Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Hampir satu dekade Rena tinggal di istana ini. Menikmati hari demi hari menjadi seorang pengabdi untuk Alpha Jonathan dan juga Luna Irene. Mereka berdua adalah pasangan yang disayangi oleh rakyat pack, karena memiliki integritas dan jiwa kepemimpinan yang tinggi.
Tapi, di tengah kebahagiaan yang melanda, ada saja orang yang merasakan iri pada kesempurnaan keluarga istana. Rena pernah mendengar dari obrolan salah satu teman pelayan, bahwa Alpha Nickholas—anak dari Alpha Jonathan—sebenarnya mempunyai seorang kembaran, yaitu Nickley. Nickley tewas dibunuh oleh kekasih saudaranya sendiri, Cecilia Zera. Hati mana yang tak remuk saat saudara kandung dibunuh tragis oleh seseorang yang sangat dicintai.
Ya, itu adalah sepenggal kisah tragis yang ditutup rapat oleh para penghuni pack ini.
Sambil melamun, Rena menyeka piring yang sudah dicuci. Namun, karena tangannya licin, dia tidak menyadari bahwa dia telah menjatuhkannya dan membuat keributan di dapur istana.
“Sudah kukatakan, Rena, bekerjalah dengan hati-hati!” Seorang wanita gempal dengan pakaian yang sama seperti dirinya berteriak dengan kasar.
“Maafkan aku, Bibi. Aku akan membereskan kekacauan ini,” jawab Rena dan langsung memunguti pecahan kaca.
Namun, jawaban Rena tidak membuat amukan Bibi Morin mereda. Wanita tua itu bahkan menginjak tangan Rena dan pergi begitu saja. Bahkan para omega yang lain pun tak mau turut membantu.
Sedikit meringis, ia mencabut pecahan kaca yang tersangkut di tangannya dan membawanya ke wastafel guna membersihkan luka. Ia mencoba untuk menahan, tapi ternyata air mata yang tak diinginkan itu jatuh juga. Ia tak ingin dianggap lemah, apalagi di hadapan teman-teman yang selalu menggunjingnya. Dengan segera ia menghapus cairan bening sialan itu.
Meskipun ia seorang omega tetapi tak ada salahnya melindungi diri sendiri apalagi hatinya. Ia sudah cukup puas dengan perbuatan sang kepala dapur beserta penghuni lainnya, lebih dari sembilan tahun lamanya ia menikmati itu semua.
***
“Kau memang tak becus dalam bekerja, ya!” Tubuhnya didorong kuat menyebabkan keningnya terantuk pinggiran meja, kepalanya pusing seketika. Dengan cepat dirinya dipaksa bangun dan berhamburanlah rambut hitam yang tadi di gulung dengan rapi. Kepalanya sakit saat rambutnya ditarik kuat oleh Wendy, yang lain hanya bisa menonton tanpa niat memisahkan.
“Apa yang sudah terjadi?!” Bibi Morin yang tiba-tiba muncul menarik paksa tubuh Wendy agar menghentikan perseteruannya.
“Dia membersihkan lantai pun tak bisa, Bibi. Aku terpeleset karena lantainya terlalu basah.” Dengan nada berapi-api Wendy menjelaskan kronologi kejadian.
Perkataan itu membuat mata sipit Rena terbelalak, ia yakin sudah mengeringkannya tadi, tapi mengapa Wendy bisa terjatuh.
“Cukup! Kembali bekerja semuanya. Dan kau Rena tak ada lagi jatah untuk makan malam!” Hukuman telak, siapa yang mampu menolak? Lagi. Hukuman yang menurutnya sudah melekat.
Kemudian, Rena menatap langit hitam yang disinari rembulan. Belum sepenuhnya purnama memang, tapi cahayanya mampu untuk menggantikan matahari. Perlahan, ia memejamkan mata guna menikmati sengatan lemah. Kaum werewolf seperti mereka selalu merasakan sengatan listrik yang mengalir di tubuhnya saat terkena sinar itu.
“Apa kau tak punya pekerjaan, selain tidur di bangku taman ini, hm!" Cibiran itu memasuki gendang telinga Rena. Dengan cepat ia membuka mata dan tergugup saat mengetahui siapa yang sudah berdiri di depan matanya.
Bukan ia tak mempunyai pekerjaan, hanya saja sekarang waktunya bagi pelayan untuk makan malam dan ia sedang dalam menjalani hukuman, kan?
“Be—Beta Romeo.” Dia menundukkan kepalanya dan bergegas berdiri untuk masuk ke dalam mansion.
“Maafkan aku ... aku akan masuk ke dalam.” Dengan langkah terburu Rena meninggalkan Romeo.
“Bagaimana jika aku benar-benar menolakmu, Rena?”
Langkah itu terhenti dan bahunya sedikit bergetar. Rena memegang dadanya nyeri. Romeo sudah sering mengatakannya tapi kenapa efeknya selalu sama.
Dengan agak tertatih ia memberikan kekuatan pada diri sendiri, Rena benar-benar meninggalkan Romeo sendirian dengan tangan yang terkepal.
Rena memasuki kamar lusuhnya, kamar yang hanya berukuran dua kali tiga meter dengan kasur yang sudah sangat tipis. Bangunan untuk para pelayan terpisah dari istana. Rumah yang ia tempati sebenarnya mewah tapi bibi Morin memberikan kamar bekas gudang yang sangat pengap untuknya.
Ditatapnya langit-langit plafon berwarna putih. Beta Romeo selalu berkata seperti itu bahkan ia sudah terlalu merasakan nyeri yang melanda akibat perkataan pria itu. Ia tahu alasan mengapa pria itu benci terhadapnya, karena dulunya ia seorang rogue. Beta Romeo adalah pria yang paling membenci kasta rogue. Bagaimana tidak, mereka hanya bisa merusak pack yang damai dan tenteram menjadi porak-poranda jika sedang berulah.
Pria itu, salah satu kepercayaan Alpha untuk mengurusi kedamaian pack, sekaligus merangkap menjadi Beta dengan segala urusannya. Tidak main-main menyangkut tugas dan kepercayaan, Beta Romeo benar-benar melakukan semua tugas itu dengan sangat apik tanpa kesalahan sedikit pun. Hanya tinggal satu tugas yang selama ini tidak bisa ia kerjakan dengan baik, mensterilkan istana dengan rogue yang sudah bertahun-tahun tinggal di sini, Rena.
Matanya menutup menghilangkan semua bayangan serta perih yang semakin melanda perutnya.
***
“Rena Sayang, bisakah kau membuatkanku omelette setengah matang? Ah … ya, maksudku adalah lembut di bagian dalamnya.”
Rena yang merasakan rambutnya dielus hanya bisa menunduk. Ia rindu elusan ini. Bagaikan belaian kasih sayang ibu pada anaknya.
“Baik, Luna.” Rena dengan cepat memberikan apa yang Luna Irene inginkan, ia tak mau melakukan kesalahan lagi mengingat ia adalah biang kerok dalam dapur. Meskipun Luna Irene tak akan pernah memberikan cercaan sadis yang keluar dari mulutnya, tetap saja Rena tak ingin mengecewakan.
“Apa yang telah terjadi dan ada apa dengan keningmu?” Luna Irene menyingkap rambut yang menyembunyikan luka lebam itu. Rena sontak mundur menjauhi meja makan dan merapikan kembali rambutnya.
“Tidak apa-apa, Luna. Aku hanya kurang berhati-hati saat bekerja. Apakah ada yang ingin Anda inginkan lagi?” tanya Rena mengalihkan topik pembicaraan.
“Tidak, kau bisa pergi dan melanjutkan pekerjaanmu,” ucap Luna Irene sambil menggeleng, ia akan memberikan waktu lagi bagi Rena karena masih tak mau bersikap terbuka terhadap dirinya.
***
“Brengsek!” Romeo tak habis pikir kenapa banyak sekali rogue yang berkeliaran di wilayahnya. Entah bagaimana mereka bisa lolos sedangkan penjagaan sudah sangat diketatkan.
"Danny, kerahkan pasukan dari wilayah utara dan giring mereka menjadi satu. Aku akan ke wilayah barat bersama dengan Jack dan Albert!”
"Baik, Beta." Sambil bersiap-siap. "Apa tidak sebaiknya kita beritahukan Alpha terlebih dahulu, Beta?” tanya Danny.
"Jangan! Biarkan kita urus sendiri. Jika ada hal yang mendesak dan tak dapat kita tangani kita langsung mindlink Alpha.”
Albert menghela napas gusar, sebenarnya masalah ini sudah masuk ke ranah menyulitkan. Tapi Beta tak mau mengadu pada Alpha. Tipikal Romeo.
“Jack, kau berpencarlah ke Barat bersama Albert dan teman yang lain. Aku akan menggiring mereka ke sana, aku yakin mereka tak akan pernah lolos.” Sedangkan yang lainnya mengikuti instruksi Romeo, karena warior lainnya yakin akan kemampuan Beta-nya.
“Jadikan mereka mainan terlebih dulu sebelum membunuhnya,” tambah Romeo diiringi seringai tajam. Dibalik sikap ramah dan bersahabatnya, ia tak pernah main-main jika ada yang mengganggu tugasnya.
Jade sudah mengambil alih tubuh kekar Romeo, serigala cokelat itu membelah hutan. Wajahnya sudah benar-benar tak tahan ingin bermain dengan mangsanya. Tubuh besar itu semakin lama semakin cepat, meninggalkan daun kering yang beterbangan seusai diinjak.
Hidungnya terlalu sensitif untuk mencium aroma yang memuakkan. ”Aku berada di tiga kilometer arah kalian,” ucap Jade pada teman se-timnya.
Jade semakin jelas melihat tiga ekor Rogue yang saat ini ia yakini sedang dalam kondisi waswas, karena menunggu kehadirannya. Kakinya berjalan perlahan dan mengintai mereka yang saat ini belum mengetahui dirinya telah bersembunyi di balik pohon.
Kalian salah jika berhadapan denganku. Dengan sekali gerakan, Romeo mencakar dua sekaligus mata musuhnya dan dalam sekejap mengalirkan darah segar. Jade menyeringai ngeri melihat koyakkan itu. Terlalu ringan untuk sang penyusup di dalam pack.
Serigala merah itu tak terima saat temannya menjadi bulan-bulanan sang Beta. Dengan cepat ia memberikan cakaran pada wajah Jade dan berakhir kosong. Jade menghindar lebih dulu tanpa ada perlawanan berarti.
Geraman ketiga serigala itu dibalas dengan tenang oleh Jade dan Romeo. Mereka terlalu percaya bisa melawannya yang seorang diri. Dengan sekali sentakan, goresan tangan Jade sudah berada di punggung serigala merah. Raungan khas kesakitan tak pelik membuatnya kasihan dan malah memacu adrenalin yang berada dalam dirinya.
Dengan santai Jade meninggalkan mereka dengan berlari pelan. Wajahnya menyeringai karena ini adalah saatnya.
Merasakan hawa panas yang berada di belakangnya, Jade berlari kencang membiarkan mereka mengejarnya. "Kalian bersiaplah."
"Kami juga sudah menunggu, Beta."
Jade menghindar saat ketiga serigala itu mencoba untuk menerjang punggungnya. "Konyol."