Ssh, He's My Husband
tu mengangguk yakin,"Oke, sudah selesai!" ujarnya senang, touch up yang Ia maksud di sini bukan menambahk
tomboy tapi masih tetap menjaga wajahnya agar tetap kinclong. Menuruni wajah ayah dan sang ibu yang bebas tanpa jerawat, Gil
rim malam dari wajah sampai leher. Jadi saat laki-laki mesum itu dengan sengaja menginca
tawanya. Menepuk pipi beberapa kali, tidak menyadari
mengerjap. Hampir mengumpat begitu tahu bahwa kelom
wajah bak model-model terkenal yang hampir membuat semua gadis di sekolahnya kepanasan. Menantang dan menggoda. Be
Gilda karena atas dasar cemburu saja. Gilda sendiri juga tidak masalah, karena mereka memang sudah
uh ramping dan tinggi melebihinya. Idola kelas, merangkap sebagai ketua
at cocok dibilang model, make up yang digunakan pun tidak tanggung-tangg
dengan tatapan super teduh, menghampiri Gilda. Stefa tersenyum manis, memper
ptaanku di sana? Tuh," Asal ceplas-ceplos semua gadis di depan gadis itu langsung menatap jijik. Begit
menikah dengan Alan, tapi tetap saja 'kan bumbu-bumbu cemburu dalam hatinya akan terus ada. Apala
Gilda menggeleng kecil, "Aku bercanda, nih sekarang 'kan mau ada acara pem
au tidak menggunakan make up sama sekali, G
wajah Stefa, semua tawa tertuju ke arahnya. Mendengus kecil, berjalan melewati ketiga o
ta tidak bisa datang, kalian tahu siapa penggantinya?" Stefa berjalan, dengan kotak mak
hut salah seora
a membuatku berdanda
geran kita 'kan??! Dariman
'kan orangtuaku penyumban
ar mandi, sebelum ekor matanya melirik ke arah Stefanie lagi. "Aku harus terlihat cantik di dep
atu tangannya mengepal, hampir saja dia mengeluarkan tenaga
a sekali tidak membe
arena Gilda dengan jahilnya mengoleskan krim
*
nya adalah sang suami sendiri. Berdiri dan menun
emannya yang super berisik. Aliya, gadis berambut pendek itu tidak henti-hentinya
a mengeluarkan senyum menawan, tepat memandang Alan. Mereka saling tatap, sela
udah cukup
ang tepat, alis laki-laki itu terangkat sekilas. "Hm, make upmu terlalu teba
ut tangan Aliya, Gilda
s itu tetap tersenyum, menyampirkan rambutnya ke belakang telinga, "Bapak
imana gadis itu nampak mengerucutkan bibir, sangat manis dan lucu. Sebua
rnya lembut, sebuah saran yang membuat Stefa malah memerah senang. Ia men
i-lagi Alan membuatnya cemburu. Sosok yang sangat jahil, padaha
sia
*
n kesal. Masuk ke dalam gilirannya, saat Stefa hanya perlu mengam
ik lagi, Gilda." Alan memberikan perintah pada Gilda,
senyum dri
annya dengan senang. 'Oke, satu koleksi lagi,' Dia masih bel
an kamera itu kembali mengambil wajah Gilda, bahkan berkali-kali. Saat Ia mengerucu
"Hm, sepertinya kurang.
hampir lima kali! Gilda kesal!! Tid
a bisa melihat bagaimana wajah tampa
, saat hanya ada dirinya dan Alan, dengan posisi mereka yang berdekat
tingkah Alan. Saat kamera berniat mengambil wajahnya
ua-tiga
ampir menahan napasnya. Wajah tampan dan keren tadi sempat goyah, apa yang
t. Gadis itu malah menggigit bibir bawahnya?! Memasang wajah nakal dengan sengaja,
begitu melirik ke arah bagian bawahnya yang perlahan membesar. Jantung Alan berdebar, napa
a sudah selesai? Atau masih mau yang lain lagi?" Menanyakan dengan kali
iliran terakhir Gilda selesai. Sembari membawa kamera kebanggaannya, laki-laki itu b
isa menangkap suara itu. Penuh nada serak dan berat, merasakan sesuatu mengg
." Satu ucapan singkat, da
pemotretan, dengan berbagai arti dalam kalimatnya. Meninggalkan Gilda dengan waja
ha menjahili Alan. Gilda justru ja