Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aldrich Delano And His Wound

Aldrich Delano And His Wound

Ezellyou

5.0
Komentar
33
Penayangan
31
Bab

"Al, aku hamil" ucap Ara dengan raut khawatir pada pria dihadapannya ini. Tau bagaimana reaksi pria itu? Sumringah. Senyumnya tampil dengan begitu lebarnya, menampilkan kebahagiaan luar biasa yang tidak pernah pria itu rasakan sebelumnya. Ara tidak pernah menyangka bahwa jalan seperti inilah yang Aldrich ambil untuk memperbaiki segala kesalahan dalam hubungan mereka. Meski begitu Ara tidak pernah menyesal dengan setiap langkah yang pria itu putuskan. Walau pada akhirnya, Ara baru menyadari bahwa ini bukanlah akhir dari masalah yang menyelimuti keduanya, melainkan jalan baru bagi semua badai yang menerjang mereka. ALDICH DELANO AND HIS WOUND.

Bab 1 Chapter 1. Kembali

22 juli 2021

Beberapa pengawal dan staff berbaris rapih didepan lobi sebuah perusahaan besar, Caldwey Corp Junior. Pagi ini para pengawal dan staff tersebut tengah menyambut kedatangan CEO mereka yang baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya yang memakan hampir setengah tahun.

Aldrich Delano Caldwey, pria tampan berusia 24 tahun, yang merupakan putra bungsu keluarga Caldwey. Sosok bertubuh tegap dengan tinggi 184cm. Pembisnis muda yang tengah menjadi perbincangan hangat karena sepak terjangnya yang luar biasa.

Dalam kurun waktu kurang dari tujuh tahun, Aldrich mampu membawa Caldwey Corp Junior yang merupakan sebuah perusahaan baru menjadi yang terbesar ketiga didunia. Hampir mengalahkan Marson company yang saat ini menduduki posisi nomor dua.

Pintu mobil terbuka menampilkan sosok sang CEO muda, Aldrich Delano Caldwey. Para pengawal dan staff yang berbaris kompak menunduk hormat. Salah satu pria diantara mereka kemudian maju mendekat.

"Selamat datang kembali diperusahaan, sir" sapa pria tersebut yang merupakan direktur perusahaan dengan sopan diiringi senyum ramah.

Aldrich mengangguk kecil sebagai jawaban, tidak ada senyum yang menghiasi wajah datarnya. Pria tampan itu melangkah masuk kedalam perusahaan, diikuti staff, dan pengawal, juga sang assistant yang setia berdiri disebelahnya.

Suara jeritan tertahan dan decak kagum dari para karyawan menjadi sambutan begitu Aldrich memasuki lobi perusahaannya. Meski begitu, pria itu sama sekali tidak perduli, karena bukan hal aneh jika dirinya selalu menjadi sorotan dimanapun ia berada.

"Yaampun pak Aldrich, ganteng bangeetttt"

"Pak Aldrich lirik saya dong pak, lirik aja pak. Setidaknya bapak tau saya hidup"

"Siapapun yang jadi istrinya pak Aldrich beruntung bangetttt"

"Setuju"

"Masa depan gemilang"

"Ketika saya menatap masa depan saya"

"Tapi kamu bukan masa depannya dia"

"Hahahaha"

Begitulan kira-kira sambutan yang Aldrich dapatkan. Senyum kecil terpatri dibibir Aldrich, yang sukses membuat seisi perusahaan menjerit heboh. Meski hanya senyum tipis, tapi hal itu bagai 1:1000000 hal yang bisa mereka dapatkan dari sosok sedingin Aldrich Delano Caldwey.

"Aaaaaaaaa, masa depan gemilang"

"Gue semakin yakin pak Aldrich masa depan gue. OH MY GOD!!!"

"Tapi beliau juga yakin Lo bukan masa depannya mba hiks hiks hiks"

Dua karyawan yang semula menjadi penyebab Aldrich menampilkan senyum tipisnya, kini sukses membuat sang pria idaman itu menimbulkan tawa kecilnya yang super limited edition.

"Ya tuhan, Pak Aldrich ketawa sama lelucon receh ai hiks hiks"

"Brendon" panggil Aldrich pada sang assistant.

Brendon Maxwell, pria yang usianya tiga tahun lebih tua dari Aldrich masih single, tapi tidak berniat mencari pasangan, masih ingin bebas katanya. Padahal ketampanannya tidak kalah dari sang atasan.

"Ya, sir" Brendon mengambil satu langkah mendekat.

"Berikan mereka berdua bonus karena sudah memberikan pagi yang indah untuk saya" ucap Aldrich tersenyum.

"Baik sir" dalam hati Brendon mengucap terimakasih pada dua karyawan yang sudah mengembalikan mood bosnya itu.

"Aaaaaaa, mas Aldrich emang calon suami yang baik"

"Mba panggil bos mas Aldrich? Bos panggil mba, Masyaallah mba hiks hiks "

Lagi, Aldrich kembali tertawa kali ini lebih lebar dari sebelumnya. Tidak ingin berlama-lama, pria itu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Ting

Pintu lift tiba dilantai 8, tempat ruang CEO berada. Molly, sekretaris Aldrich berdiri dari posisinya, menunduk hormat pada sang atasan.

"Selama pagi, sir. Selamat datang kembali diperusahaan" sambutnya sopan.

"Selamat pagi, Molly. Apa jadwal saya hari ini?"

"Tidak ada jadwal khusus, sir. Anda hanya harus memeriksa beberapa berkas dan laporan keuangan yang baru selesai direvisi" Molly menjelaskan dengan lugas.

Aldrich mengangguk kecil, kemudian melangkah masuk kedalam ruangannya diikuti Brendon.

Tok tok tok

Pintu kembali terbuka, menampilkan tubuh mungil Molly yang membawa beberapa berkas ditangannya. Kemudian meletakkannya diatas meja CEO.

"Ini berkas yang harus anda tanda tangani, sir"

"Dan juga sepuluh menit lalu kaka kedua anda menelpon, beliau mengatakan agar anda menjawab panggilannya"

"Kau boleh kembali, Molly"

"Kalau begitu saya permisi, sir"

Aldrich merogoh saku celananya, bertepan dengan ponselnya yang berbunyi sebuah panggilan masuk dari kaka sulungnya, Archel.

Dengan malas, Aldrich menggeser tombol hijau setelah menetralkan suaranya agar tidak terdengar ketus.

"Halo, little boy" sapaan riang dari sang kaka menjadi hak pertana yang Aldrich dengar.

"Hm" jawab Aldrich singkat.

"Haissshh, dasar kutub utara"

"Ada apa?"

"Santai, little boy. Kaka hanya ingin memastikan kalau kamu akan datang nanti malam?"

"Kemana?"

"Apa Brendon belum memberitaumu?" Aldrich menatap sang assistant meminta penjalasan.

"Acara makan malam dengan keluarga Morgan, sir" ucap Brendon.

"Bagaiamana? Kau akan datangkan, little boy?" Tanya Archel lagi.

"Tidak!" Jawab Aldrich malas.

"Katakan itu pada Gabrielle nanti" Archel mengancam Aldrich dengan membawa nama Gabrielle.

Gabrielle Delani Caldwey, yang sudah berubah menjadi Gabrielle Aldebaren. Putri tunggal Rayen Caldwey dan Riyani Caldwey. Kaka Kedua Aldrich yang luar biasa galak tapi lembut. Aldrich tidak akan pernah bisa membantah kaka keduanya itu. Perintah wanita itu sama dengan kewajiban baginya. Dan kaka sulungnya malah mengancam akan mengadukannya pada Gabrielle, tentu saja itu membuat Aldrich tidak memiliki pilihan selain menurut.

"Sialan!" Aldrich mengumpat keras.

"Tidak baik mengumpat pada kakamu, Al. Baiklah, jangan lupa datang nanti malam"

"Bye little boy" telpon dipitus sepihak oleh Archel lebih tepatnya pria itu menghindari amukan adik bungsunya.

Aldrich menatap kesal Brendon yang tidak memberitaunya lebih awal, jika tau hal ini ia pasti akan menunda kepulangannya.

"Maafkan saya, sir. Ayah anda baru memberitaumu saat kita baru saja mendarat" ucap Brendon.

Aldrich menghela nafas kasar. "Pergilah. Hubungi stylish ku untuk datang sore nanti"

"Baik, sir"

*

*

Dikediaman keluarga Morgan.

Nyonya besar Morga, Sofia Morgan tengah disibukkan dengan memasak berbagai menu untuk acara mereka nanti malam. Dibantu menantu tertua, dan keduanya, juga putri bungsunya yang paling excited dengan acara makan malam ini.

"Ara, tolong ambilkan buah dikulkas, sayang" ucap Sofia pada putri bungsunya yang tengah membuat puding.

"Ini mah" Ara menyerahkan keranjang buah yang baru diambilnya pada sang mamah.

Keynara Elizya Morgan, putri bungsu keluarga Morgan. Sahabat sekaligus gadis yang hingga saat ini menjadi satu-satunya yang berhasil menaut hati seorang Aldrich Delano Caldwey. Sosok yang juga menjadi alasan dibalik sikap dingin Aldrich selama ini. Meski pada dasarnya Aldrich memang bukan tipe orang yang banyak bicara.

Lima tahun lalu Aldrich adalah sosok yang hangat meski kaku, pria itu sosok yang sangat pendiam, tapi tidak berlaku jika sudah berhadapan dengan ketiga sahabatnya, Keynara, Carina, dan Silena.

Tapi kejadian buruk itu mengubah persahabatan mereka. Aldrich memilih untuk pergi dan meninggalakan ketiga sahabatnya tanpa pamit. Hal itu menyebabkan kekecewaan besar bagi Camilla dan Selina, keduanya akhirnya memutuskan pergi mengikuti jejak Aldrich, menyisakan Ara sendirian hingga saat ini.

"Apa Aldrich akan datang, mah?" Neoura, menantu kedua keluarga Morgan bertanya pada ibu mertuanya dengan suara sepelan mungkin.

Neoura Renova, putri tunggal keluraga Renova. Neoura adalah istri dari putra kedua keluarga Morgan, Javin Ravino Morgan.

"Mamah gak tau, sayang. Semoga aja Aldrich datang ya" jawab Sofia.

Neoura mengangguk, melirik adik iparnya kasian. Gadis itu menunggu lima tahun hanya untuk bertatap muka dengan sahabatnya. Acara makan malam ini bahkan sudah yang kesekian kali dalam setahun mereka adakan, meski selalu berakhir sama. GAGAL!

*****

See you next part 😊

Kritik dan saran dipersilahkan

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku