Dosenku Suami Posesif

Dosenku Suami Posesif

Vinnd Senja

5.0
Komentar
Penayangan
11
Bab

"Laptop saya rusak Pak, saya tidak bisa mengerjakan skripsi saya" Gadis bernama Belinda Zevaya seorang mahasiswa akhir yang berjuang untuk bisa membayar dan menyelesaikan kuliahnya harus berhadapan dengan dosen pembimbingnya yang terkenal killer. "Kerja dirumah saya, agar kau bisa memperbaiki laptop mu!" Tawar sang dosen bernama Arez Bernando.

Bab 1 Seorang Perints Bukan Pewaris

Pagi bersinar begitu cerah. Bunyi alarm terus menggema memenuhi kamar kecil sang gadis yang masih terlelap tanpa sadar sedikit pun dengan suara kebisingan yang ada.

Kring..... Kring.... Kring...

Entah sudah beberapa kali alarm itu berbunyi, namun tak membuat sang pemilik alarm terbangun dari mimpinya.

"Hoamn.." sang gadis terbangun, namun ia mematikan alarmnya. Beberapa menit kemudian alarm kembali berdering, membuat telinganya seakan berdengung.

Belinda Zevaya__ dengan nama panggilan Zeva terbangun kaget, dan langsung terduduk dengan jantung yang berdetak kencang. Alarm terakhir membuat jantungnya hampir saja copot.

"Astaga! Sudah jam berapa ini?" Tanyanya saat melihat cahaya matahari masuk melalu celah ventilasi.

Zeva meraih jam weker di sebelahnya dan waktu sudah menunjukkan 07:30 pagi. Dengan segera Zeva masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamar kosannya. Ia hanya sempat mencuci muka dan menggosok gigi.

Sambil mengacak lemari plastik pakaian miliknya, Zeva terus memperhatikan jam yang terus berdetak. Setelah siap, dengan rambut yang sedikit berantakan Zeva menuruni tangga kosannya.

"Zeva, kamu baru bangun? Telat sekali, tidak biasanya" Tanya tetangga kamar Zeva yang juga akan berangkat bekerja.

"Iya kak, aku telat, tidur subuh" jawab Zeva

"Mau sekalian bareng nggak berangkatnya?" Tawar Meli

"Tidak searah kak, aku mau ke sekolahan. Aku juga sudah pesan ojek online kok, kak Meli duluan aja"

"Ya sudah, aku duluan, Va"

"Iya kak, hati-hati di jalan"

Zeva menunggu di depan gerbang kosan. Namun, sudah lebih dari lima menit sang ojek online belum juga tiba. Ia mondar mandir dengan gelisah di depan gerbang kosannya. Kosan Zeva berada di dalam gang sempit, dan hanya bisa di lalui oleh motor saja.

"Dimana sih, kenapa belum sampai juga!" keluh Zeva.

Ia membuka aplikasi hijau di ponselnya, untuk mengecek lokasi sang driver.

Namun, lagi dan lagi Zeva mendengus kesa. "Bodoh banget astaga! Gue sejak tadi menunggu kosong, dan lupa pesan ojolnya. Ya Allah, sial sekal" umpat Zeva merutuki kebodohannya sendiri.

Setelah memastikan dirinya memesan ojek online, Zeva kembali menunggu dengan perasaan yang semakin gelisah. Kali ini dia sudah terlambat untuk bekerja, seharusnya sejak pukul 06:000 pagi dia sudah berada di tempat kerjanya.

Tak lama, sebuah driver berhenti di depan Zeva. "Mbak Zeva?" Tanyanya sopan

"Iya betul, Pak. Kita berangkat sekarang ya, kalau bisa lebih cepat, saya sudah terlambat bekerja pak"

"Iya Mbak, saya usahakan ya. Pakai helmnya dulu"

Zeva mengangguk dan menggunakan helm. Jika tidak terlambat, Zeva akan jalan kaki saja, namun karena ia tidak punya waktu banyak Zeva pun menggunakan ojek online.

Zeva tiba di depan sekolah swasta, Zeva langsung turun. "Berapa pak?"

"Dua belas ribu, Mbak Zeva"

"Ini Pak, kembaliannya buat Bapak saja" Zeva bergegeas, ia memberikan uang dua puluh ribu.

"Mbak Zeva, helmnya belum dilepas" teriak sang driver.

Zeva menghentikan langkahnya dan menghela napas berat. "Maaf, Pak" Zeva mengembalikan helmnya dan berlari sekencang mungkin.

"Astaga, Mbak Zeva. Telat sekali datangnya, buruan masuk Mbak sebelum Ibu lihat Mbak" ucap sang security

"Iya, Pak. Saya masuk ya" Zeva berlari kencang, sekolah swasta itu lumayan besar. Ia langsung menuju ke salah satu bilik kamar mandi untuk mengganti pakaiannya menggunakan seragam khusus yang diberikan oleh pihak sekolah.

Setelah mengganti pakaian, Zeva mengambil alat kebersihan di gudang dan langsung menuju ke kamar mandi wanita. Zeva bekerja part time di tiga tempat berbeda setiap harinya.

**

Tepat satu bulan yang lalu, Zeva di terima bekerja paruh waktu di sekolah swasta tempatnya sekarang sebagai cleaning service di pagi hari. Tanpa rasa malu ia menerima pekerjaan itu dengan senyuman yang lebar, meskipun bayarannya tidak begitu banyak, tetap Zeva merasa bersyukur bisa mendapatkan tambahan uang.

Zeva hanya menghabiskan waktu selama 4 jam saja di sekolah ini. Setelahnya, ia akan bekerja di Rumah Makan Seafood hingga sore hari dengan mencuci piring. Di malam hari ia akan bekerja di supermarket hingga pukul 12:00 malam.

"Semangat Zeva, karena kamu adalah seorang perintis bukan pewaris" ucapnya menyemangati dirinya sendiri sambil menggosok kamar mandi, sesekali ia menyeka keringatnya yang mulai bercucuran.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi. Para murid sudah mulai beristirahat dan pekerjaan Zeva pun selesai. Masih ada waktu satu jam untuknya beristirahat sebelum ia menuju ke rumah makan seafood untuk bekerja. Karena mengingat dirinya yang belum mandi, Zeva pun menggunakan kamar mandi sekolah untuk mandi.

Saat akan menuju ke gerbang sekolah, ia merasakan perih pada perutnya. Ia mendudukkan dirinya di salah satu bangku yang berada di koridor sekolah. Ia tidak pernah sempat sarapan sebelum bekerja, biasanya ia hanya akan minum air putih dengan banyak untuk menahan rasa laparnya. Zeva sangat menghemat pengeluarannya setiap hari demi bertahan hidup hingga akhir bulan di kerasnya kehidupan Kota Jakarta.

"Mbak, kerja disini?" Tanya salah satu wanita cantik yang Zeva yakini adalah salah satu orang tua murid di sana. Wanita cantik itu mendudukkan dirinya disebelah Zeva dengan begitu anggunnya.

"Saya seorang cleaning service, Bu" jawab Zeva tersenyum ramah dan canggung. Ia lumayan canggung berbicara dengan orang kaya.

"Panggil Aliza saja, umur kita kehihatannya tidak beda jauh" ucapnya

"I- Iya Aliza" ucap Zeva gugup.

"Kamu wanita hebat, tidak banyak wanita muda jaman sekarang mau bekerja sebagai cleaning service"

"Ah, biasanya saja" ucap Zeva sembari memegang perutnya.

"Kamu kenapa?"

"Tidak apa, hanya sedikit sakit perut"

"Kamu sudah sarapan?"

Zeva menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kamu masih bekerja sekarang?"

"Sudah selesai, aku akan pergi sekarang" Zeva berdiri

"Tunggu. Nama kamu siapa?"

"Zeva, salam kenal"

Aliza mengangguk dan mengulurkan tangannya. Zeva menerimanya dengan senang hati. "Zeva, ikut saya makan dulu mau? Kebetulan saya juga belum sarapan"

Zeva terdiam, ia tidak enak menerima tawaran siapa pun untuk makan. Namun, dia sudah tidak punya uang jika harus membeli sarapan lagi. Uang sarapannya sudah dia gunakan untuk membayar ojek online tadi pagi.

"Saya..."

"Ayo lah, temani saya"

Zeva terpaksa mengangguk saat melihat wajah Aliza penuh harap. Aliza tersenyum senang, ia menggandeng tangan Zeva, membuat gadis itu semakin tidak nyaman. Aliza dan Zeva menuju ke parkiran, dan Zeva masuk ke dalam mobil mewah.

Zeva biasa saja dengan mobil mewah. Ia juga pernah merasakannya, ia tersenyum getir ketika mengingat kehdupannya dulu yang penuh dengan kemewahan, tidak seperti sekarang yang penuh kekurangan.

"Kamu tinggal dimana?"

"Di gang dekat sini kok"

"Kamu ngekos?"

"Iya" jawab Zeva singkat. Sejak dulu ia tidak memiliki teman yang bisa ia berbicara dengan banyak tentang kehidupan pribadinya.

"Orang tua kamu dimana?" Tanya Aliza menoleh

Zeva tersenyum. "Sudah tidak ada"

"Maaf" ucap Aliza merasa tidak enak

"Tidak apa. Kamu ke sekolah bikin apa?" Tanya Zeva mengalihkan obrolan

"Aku menemui anak ku. Hanya di sekolah aku bisa bertemu dengannya"

"Kenapa?" Tanya Zeva penasaran.

Aliza hanya tersenyum. "Sudah sampai, ayo turun"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Vinnd Senja

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku