Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Menikahlah denganku!"
Dua kata yang diucapkan dengan nada datar itu pun, seketika saja berhasil membuat gadis berambut ikal itu, mulai mengedip-ngedipkan matanya tak percaya.
Benarkah ini? Apa dirinya tidak sedang bermimpi? Seorang bos yang notabe-nya kaya raya dan juga memiliki paras yang begitu tampan kini tengah melamar gadis miskin seperti dirinya?
"Alana! Kamu mendengarkan ucapan saya, bukan?!"
Suara bass khas atasannya itu pun seketika saja berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.
"Ah! Iya, Pak? Tadi, Bapak ngomong apa ke saya?"
Saking groginya, gadis itu pun sampai-sampai bertanya dengan pertanyaan yang jelas-jelas, dapat membuat kemarahan sang atasan kian terpancing.
Atasannya itu, sama sekali tidak suka terhadap orang yang meminta agar apa yang atasannya itu ucapkan harus diulang kembali. Bahkan jika sang atasan sampai menjadi kesal dan emosi tinggi, bukan tidak mungkin, kata pecat akan langsung dilayangkan kepada siapa saja yang membuatnya kesal.
Serem banget, kan? Bahkan, rasa-rasanya tidak ada satu orang pun yang ingin memiliki seorang atasan yang ke lewat tegas seperti itu, bukan?
"Maaf, Pak! Maksud saya, apa saat ini Bapak sedang latihan untuk melamar seseorang? Makanya, Bapak mengatakan kalimat itu kepada saya," ralat Alana cepat sebelum dirinya didepak dari kantor bergaji tinggi ini.
"Tidak!"
"Latihan untuk drama, Pak?"
"Kamu pikir saya anak TK?! Mengatakan hal itu untuk latihan teks dialog Frozen."
Meski sudah mendapati wajah kesal sang atasan. Gadis itu pun sama sekali tidak menyerah untuk menebak, untuk siapakah sebenarnya kalimat yang sebelumnya atasannya itu ucapkan.
"Ah, pasti sekarang Bapak lagi dijodohin sama orang tua Bapak dengan orang yang gak Bapak kenal sama sekali, kan? Terus, biar nanti pas ngelamar jodoh Bapak itu, Bapak gak grogi lagi! Makanya, Bapak jadiin saya buat objek percobaan kan, Pak? Fix. Ini pasti gak salah," ucap Alana kembali dan tanpa sadar malah menunjuk wajah sang atasan dengan tak sopannya.
"Alana." ucap sang atasan dengan nada penuh penekanan dan berhasil membuat Alana tersadarkan dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Maaf, Pak! Kebawa suasana! Plis, jangan potong gaji saya, yah, Pak! Soalnya saya masih harus bayar uang kontrakan sama cicilan motor matic saya, Pak! Pliss," pinta Alana sembari menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya.
Tanpa ingin ambil pusing, sang atasan pun memilih untuk mengabaikan ucapan gadis itu saja.
"Sudahlah! Lupakan saja! Lalu, berpikirlah dengan semestinya, Alana!"
Berbelit. Itulah kata yang pertama kali muncul di benak Alana saat mendengar ucapan sang atasan.
Gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang atasan itu.
"Menikahlah denganku, Alana!"
Kembali, kalimat itu diucapkan oleh atasannya. Membuat Alana spontan langsung menatap manik hitam tajam itu.
"Bapak serius? Btw, saya gak lagi ulang tahun loh, Pak!" ucap Alana yang masih saja tidak percaya dengan ucapan sang atasan.
"Saya serius, Alana! Saya mohon, untuk kali ini kamu harus serius!" ucap atasannya itu dengan wajah datarnya.
"Tapi, kenapa harus saya, Pak? Bukankah masih ada orang lain dan yang lebih dari saya di kantor ini?" tanya Alana yang kini mulai serius.
Sedangkan alam imajinasinya, kini gadis itu sudah berharap. Jika bos-nya itu akan mengatakan bahwa, "Karena hanya kamu yang dapat menarik hati saya! Saya diam-diam mencintai kamu! Mengagumi kamu karena semua kesederhanaan yang kamu miliki! Saya mohon, menikahlah dengan saya."
"Alana! Alana! Apa yang sedang kamu pikirkan?!"
Lagi dan lagi, suara bass khas milik sang atasannya itu pun, berhasil membuat lamunan Alana seketika menjadi buyar.
Dan kini, pandangan serta telinga Alana pun lantas ia alihkan lalu fokuskan ke arah sang atasan.
"Alasannya adalah karena yang pertama, saya perhatikan kamu tidak seperti gadis-gadis yang ada di sini. Kamu tidak pernah ke club malam dan selalu sopan kepada orang lain kecuali kepada saya. Terkadang kamu bisa kelewatan!"