Rose dan Thomas sudah 2 bulan tidak bertemu. Hari itu Thomas mengirim pesan mengajak kencan. Rose yang merindukan Thomas bergegas datang. Uh, sayangnya pesan yang diterima itu sebenarnya tidak ditujukan untuk dirinya. Violet adalah bersaudara sepupunya yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Dia gadis yang percaya diri, tegas, dan ambisius. Di saat itulah Rose paham, kalau Thomas yang sudah menjadi pacarnya selama 5 tahun, juga menjalin hubungan dengan Violet. Sayangnya Rose yang naif masih berpikir bahwa Thomas berkhianat karena dirinya adalah gadis yang tidak memiliki teman teman hebat. Dengan tekad untuk mendapatkan lingkungan pergaulan yang bagus, Rose menerima ajakan seorang rekannya untuk minum di bar di sebuah hotel. Dan hidupnya berakhir rumit setelah dirinya mabuk malam itu.
Jakarta baru saja diguyur hujan, jalanan licin dan macet terjadi dimana mana. Rose gelisah, karena dia mendapat nomor paling buncit, dari audisi peran artis figuran di opera sabun.
[Thomas, aku mungkin telat 3 jam, karena audisi belum kelar]
Rose menggengam ponselnya dengan erat dan terus meliriknya. Dia berharap pacarnya segera membalas pesannya. Dia gelisah menatap pada layarnya, saat terdengar bunyi,
Ding!
Buru buru jarinya menggeser layar dan menemukan sebaris pesan, wajahnya langsung sumringah.
[Santai saja, aku juga sedikit sibuk dan kabari jika kamu sudah sampai-----Aku merindukanmu]
Matanya berbinar cerah, wajah cantiknya semakin merona. Thomas adalah pacar yang selalu manis, 'Aku juga merindukanmu' bisiknya dalam hati.
1 jam berlalu ternyata audisi berjalan lancar, sayangnya seorang wanita berambut pirang mendatangi Rose dan langsung mengatakan, "Maaf Rose, peran ini tidak cocok untuk Kamu. Datang lagi untuk mengikuti audisi lainnya, siapa tahu Kamu beruntung!"
Rose terdiam, peran yang dia minati hanyalah peran kecil dengan durasi singkat. Kebanyakan dari rumah produksi lain tidak memerlukan proses audisi untuk peran seperti ini. Rose memonyongkan bibirnya, kecewa karena membuang waktu hanya untuk gagal.
Dengan wajah layu, dia bergegas keluar dari ruangan dan menuju lobi untuk mencari taksi.
Di dalam taksi, Rose mengirim pesan kepada Thomas, [Aku menuju apartemenmu]
"Maaf mbak!" Supir taksi membuyarkan lamunan Rose, "Jalanan sangat macet, bolehkah saya mencari jalan alternatif?"
"Silakan pak!" Bibir Rose tersenyum menghantarkan rasa nyaman kepada supir taksi.
Dan waktu kakinya memasuki gedung Terakota, hati Rose semakin berdebar. Terakhir bertemu dengan Thomas adalah 2 bulan lalu sebelum dia berangkat bisnis ke Malaysia. Rose juga sangat sibuk mengejar audisi dari satu rumah produksi ke rumah produksi lain.
Gedung Terakota adalah komplek apartemen kelas menengah di pusat Jakarta, Rose beberapa kali mengunjungi Thomas dan dia hapal pintu belakang menuju lift terdekat dengan unit milik Thomas. Lagipula dia menyukai taman yang indah di belakang gedung. Hanya penghuni yang bisa mengakses taman tersebut.
Rose melihat lagi ponselnya dan belum ada balasan dari Thomas, dia jadi ragu untuk terus menuju unit apartemen. 'Bagaimana jika Thomas masih diluar?' Rose sejenak menghentikan langkahnya untuk memasuki lift.
'Aku tunggu di taman dulu saja, sampai Thomas membalas pesanku' Rose berbalik dan langkahnya tenang memasuki taman. Panas menyengat setelah hujan memunculkan berkas cahaya yang berpendar di antara bunga kembang sepatu yang terkulai karena terhantam hujan deras.
Ada kafe kecil di sudut taman yang menjual kudapan dan kopi.
Benar saja, karena habis hujan, suasana taman terasa adem dan sepi. Rose terus menuju gazebo, dia ingin duduk di sana menegakkan punggungnya dan menikmati segelas kopi panas.
Tetapi gazebo yang tersembunyi sudah ada yang memesan. Dari kejauhan Rose melihat punggung sepasang kekasih yang saling berpelukan dan tampaknya wanitanya menaruh kepalanya di dada pasangannya.
"Di luar agak basah karena habis hujan, kalau mau, ada bangku di lantai 2 yang menghadap taman!"
"Aku memesan kopi coklat sedikit gula dan sepotong roti bagelen!"
Selepas pelayan meninggalkannya, Rose menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Dari tempat wastafel berada ternyata dia bisa melihat ke gazebo dan kedua pasangan tersebut sepertinya dalam suasana bahagia. Rose menyudahi mencuci tangannya, tetapi tubuhnya menjadi kaku.
Dia mendengar jelas suara gadis dari gazebo di bawahnya.
"Kak Thomas, aku sungguh bahagia dengan kehamilan ini!"
"Violet! Aku pasti bertanggung jawab! Engkaulah yang paling kucintai"
"Kak Thomas!" suara rengekan manja terdengar lebih pelan.
'Thomas dan Violet?' pikiran Rose campur aduk, 'Mungkinkah itu Thomas!?'
Kaki Rose meskipun gontai segera menuruni tangga dan dia berpapasan dengan pelayan, "Aku mencari kursi di bawah!" serunya dengan gemetar.
Dengan keberanian yang tersisa dia mencoba berjalan menuju arah gazebo. Baru dia merasa jelas, tangan yang melingkari tubuh gadis itu terasa familier di matanya. Dan rambut si gadis juga, dia mengenalinya.
Dengan suara yang lembut dia memanggil, "Thomas? Violet?"
Thomas yang lebih dulu menyadari kedatangan Rose, tersentak kaget dan melepaskan pelukannya dari tubuh gadis mungil yang terlihat cantik dan seksi. Tetapi gadis itu sebaliknya melingkari tangannya ke leher Thomas.
"Rose? Kenapa kamu di sini?"
Rose tercekat, "A-Aku menemui pacarku!"
Violet tersenyum licik, "Maaf siapa yang kamu maksut pacarmu?"
"Thomas mengundangku datang ke apartemennya dan kamu tahu dia pacarku!" Rose menemukan ketenangannya dan menghela nafas untuk mengembalikan semua rasa malu dan marah di dadanya.
Thomas menggeser tubuh Violet, "Sebentar sayang, biar aku menjelaskan pada Rose!"
Rose memandang Thomas mencari jawaban dari sikapnya, dia hanya menemukan Thomas yang terlihat normal dan normal.
"Rose, seharusnya aku memberitahumu sejak beberapa bulan lalu, kalau Violet adalah calon tunanganku yang sesungguhnya!"
"T-tetapi barusan saja kamu mengatakan------"
"Aku tahu tetapi itu typo!" sahut Thomas cepat, "Seharusnya gadis yang aku rindukan adalah Violet!"
"Thomas, kamu?" Wajah Rose menjadi pucat.
"Violet sedang hamil anakku!" jawab Thomas acuh tak acuh.
"A-apa yang harus aku katakan kepada ayah dan ibumu?" Rose menggumam dalam kesedihannya.
"Oh, itu bukan masalahmu!" sahut Violet tajam, "Aku adalah calon menantu keluarga Thomas, bayiku akan menjadi hadiah bagi ayah dan ibunya!"
"Betul Rose! Katakan saja kamu tidak menyukaiku lagi, setidaknya ayah dan ibu akan mengerti tentang perpisahan kita. Lagipula hanya Violet yang ada di hatiku"
Bab 1 Aku Pasti Bertanggung Jawab
01/03/2024
Bab 2 Aku Mabuk
01/03/2024
Bab 3 Petasan
01/03/2024
Bab 4 Menikahlah Denganku!
01/03/2024
Bab 5 Saldo Tidak Cukup
01/03/2024
Bab 6 Masuk Penjara
01/03/2024
Bab 7 Raymond Datang
01/03/2024
Bab 8 Violet Histeris
01/03/2024
Bab 9 Cincin Kawin
01/03/2024
Bab 10 Bertemu Mira
01/03/2024
Bab 11 Julukan Dari Mira
01/03/2024
Bab 12 Tidak Pandai Bersyukur
01/03/2024
Bab 13 Iritasi Lambung
01/03/2024
Bab 14 Ahli Tentang Reptile
01/03/2024
Bab 15 Penjepit Dasi
01/03/2024
Bab 16 Jangan Bercanda Terlalu Serius
01/03/2024
Bab 17 Aku Tidak Suka Sulcata
01/03/2024
Bab 18 Jaga Lidahmu, kakak Ipar!
01/03/2024
Bab 19 Orang Yang Tidak Relevan
01/03/2024
Bab 20 Umayyah DiPecat
01/03/2024
Bab 21 Ranjang Yang Dingin
01/03/2024
Bab 22 Gadisku
01/03/2024
Bab 23 Jangan Mencintai Udang
01/03/2024
Bab 24 Casing Ponsel Warna Pink
01/03/2024
Bab 25 Barang Obral
15/03/2024
Bab 26 Dewi Fortuna
16/03/2024
Bab 27 Koh Asun
17/03/2024
Bab 28 Bibi Atikah Dibius
18/03/2024
Bab 29 Cinthya Menebar Kekacauan
29/03/2024