Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikah Dengan CEO Posesif

Menikah Dengan CEO Posesif

Ayla8

5.0
Komentar
5.1K
Penayangan
55
Bab

"Suka atau tidak suka! Yang terpenting kau sekarang adalah istriku. Milikku sepenuhnya!" tegas Bara Alexander Rodriguez. Bagaimana perasaanmu, ketika pernikahan impianmu digagalkan oleh seorang Pria pemaksa yang penuh kuasa? Sedih, kecewa dan benci yang Sheila rasakan. Keinginan Sheila untuk membina rumah tangga dengan Bryan sang pujaan hatinya sirna. Sheila terpaksa menikah dengan Bara lantaran dijadikan jaminan untuk membayar hutang Bryan pada Bara. Lantas, bagaimana nasib Sheila selanjutnya? Akankah hidupnya bahagia atau ia harus mengalami lika-liku rumitnya persoalan rumah tangga yang terus menimpanya?

Bab 1 Tunanganmu Milikku!

Bara Alexander Rodriguez, seorang CEO muda, gagah dan tampan. Ia merupakan idaman bagi setiap wanita. Namun, siapa sangka, di balik namanya yang melejit sebagai seorang pengusaha muda berbakat, Bara tak pernah sekali pun menjalin hubungan dengan wanita. Ia dijuluki berhati batu, bahkan Monica yang seorang model pun, tak mampu meluluhkan hatinya. Bara terlalu fokus dengan karirnya, semua waktunya hampir ia gunakan untuk memajukan bisnis konstruksi perusahaan keluarganya, Rodriguez Corporation.

Siang ini Bara berjalan tergesa memasuki Kafe untuk bertemu dengan klien. Namun, ia malah menabrak seseorang hingga terjatuh.

Bara langsung berjongkok melihat keadaan gadis bersuarai hitam sepunggung itu. Ringisan kecil keluar dari bibirnya.

"Maafkan saya, apa kau baik-baik saja?" tanya Bara sopan.

Gadis itu mendongak lalu mengumbar senyum manis pada Bara. Detak jantung Bara berdebar kuat saat lesung di pipi kanan gadis itu terlihat jelas. Bara terpana dengan kecantikannya.

Bara sadar, ada yang salah dalam dirinya. Gelora pertama yang ia rasa.

Bagaimana dia bisa melakukan ini? batin Bara heran.

"Aku baik-baik saja, aku hanya terkejut," jawab Sheila pelan membenarkan tas slempangnya. Ia berdiri diikuti Bara.

Sheila menatap Bara lekat seakan terhipnotis dengan penampilan rapi dalam balutan jas hitam itu. Tubuh tinggi dengan badan tegap, rahang tegas, dan tatapan matanya mendebarkan.

Penampilan fisiknya benar-benar mengesankan bagi Sheila. Hingga Sheila sadar, ia sampai tak berkedip saking kagumnya.

"Saya terlalu terburu-buru, hingga saya tidak menyadari keberadaanmu," jelas Bara lembut, rasanya baru kali ini Bara mengucapkan nada sehalus ini.

Sheila mengangguk. "Iya, aku mengerti. Tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi, ya." Sheila mulai melangkah meninggalkan Bara.

"Tunggu," sergah Bara ketika Sheila telah berjarak lima langkah darinya.

Sheila berbalik badan dengan cepat. Ia menunggu ucapan Bara selanjutnya. Bara tak kunjung berucap membuat Sheila dilanda kegugupan karena tatapan mata Bara seolah tengah menelanjanginya.

"Ada apa?" tanya Sheila memberanikan diri.

"Siapa namamu?" Rasa penasaran terpancar dari sorot mata Bara.

Sheila tampak berfikir, ide jahil muncul di kepalanya. Lalu Sheila tersenyum simpul, ia mengucapkan namanya tanpa suara.

Bara mengernyit, mencoba mengejanya, ia gemas saat Sheila mengulanginya beberapa kali. Pergerakan bibir mungil itu membuat Bara ingin menarik pinggang ramping itu lalu melumat habis bibir ranumnya.

"She ... ila," gumam Bara. Kebahagiaanya kian membuncah ketika Sheila mengangguk, pertanda mengiyakan.

Sebelumnya, tidak pernah terasa begini. Debaran di dadanya terasa menyenangkan, wajah Sheila yang terlihat polos membuat Bara ingin melindunginya.

Mendekapnya erat dan keduanya menghabiskan waktu bersama. Namun, itu masih sebatas khayalan tapi sudah membuat Bara terlena dalam imajinasi liarnya.

"Dia dengan mudahnya meruntuhkan pertahanan hati ini, apa mungkin dia yang aku cari?" Bara bertanya pada dirinya sendiri. Dari banyaknya wanita yang Bara temui, hanya Sheila yang dengan mudah membuatnya terobsesi untuk memiliki.

Bara menyeringai, "Sheila, aku akan membawamu jatuh dalam pelukanku," tekad Bara penuh ambisi.

Pintu ruangannya terketuk berulang-ulang, membuat bayangan Bara tentang Sheila buyar.

"Masuk," titah Bara dengan suara baritonnya. Pria itu dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi datar dan terkesan dingin.

Bryan berdiri di depan meja dengan tumpukan berkas di tangannya.

"Ada beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani, Pak," ucap Bryan menaruh berkas bawaannya di meja Bara.

Bara memajukan kursi lalu memeriksanya teliti. Ia lantas membubuhkan tanda tangannya. Bryan yang melihat Bara selesai langsung mengambilnya kembali.

"Kalau begitu, saya permisi," pamit Bryan membungkukan badan dan keluar.

Bara mengangguk, ia berdiri seraya melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Pikirannya tidak fokus, Bara harus menggali informasi tentang Sheila secepatnya.

Bara berjalan melewati mejanya, ia tidak sengaja menginjak sebuah dompet berwarna coklat tua. Dahi Bara mengernyit lalu mengambilnya.

Kedua mata Bara memandang remeh.

"Jelek sekali seleranya," desis Bara mengamati penampilan dompet itu. Tangan Bara tergerak untuk melihat isinya. Pupil matanya melebar saat foto gadis yang terus membekas di ingatannya ada di sana. Sheila tengah tersenyum manis bersama Bryan. Terasa begitu dekat dan bahagia.

"Ada hubungan apa Bryan dan Sheila?" geram Bara, darahnya seakan mendidih disertai emosi yang bergolak.

"Permisi." Bryan datang lagi mengetuk pintu.

"Masuk!" seru Bara dengan tatapan tajam yang menusuk manik mata Bryan.

Bryan menelan ludahnya kasar merasakan aura gelap yang menguar dari diri Bara. Apalagi pandangan Bara yang seakan ingin membunuhnya.

Tujuan Bryan datang kemari adalah untuk memastikan. Apakah dompet miliknya terjatuh di sini atau tidak. Rupanya memang benar, saat ia melihat Bara memegangnya.

"Maaf Pak, itu dompet saya," ucap Bryan.

"Siapa perempuan ini?" tanya Bara langsung pada inti.

"Dia calon istri saya," jawab Bryan sungguh-sungguh.

Bara syok mendengarnya, ia bagai tersambar petir. Baru saja ia akan mengincar Sheila tapi, kenapa semuanya seperti ini? Bara tidak rela jika Sheila bersama dengan Pria selain dirinya. Tidak boleh!

Bryan merogoh sakunya setelah merasakan getaran ponselnya. Bryan mendapati pesan masuk dari adiknya yang mengatakan jika ibunya jatuh di kamar mandi dan sekarang dirawat di rumah sakit. Dokter harus segera melakukan tindakan operasi karena ibunya mengalami stroke.

Bryan menatap ragu pada Bara, ia gugup sekarang. Pria itu menghela napas panjang menenangkan dirinya.

"Pak, bolehkah saya meminjam uang untuk biaya operasi ibu saya? Tolong Pak, saya sangat membutuhkannya," mohon Bryan dengan wajah mengerut cemas.

"Ibumu sakit apa?" tanya Bara sekedar basa-basi.

"Beliau stroke dan harus segera di operasi," jelas Bryan.

"Baiklah, asal ada jaminannya," kata Bara tersenyum sinis. Hal ini akan Bara menfaatkan dengan baik untuk merebut Sheila.

Bryan berfikir keras, ia hanya tinggal di rumah kontrakan. Mobil pun tidak punya, apa yang harus ia jaminkan?

"Saya hanya memiliki motor," ucap Bryan apa adanya.

"Saya tidak mau!" tolak Bara keras.

"Bagaimana ... jika tunanganmu sebagai jaminannya," usul Bara bersidekap tangan menampakan aura otoriternya.

Bryan tertohok, seketika hatinya langsung panas mendengar penuturan Bara. Bryan mengepalkan tangan, ia mati-matian menahan dirinya untuk tidak menghajar wajah sombong Bara yang notabene adalah Bossnya.

"Tidak! Apa maksud Bapak berkata begitu? Saya tidak akan melepaskan Sheila! Carilah perempuan lain, Sheila bukan wanita seperti itu!" tegas Bryan menentang keras. Kemarahan menyala di matanya.

"Tau apa kau tentang saya? Saya jatuh cinta padanya saat kami tidak sengaja bertemu. Tapi sialnya kau mengenalnya lebih dulu!" sesal Bara frontal.

"Saya tidak akan menyetujuinya, apapun selain itu saya akan turuti," kata Bryan.

Suasana terasa tegang saat Bara dan Bryan saling melempar sorot permusuhan.

"Tidak ada," ketus Bara memalingkan wajah.

Tak lama terdengar telfon masuk pada ponsel Bryan, ia segera mengambilnya.

"Kak, tindakan operasi harus segera dilakukan, jika tidak ... ibu akan meninggal. Biayanya sekitar 150 juta, Kak," ucap Tiara diiringi isakan melalui sambungan telfon.

Wajah Bryan berubah pias, tangannya gemetar ia tidak ingin kehilangan ibunya secepat ini.

"Katakan iya, Kakak akan segera melunasi biayanya!" perintah Bryan cepat.

Bara menjengitkan sebelah alisnya. "Bagaimana? Apa kau masih bisa bersikap sombong ketika terdesak?" sindir Bara terdengar angkuh dan menyebalkan.

Bryan memejamkan matanya erat, meredam emosi. "Baik saya setuju." Seketika rasa sesal memenuhi hati Bryan.

"Pilihan yang tepat Bryan," puji Bara tersenyum puas semakin membuat Bryan meradang.

Bara mengambil selembar kertas yang sudah tertempel materai dan menyodorkannya pada Bryan.

"Tanda tangan di sini," titah Bara. Bryan berjalan mendekat dan mematuhi perintah Bara.

Bara mengambil ponselnya. "Saya sudah transfer uangnya. Silahkan pergi," usir Bara.

"Baik, terima kasih," balas Bryan dengan nada tidak ikhlas. Tangan Bryan mengepal kuat dengan emosi yang menderu.

**

Sheila menghampiri Bryan dengan rasa khawatir dan cemas yang begitu jelas dari wajahnya. Sheila langsung duduk di kursi sebelah Bryan. Sheila mendapat kabar dari Bryan dan ia langsung bergegas ke rumah sakit.

"Bryan bagaimana keadaan ibumu?" tanya Sheila.

"Kondisinya berangsur membaik setelah operasi," jawab Bryan terdengar lelah.

"Syukurlah, aku turut senang mendengarnya," sahut Sheila tenang.

Detik berikut, Bryan menggenggam kedua tangan Sheila dan mengecupnya lembut. Sheila menyadari ada yang berbeda, sorot mata Bryan tampak sendu.

"Sheila, berjanjilah, kau akan terus mencintaiku," ucap Bryan terdengar memohon.

Sheila tersenyum manis, tanpa ragu dia menjawab. "Iya, aku berjanji."

Ada kelegaan yang Bryan rasakan, sedari tadi seperti ada tali yang mengikatnya kencang dan membuatnya sesak. Namun, sekarang tali itu telah melonggar seiring dengan kecemasan yang perlahan memudar. Berada di dekat Sheila membuat Bryan nyaman. Dan binar kebahagiaan di mata Sheila seolah mengatakan semuanya baik-baik saja.

"Persiapan pernikahan kita sudah selesai kan?" tanya Bryan.

Sheila mengangguk pelan. "Sudah, kita hanya mengundang sahabat dan keluarga saja," jelas Sheila mantap.

"She, aku ingin memajukan tanggal pernikahan kita menjadi minggu depan," ucap Bryan membuat Sheila terkejut.

Inilah solusinya, jika Bryan menikahi Sheila secepatnya Bara tidak akan mengambil Sheila darinya.

Sheila menangkup wajah Bryan, "Apa kau takut kehilanganku?" goda Sheila mengusap lembut pipi Bryan.

"Ya, aku sangat takut," jawab Bryan yakin dan lugas. Bryan menarik Sheila lalu membawanya ke dalam pelukan. Dari perlakuan Bryan itu, justru menghadirkan perasaan aneh dalam hati Sheila.

Apa yang Bryan sembunyikan?

Tanpa mereka sadari, pria berwajah tampan tapi mematikan itu tengah mengintai mereka dengan senyum dan tatapan bak iblis. Ya, dia Bara Alexander Rodriguez, pria yang memiliki keinginan yang sangat kuat dan harus selalu terpenuhi.

"Lihat saja Bryan, aku tidak akan membiarkan rencanamu berjalan mulus!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Romantis

4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku