Aku benar-benar mencintainya.
"bund....." selaku membela diri.
Bunda memotongnya."Kamu ingin berkata bahwa bunda salah?" tebaknya
Aku mengangguk sambil memainkan cincin yang bertengger indah di jari manisku. Saat ini, cincin itu sudah ingin lepas dari jariku. Entah cincin ini memang kebesaran, atau tubuhku yang semakin kurus.