icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ssh, He's My Husband

Bab 5 [5] Preffesionalisme

Jumlah Kata:1873    |    Dirilis Pada: 12/10/2023

jung tanduk? Menyadari posisinya dengan Kevin super duper gawat,

berdiri tegap, membenarkan kursi yang tadi terjatuh, seolah mengabaikan kondisi Kevin di lantai

ang mendorong-" Belum selesai Kevin bicara, sosok yang kini ikut berdiri,

h cukup membuat keberanian Kevin hilang. Dia tidak ingin mencari ma

semua teman-teman mereka di kelas b

fa mengambil alih suasana kelas lebih dulu. Membuat beberap

mau pacaran di luar d

k tap

mana bisa 'lah pacaran

au Gilda.' Suasana riuh itu Ia abaikan, masih ada sesuatu yang lebih pe

, "Kevin dan Gilda, kalian pacar

fa. Satu ketukan penggaris terdengar singkat di d

eguk ludah berulang kali

k penting." Kalimat penuh penekanan, Gilda berusaha keras menengadahkan wajah.

g memberikan pembahasan. Kalian benar-benar tidak men

ilda langsung komat-kamit dalam hati, mengucap doa agar k

"Maaf, Pak Alan. Gilda, yang lebih dulu mengambil b

, Gilda langsung mendelik ke arah Kevin. Bukannya memperbai

in Gilda dalam hati, sementara Kevin, membenarkan letak kacamata.

Bisikan super t

atahkan kacamata dan membak

a di dalam kelas kini hening, setelah m

perti biasa lagi. Alan sangat marah, jika mendengar kalimat Safara itu sudah menjadi tanda

gan, "Ma-maaf, Pak." Mem

satu laki-laki saja, bahkan langsung mengajaknya menikah. Ta

kekagetannya saat mendengar kalimat itu dari bi

rkataan Alan, mereka kembali tertawa, menjahili deng

an, j

jadian m

nnya mencari perhatian di kelas! Arghh, persetan dengan semua teriakan it

ur! Pasangan

*

gedung belakang sekolah yang kini sepi. Hanya satu pohon besar ada di sini

ermaksud mencium si kacamata! Kenapa aku malah menciumnya! Itu

dingin. Bahkan menyindir mengenai masa lalu mereka. Kesal sih, tapi ten

ali ini berbalik dan menyenderkan tubuhnya pada pohon besar, menatap ke a

mukul kepala sendiri. Entah seperti apa kemarahan Alan sekarang, apa

i itu, Gilda bisa p

edua manik itu tak sengaja melihat sosok yang begitu Ia kenal.

lda langsung berlari cepat, mengambil tempat sembunyi di b

rah, seperti sedang mencari seseorang. Lihatlah wajahnya yan

memeluk tubuhnya dengan kedua tangan. Berusaha keras menyemb

, bahkan mengecek ke segala tempat. Bukannya Alan masih a

n tadi?!" Makin ketakutan, Gilda merinding ngeri. Duh, membayang

g suami sudah sangat membuat hatinya tersiksa. Setelah beberapa

*

ndangan, Gilda mengerjap bingung, sosok Alan menghilang

hanya Alan. Bahkan Stefa dan teman-tema

itu ada di

'kan? Ck, padahal aku mau

u j

Gilda masih bersembunyi. Ia terfokus melihat kelompok Stefa di d

at Gilda. Ikut bersembunyi dari para murid-

a Saf

da menegang cepat. Mengetahui semua suara di belakan

a pada Tuhan. Berharap kalau kemarahan Alan mereda bar

ternyata ada Pak Alan di sini, haha," Tertawa kecil den

sa-basi dengan wajah tertekuk kesal. Gilda kelabakan, "A-ah, tadi aku tidak sengaja nemu

mu tadi? Bermain sembarangan dengan Narastana bahkan menciu

, aku

?" Tanpa basa-basi bertanya pada Gilda, sang Safa

selama seminggu ini aku berusaha keras menahan diri agar tidak mencium

an tadi sudah cukup membuat semua teman-t

u hanya tak sengaja mencium Kevin. Kita sa

bahwa kau baru saja mengkhianati keperca

t bibirnya yang kaku, tidak berani bicara. Alan berniat

ki-laki itu. "Aku hanya ingin membuatmu cemburu, itu saja! Aku benar-benar tidak tahu kalau aku

paskan tanganmu, aku h

ya jika di depan semua teman-teman sekelas. Menjadi sosok

maaf,

kau tahu maksudnya 'kan?!" tukas Alan kesal. Gilda mengangguk polos.

anjiku pada kedua

anji akan menaikkan nilaik

agai balasannya aku malah melihatmu berciuman

per duper, jika selama ini laki-laki itu akan selalu

vin tadi kau sama sekali tidak cembu

'kan?! Aku ini tetap gurumu di sekolah, mana mungkin aku mempe

remaja yang masih labil. Menikah di usia muda, bagaimana cara dia mengendalikan emosi sa

empuan di sekolah ini, biasa dikerumuni dan didekati oleh mereka! Kau tetap tenang karena berusaha bersikap professio

osok Alan. Laki-laki itu masih menatap tanpa ek

dan romantis. Tapi jika dilihat dari sisi realistis. Ada begitu ban

mau mengalah, termakan oleh e

fesionalitasku ini menyebalkan. Terserahmu saja." Alan berdiri, tanpa men

is yang masih enggan menangis,

n sosok A

Kami mencari bapak sejak tadi, tiba-t

-apa, hanya ada sedikit masalah k

tapi

balilah, sebentar lag

enuju kelas. Sementara Alan masih berdiri di tempatnya, sekil

terakhir sekolah berbunyi, Gilda." ucap Alan rend

*

galami pertengkaran besar seperti ini. Semua menyangkut perasaan dan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka