Ssh, He's My Husband
g menatap satu sama lain. Bahkan percikan api itu terlihat samar, dia bukan gadis polos yang
u dan Alan, Ian?!' teriak Gilda dalam hati, dia tidak menyang
amarahnya. Menatap takut-takut, manik mereka tak sengaja bertemu. Alan mende
uji amarahku lag
ng pucat, 'Bukan! Ini bukan salahku! Dia s
an manik lurus dan tegas, "Saya bisa ikut dalam kelompok bapak 'kan?" ucap l
ilda ketar-ketir takut, berjalan mund
anya berlangsung sebentar, kalau kita bertiga, itu hanya m
ngkin bapak bisa melihat kami berdua saja?" Membalikan perka
a, jadi tidak mungkin saya menolakn
a lebih nyaman jika melakukan pe
utuk Gilda kesal, hanya gara-gara kelakuan Ian. Gilda h
n makin tercetak jelas, namun tidak dengan suaranya. Baritone yang kian membera
-apa 'kan aku ikut pemanasan denganmu?" Bertanya pada gadis itu polos. Tan
e arah mereka kompak. "Ah! Itu, ada yang memanggil namamu, Ian! Mereka sepertinya berpasangan denganmu! He
malu-malu, Gilda tersenyum kikuk, "I-Ian sepertinya tidak menemukan
n tatapan Ian, wajah tampan yang kini menekuk tak suka.
tu mendekat, tidak setuju dengan keputusan sepihak sang Safara. Tapi maaf-maaf saja, selama sosok Alan m
da yang menyadarinya. Kecuali Gilda dan Ian, karena pandangan semua pe
berbunyi nyaring. Memanggil semua orang agar segera mendekatinya. Alan
*
k singkat, menarik napas panjang. Mengingat kembali apa yang Ia lakukan tadi, r
nggemborkan diri untuk bersikap professional di depan Gilda. Ia tidak boleh lupa status mereka di sekolah ini.
gejar Gilda. Padahal sudah jelas-jelas Alan meminta Gilda untuk menolaknya
istrinya. 'Ck, sial!' rutuk sosok itu lagi. mencoba menatap Roan dan fo
karena kejadian tadi. Mendengar semua penjelasan pak Roan beberapa
oan di depan sana. Streching, olahgerak beberapa
lu untuk laki-laki 30 kali, full gerak badan, oke?!" Mengintruksikan cepat, Gilda bergegas duduk
elana Alan, "Pak, kita harus sit up dan push up sekarang," bisik Gil
memperbaiki posisinya, "Siapa ya
ipat ke belakang. Alan bergerak memeluk kedua kaki Gilda. Gadis itu hampir saja membelalakkan
u? Kita sudah biasa melakukannya," ujar laki-laki itu polos. Astaga, Gild
ah, kalau di sekolah nanti semua orang lihat. Pegang ujung sepatu saya saja," Alan baru sadar, Ia
Kalau nanti giliranku, ka
Ian tadi. Bisa Gilda lihat bagaimana wajah itu masih ter
*
diri untuk mengganti posisi. Semua orang nampak terfokus dengan pasangan mereka masing-masing. Tentu saja dengan kondisi berpasangan beda
t berjongkok tepat di depan Alan yang berniat membaringkan tubu
terbentuk sempurna, begitu keras tidak seperti dia yang masih terasa lembek. Gilda benar-benar
k?!" Laki-laki itu masih berbaring, menatap langit atap sembari menari
ak
ti hitungan Roan. Ia melakukan sit up hingga waktu yang ditentukan. Tentu saja
ya. 'Tidak buruk juga,' Olahraga favorite Alan di rumah memang sit up bersama Gilda, ada bebe
lah berjam-jam lebih menahan diri dan kecemburuannya. Manik bulat yang men
bungkam. Wajah manis itu tertekuk sedih. Menggemaskan, Alan m
Ka-kau masih marah? Aku 'kan sudah mint
an Alan masih menikmati waktu berduanya dengan Gi
at, "Su-sudah kok! Dia saja ya
tahu 'kan aku tidak suka kalau siapapun berani mendekat
lakukannya lagi." Masih merajuk, menggigit bibir bawah takut. Ah, betapa sena
it up, tinggal s
kalimat ultimatum. Gilda reflek meneguk ludah pelan, merasakan
u sengaja menempatkan posisi di samping telinga Gilda. Berbisik penuh nada
rlihat. Manik gadis itu melebar, bulu kuduk merinding, disertai aroma parfu
pelukan pada betis Alan. Berdiri tanpa melihat Alan, wajah memerah sempurna. Laki-laki yang ki
uat naluri laki-laki Alan perlahan bangkit. Hh, berapa lama kira-
itu juga