Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ssh, He's My Husband

Ssh, He's My Husband

MKaraaa

5.0
Komentar
5.2K
Penayangan
27
Bab

Punya suami tampan? Siapa bilang enak! Sumpah Gilda Safara benar-benar harus menjaga hasratnya jika berdekatan dengan sang suami. Alan Sandika Restu. Guru tampan nan populer di sekolahnya. "Sentuh sedikit tidak apa-apa kan, Safa?" / "Gyaa! Ingat janjimu dulu, Pak Guru!" Menahan kesabaran menghadapi suaminya yang agak mesum. Benar-benar menyebalkan. Kisah tentang percintaan murid dan guru yang tak biasa. Tunggu saja sampai Gilda tahu siapa sang suami sebenarnya. Guru kharismatik yang sempurna dan begitu suci ternyata adalah seorang-

Bab 1 [1] Super Pervert Husband!

Di usianya yang ke tujuh belas, sudah hampir lulus Sma. Diserang dengan ujian berkali-kali, test, dan hantu UN. Kali ini dia mendapatkan hantu yang lebih menakutkan dari itu. Lebih serem, bikin meriang, menggigil, tapi ganteng(?)

"Mama, Papa! Jangan tinggalin Gilda, astaga! Turunkan tidak?! Guru mesum! Turunkan atau aku teriak?!" Walaupun dia sudah terlanjut teriak, gadis itu bertingkah seperti orang gila.

Fix hari ini niat Gilda Safara yang ingin pulang terus rebahan di kasur langsung hilang. Sekarang badannya sudah digendong layaknya karung beras. Baru saja masuk ke rumah sudah ngerasa ada yang aneh dan benar saja. Dia digendong paksa keluar rumah lagi!

"Guru mesum, sialan! Mau apa kau, hah?! Turunkan tidak atau aku tendang junior kesayanganmu itu sampai bengkak?!" teriaknya lagi. Saat pintu rumah tertutup, hal terakhir yang Ia lihat adalah papa, mama yang hanya melambai-lambai singkat terus tertawa tidak jelas. Mereka pasti kerja sama!

"Kalau marah tidak usah ada acara menginap di rumah papa, mama segala, Safa." Suara baritone itu mulai bicara, beriringan dengan langkah kakinya yang keluar dari pekarangan rumah.

"Sengaja 'kan kamu nyembunyiin mobilnya biar aku tidak lihat! Biar kamu bisa bawa aku pulang!" teriak Gilda kencang.

Sayang teriak kesalnya justru dibalas dengusan geli, "Kalau iya, kenapa? Pintar 'kan? Siapa dulu gurumu." ujar laki-laki itu narsis. Gilda makin kesal. Gadis dengan rambut kecoklatan panjang itu nampak berantakan. Wajahnya berubah merah, kening tertekuk kesal.

"Ish! Narsis! Memang salah siapa dulu yang buat aku seperti ini, hah?!" tukasnya.

"Iya, iya aku salah sayang. Jangan ngambek terus, nanti aku belikan permen ya." jawab sang guru singkat.

Gilda sama sekali tidak ingin melihat wajah guru mesum ini untuk beberapa hari ke depan, walau hanya karena satu kesalahan kecil. Dengan cara kabur dari rumah dan menginap di kediaman orangtuanya. Alasan? Dia sudah mau ujian dan guru mesum ini terus saja menggoda atau bahkan sengaja membuat dia jealous di sekolah tadi.

Dasar pria hormone gila! Nafsunya itu lho yang tidak ketulungan. Padahal Gilda sudah janji sebelum dia lulus SMA nanti, tidak boleh ada sentuh-sentuh! Kecuali pegangan tangan atau sekedar cium dikit tidak apa-apa. Tapi apa?! Guru mesum ini terus saja menggoda Gilda yang termasuk cewek tidak kuat iman.

Badan proposional yang sengaja diperlihatkan saat di rumah, tidak pakai baju dan minder jalan-jalan di sekitar rumah, lirik-lirik, terus matanya itu seperti orang lagi sakit, suaranya kadang berubah serak dan makin buat Gilda merinding. Bahaya!

Laki-laki itu sangat berbahaya!!

Yah, biarpun laki-laki yang menjabat sebagai guru di sekolah ini adalah suaminya sendiri. Alan Sandika Restu.

***

Duduk di dalam mobil, Gilda terpaksa ikut masuk ke dalam. Mendengus kesal saat melihat seringai sang suami. Balutan baju kerja yang masih menempel serta keringat yang membuat wajah tampan lelaki itu makin seksi. Gilda mendecih dalam hati. Gilda, ingat umurmu. Jangan kebablasan! Tinggal sedikit lagi, tahan!! Membatin kuat-kuat. Alan Sandika Restu memang ujian yang keras buatnya, laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun dengan wajah tampan dan badan seksi. Sialan! Kalau saja umur mereka tidak terpaut jauh, dan Gilda sudah lulus Sma atau Kuliah, sudah Ia terjang Alan dari tadi. Tapi dia masih ingat tugas sekolah!

"Sudah tidak marah lagi 'kan?" Pandangan legam laki-laki itu menatapnya Intens. Lagi-lagi! "Masih! Aku inginnya nginap di rumah papa, mama sampai sebulan penuh kalau perlu!" Mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Hm, yakin? Nanti kangen lho." Suaminya ini memang pintar sekali menggoda, dia tahu kalau setelah menikah diam-diam dulu, Gilda tidak bisa tidur dengan tenang kalau tidak ada Alan yang memeluknya dari belakang. Sial! Wajah gadis itu memerah, mengembungkan pipi kesal.

"Yakin sembilan puluh sembilan persen!" tukasnya, sisa satu persen Gilda serahkan pada mental yang selalu berteriak untuk mencium dan menerkam Alan kapanpun dia mau. Habis siapa sangka kalau suaminya yang terkenal sebagai sosok dingin di luar berubah jadi tukang goda hanya di depannya? Aneh, Gilda saja tidak menyangka kalau beberapa bulan lalu Alan langsung melamarnya dengan alasan absurd.

Tidak kuat melihat dia dekat sama cowok lain di kelas. Ya, maksudnya kalau Gilda menikah itu artinya dia sudah ada yang punya 'kan. Tidak boleh ada cowok yang mendekati dia lagi dong. Titik. Possessive? Banget!

"Wajahnya udah merah seperti itu."

"Diam!"

"Ya sudah, kalau diam berarti kita tidak jadi pulang. Tidur di mobil saja mau?"

Gemas, "Aku turun saja!" Tangan Gilda sudah mau buka pintu mobil, tapi Alan sengaja menguncinya. Laki-laki itu menyeringai, Gilda makin kesal. "Buka tidak?!"

***

"No, kita diam saja di sini sampai pagi ya?" Suara baritone itu mengalun lembut dan jahil. Gerak-gerik Alan yang sengaja dibuat sensual, salah satu tangan bertumpu pada jendela mobil yang terbuka. Seringai mesum, pandangan intens, dan satu lagi.

"Eh, tangannya! Jangan macam-macam ya, nanti aku teriak!" Gilda reflek berteriak kecil, wajahnya makin merah saat salah satu tangan Alan bergerak menyentuh tangannya. Menyalurkan sensasi dingin-dingin yang bikin meriang. Nah 'kan kalau berduaan seperti ini keluar sudah setan dalam tubuh Alan. Setan mesum!

"Hm, memang kenapa kalau aku pegang tangan istri sendiri?" Dia bertanya polos, tidak sadar kalau profesinya sebagai guru dan tidak seharusnya berbuat seperti itu pada murid-istri-nya sendiri. "Pak Guru Alan, ingat! Kamu itu guruku!" teriak gadis itu lantang.

"Suami juga, Safa. Jangan lupa, aku suami kamu yang paling seksi." ujarnya santai, menjilat bibir bawah dengan pelan pandangannya makin menatap redup. Sial!

"Kan kamu sudah janji, Alan!! Hue, jangan dilanggar dong!"

"Masa aku tidak boleh sentuh sedikit, Safa. Jangan nangis." Muka Gilda udah kusut, seperti mau nangis. Bukan nangis takut sih sebenarnya tapi nangis frustasi. Ya ampun, tolong cabut hasratnya ini, tolong demi apapun. Buat dia jadi suka cewek saja sekalian. Tahan Gilda!! Tapi Alan seksi sekali hari ini, bagaimana dong?! Rasa jealous gadis itu menghilang dalam sekejap, ingatan tentang Alan yang mengajari murid-murid cewek di kelasnya langsung blur entah kemana. Pandangan kecoklatan Gilda menatap bibir Alan yang jilatable.

"Tidak mau! Aku nangis sekarang juga. Aku serius! Makanya jangan macam-macam!"

"Tadi 'kan kamu sendiri yang ingin kita diam di sini, jadi sekalian-" Kalimat Alan terpotong. Gilda gemas kembali mendelik ke arah suaminya. "Maksudnya jangan bicara! Bukannya diam-diam cari kesempatan. Astaga, Pak guru! Kamu itu guru paling pintar di sekolah kenapa malah mendadak bodoh begini sih!" teriak gadis itu kesal.

"Kan aku bodoh karenamu, sayang." Suaminya jadi semakin alay sekarang. "Pulang! Aku mau pulang, Alan. Jalanin mobilnya!" Bergerak memukul tangan nakal Alan membuat sang empunya meringis, "Kita akan pulang kalau kamu cium aku dulu."

"Hah?! Tidak mau!" Tubuh Gilda mundur secara perlahan. Menggeleng kencang melihat Alan yang masih santai mengisyaratkannya untuk mendekat. Dengan salah satu tangan bergerak meminta.

"One kiss and then we go home, honey" Menjilat bibir sensual, Gilda meneguk ludah. Cobaan apa ini! "C'mon."

"Ju...just one kiss!" Pura-pura terlihat malas. Padahal dalam hati Gilda sudah ketar-ketir seperti cacing kepanasan. Selama beberapa hari tidak mencicipi bibir suaminya, 'kan dia rindu. Memajukan tubuh mendekati Alan yang masih duduk bak raja sembari menunggu dengan seringai tipis. Bibir Gilda mengerucut.

"Ah, one kiss ah French kiss I mean." Berbisik singkat sebelum Gilda sempat protes. "Apa-hmphh!" Tangan kekar Alan sudah bergerak terlebih dahulu, menarik kepala Gilda mendekat dan mengobrak-abrik seluruh bibir istrinya. Dia tertipu!

***

Gilda acak-acakan. Pulang dengan wajah memerah, rambut berantakan karena tangan Alan yang tidak mau diam saat mereka ciuman tadi dan bibirnya yang bengkak. Untung saja baju sekolahnya masih bisa diselamatkan. Tadi tangan sang suami sudah mencari kesempatan, buka-buka kancing tidak jelas.

Tapi memang Gilda-nya saja yang hampir tergoda, nyaris menikmati ciuman maut suami sendiri, sampai bengkak seperti itu! "Ayo turun," Alan sudah keluar dari dalam mobil sembari menundukkan wajah, memperhatikan gadis kecoklatan itu masih ada di sana. Duduk dengan muka cemberut. Gilda tetap diam. "Turun tidak? Kalau tidak mau aku gendong kamu ke kamar mandi sekarang, mau?" tukas Alan cepat.

Gilda mengerang kesal, mengecurutkan bibirnya, "Iya, ah! Mesum! Baru pulang sudah mau ke sana!"

"Kan' aku rindu, Safa."

"Kamu saja yang ke sana, sekalian mandi badannya sudah bau sekali!" Mencibir kesal. Gadis itu menutup pintu mobil agak keras. Menenteng tas dan berjalan angkuh masuk ke dalam rumah. Saat mau buka pintu, "Lho tidak bisa dibuka?" Dia berujar polos.

"Pintunya masih terkunci, Safa." Alan terkekeh geli. Tanpa tahu kalau Alan sudah berdiri di belakangnya, dengan dengusan kecil. Dekat sekali! Sampai Gilda bisa merasakan dada bidang laki-laki itu menyentuh punggungnya. Sengaja nih, sengaja!

"Ya, sudah jangan dekat-dekat juga! Dadanya nempel, Pak guru!" seru sang empunya gemas. Mendorong tubuh Alan agar menjauh.

"Ngambek terus nanti cantiknya hilang," Bukannya menjauh Alan malah semakin mendekat, menundukkan wajah sejajar dengan tengkuk leher Gilda sekarang. Napas yang dihembuskan membuat gadis itu merinding.

"Alan!"

"Hm."

"Jauh sedikit!"

Kedua tangan Alan memeluk pinggangnya possessive. Aroma jeruk yang menguar dari tubuh istrinya. Alan hirup dalam-dalam. Menaikkan gairah sebagai jiwa muda. Sudah berapa hari dia tidak tidur dengan Gilda? Maksudnya memeluk istrinya gitu. "Hyaa!" Gilda memekik tanpa sadar saat lidah sang suami sudah menjilat lehernya. Mengecup dan memberi kissmark di beberapa tempat dengan cepat. Sial! Tangan Gilda yang agak lemas berusaha menjauhkan wajah Alan dari lehernya, tapi suaminya yang sedang terbakar gairah malah keenakan.

"Uwaa!" Menjilati jemarinya dengan sensual, memberikan sensasi geli dan dingin. "Gilda, aku sentuh sedikit tidak apa-apa 'kan?"

Nah kan! Suaranya berubah serak lagi! Mode mesumnya keluar! Gilda panik, setan Alan mulai keluar tanduknya. Merasakan jilatan Alan meninggalkan jejak di tangannya. Lengket, aduh aroma suami mint suaminya menguar keras.

Reflek Ia menjilat bibirnya, wajah yang memerah, "Ini masih di depan teras, Alan! Nanti ada yang lihat! Minggir!"

"Tidak mau tahu!" Suara serak itu ditambah nada kekanak-kanakkan. Tanpa persetujuan Gilda, Alan mengangkat tubuh istrinya. Membiarkan gadis itu memberontak, "Sentuh sedikit tidak apa-apa kan?"

"Tidak! Hmhp!" Alan menciumnya ganas sebelum mencari kunci rumah. "Alan!! Aku mau ujian besok!"

"Hm, ya sudah aku batalkan saja ujian besok."

"Serius?!"

"Apa sih yang tidak buat sentuh kamu hari ini, Safa?" Jawabannya tidak romantis sama sekali. Apa sih yang tidak buat kamu, begitu dong! Eh, tunggu dulu! Kenapa Gilda malah senang?! "Tidak jadi, Alan! Aku pingin pu-hmph!" Alan masuk ke dalam rumah, dengan mencium kembali bibir manis istrinya. Mendapati sekilas bahwa seorang gadis remaja tengah menganga di dekat gerbang rumahnya.Tak sengaja lewat dan melihat adegan dewasa seperti itu.

Pak Alan hanya mengedip ganteng, terus menutup pintu, dan mencium ganas Gilda lagi. "Arg! Alan, aku serius!! Astaga, jangan sentuh yang di sana! Geli! Eh, jangan yang di sana juga!" Suara teriakan Gilda terdengar sampai keluar rumah.

"Ck, aku baru bukain sepatu kamu Safa, sabar sedikit?"

"Eh, belum ya? Hehe, maaf maaf."

***

Ini kisah mereka berdua, pasangan suami istri paling absurd sejagat raya, Gilda gadis cempreng dan super aktif yang menolak agar tidak melakukan hal yang aneh-aneh sebelum lulus, dan Alan Sandika Restu yang ingin segera membuat anak pertama, kedua, dan ketiga, serta mempraktekkan banyak gaya XXX bersama sang istri.

Suami overprotective yang terpaksa menyembunyikan identitas mereka berdua sebagai pasangan suami istri. Hei, jangan berharap akan menemukan cerita super berat di sini. Karena hari-hari mereka akan dilalui dengan keanehan dan super tawa untuk menghibur kalian.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku