Ssh, He's My Husband
emeluk tas pakaian dan melirik ke arah miliknya sekali lagi. Ya, masa sih gunungnya sebesa
an lalu. Gilda baru merasa sedikit sesak, menatap bagaimana benda itu kini menyembul deng
ar ini?!' Menahan malu, Gilda berjalan sambil memeluk tasnya sendiri. Me
berulang kali. Tubuh Gilda sedikit menegang saat melihat ternyata tidak hanya kelasnya saja
sosok Stefa kini bergerak mendekati Gi
an nada mengejek, Gilda mendesah panjang, memutar kedua bola matanya bosan.
rlipat, merasa yakin dengan baju renang yang Ia gunakan. Sebenarnya sekolah ini tidak melarang semua mu
seperti baju renang sekolah yang berwarna gelap, menggunakan model celana pendek dan baju k
fa malah percaya diri. Merasa yakin dengan baju renang yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang cu
a punya kepercayaan
mengernyitkan alis bingung, "Ck, mau apa
u-" Menghentikan perkataan Stefa dengan cepat, Gilda berbalik dengan manik malas. Bagaimana
fa sudah menelan ludah kaget. Maniknya membulat tak percaya melihat body yang tad
a pusing, tanpa sadar menunjuk ke arah G
i cuaca sedang sangat dingin. Sekarang, setelah beberapa kali pertemuan, Stefa
ar, baju renang sekolah pun mampu mengalahkan baj
umbat pakai baju renang ya?!" Wajahnya memerah, lebih baik Stefa
fokus bahkan pandangan semua laki-laki di sekitarnya
ikmu kecil sekali, tapi sekarang sudah berubah besar! A
g tadi Ia taruh di atas meja. Biarpun olahraga memang pelajaran favor
te
*
ertubuh tegap yang kini sudah lengkap dengan celana renangnya berg
g sang Safara. "Hentikan, kau sudah keterlaluan," Suara baritone ya
percaya, bagaimana bisa sosok itu sekar
lebih memalukan lagi. Laki-laki itu menolong Gilda? Setelah apa yang Gilda lak
purna. Masih ingatkah kalian dengan kejadian seseorang yang menembak
s menolak tegas sosok yang memberanikan diri menyatakan cinta padan
m ujian renang hari ini ternyata dari kelas Ian?
rtentu, menatap Stefa sekali lagi. "Apa kau tidak pernah diajarkan untuk membatasi ucapanmu? Mempermalukan seseo
ilda kesal. Sebelum akhirnya pergi
Ian. Semua orang di sekitar mereka tidak lagi menatap Gi
*
a kembali. Gadis itu berhadapan dengan Ian kembali, menengadah,
mengucapkan terimakasih, pasalnya Gilda masih tid
epat, "Aku hanya tidak suka gadis itu menge
ini? Aku tidak lihat tadi," Ian mengangguk kecil, "Kalau a
, beg
ke sana. Semua sudah berkumpul," Meredakan kegugupan mereka, Gilda ingin
menggenggam pergelangan tangan Gilda,
mau Gilda mengerutkan kening sekilas. "Kau sendiri, kenapa masih setenang itu membantuku, padahal
an dan justru menangkap laki-laki
ucu seperti
iiringi teriakan keras. "Kalian yang lagi berd
ra itu, Ia reflek melepaskan genggaman Ian tadi. Berbalik cepat
. Apa Alan melihat tingkah Ian tadi? Kalau memang benar, astaga gawat. Padahal hubungan mereka ber
Aku belum menyerah, Gilda." Sebelum suara terakhir Ian,
ng?! Sosok dengan pemikiran lurus dan tegas, bak anggota kepolisian
gan laki-laki seperti
rada di depannya, sebisa mungkin
*
uang
pa men
pak sedikit bingung. Setelah mendapat panggilan tiba-tiba dari asistennya yang bertugas mencatat dan
ki-laki itu, ditambah lagi dia harus menilai dua kelas
u mengabariku sekarang?!" Misuh-misuh kesal, kali ini dia harus mencari sendi
ang guru, "Pak Alan!" Sosok Alan yang tegap dan masih mud
pa, Pak Roan?" Membawa beberapa buku pelajaran dan
i ini asisten saya, pak Guntur tidak bisa datang karena istrinya melahirkan. Saya ada menilai beberapa
Kebetulan saya sedang tidak ada kelas untuk beberapa jam ke depan, tapi saya ada rapat sore nan
absensi pada Alan, "Kelas 12 – A
ua pemikirannya. Bahkan sebelum melihat daftar absensi. Raut wajahnya ber
nyum tipis. Roan menatap senang. Menepuk pundak Alan cepat. "Benarkah?! Wah, t
embantu Roan. Melainkan pikirannya tertuju pada satu nama, sampai saa
an, mengingat namanya saja sudah mampu membuat rasa cemburu
laki-laki tampan itu mengalihkan pandangan, berjalan kembali ke tempat dudu
ah, Pa
p maniknya lekat, mencoba mengambil napas panjang dan tenang
usaha keras menahan dirinya. Bukan hanya Ian tapi ketahanannya melihat Gilda berdekatan dengan laki-lak
as menahan dirinya, selama posisi sang Sandika masih berstatus guru
g sangat ke
a ingin segera pulang, menyelesaikan semua masalahnya dengan Gilda, dan
u biarkan saja