Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
“Hah...”
Dona membuka mata menatap sekitar, suasana yang sangat dikenalnya membuat hembusan nafas lega. Menetralkan terlebih dahulu perasaannya sambil membuka dan menutup matanya, mengatur pernafasan agar lebih tenang. Beranjak dari ranjang menuju nakas, tempat dimana gelas berisi minum yang biasa disiapkan.
“Mimpi yang sama, sampai kapan akan begini?” Dona menatap langit malam dengan tatapan kosongnya.
Janda, statusnya saat ini sudah berubah setelah perceraiannya tiga tahun yang lalu. Kedekatannya dengan Irwan, salah satu chef hotel milik keluarganya telah menikah dengan wanita yang dicintainya dari dulu. Dona sering merasa iri setiap melihat bagaimana Irwan memperlakukan istrinya, sebelum menikah dan mereka berada dalam posisi yang sama Irwan selalu ada untuknya dan mereka saling memuaskan satu sama lain.
Keluar dari kamar dimana kondisi rumah dalam keadaan gelap, langkahnya menuju dapur untuk membuat sesuatu. Irwan mengajarkannya memasak, satu hal yang dulu tidak pernah dilakukannya yaitu memasak dan Irwan merubah dirinya menjadi lebih baik.
“Kebangun lagi? Mimpi buruk lagi?”
Dona memilih menganggukkan kepalanya, sudah sangat tahu suara yang bertanya di belakangnya. Via, bisa dikatakan mamanya yang telah melahirkan dirinya dan juga kembarannya Azka. Azka kembarannya yang beruntung memiliki dua wanita yang rela melakukan apapun untuknya, tinggal di rumah yang disiapkan kakeknya untuk mereka. Dona sendiri memutuskan ke Singapore, kembali ke tempat dimana dirinya lahir dan dibesarkan. Keputusannya tidak lain untuk menghilangkan kenangan dirinya di negara tercinta, mantan suami dan pria yang sudah membuatnya tergila-gila berada disana.
Bisa saja memilih tinggal di apartemen miliknya, tapi akhirnya tetap memilih tinggal di rumah orang tuanya. Alasan utamanya selain bisa dekat dengan orang tuanya juga agar pikirannya tenang, kalau terjadi sesuatu dengan dirinya pastinya ada kedua orang tuanya yang akan cepat menolongnya.
“Kamu nggak mau ke psikiater atau psikolog?” tanya Via hati-hati.
“Nggak, Bun. Kalau nggak lupa gimana Mbak Nisa diperlakukan sama psikiaternya, walaupun aku tahu kalau nggak semua psikiater melakukan itu pada pasiennya.” Dona menjawab tegas “Ayah belum bangun? Kenapa bunda ada disini? Kalian habis olahraga malam?”
“Hormon Hadinata memang tidak bisa lepas, kamu tahu sendiri gimana hormon Hadinata.” Via menjawab sambil lalu.
Dona memilih diam mendengar jawaban mamanya, jawabannya tidak salah dan Dona membenarkannya. Meletakkan hasil masakannya diatas meja, dapat terlihat ekspresi Via yang menatap dengan keadaan lapar. Dona memilih mengambilkan peralatan makan, tanpa menunggu langsung menikmati hasil masakannya.
“Irwan sayang sekali nggak jadi sama kamu,” ucap Via sambil mengunyah makanannya.
“Irwan sudah bahagia sama istrinya, Bun.”
“Kamu sendiri bagaimana? Waktu sama Irwan perasaan sudah nggak pernah mimpi buruk.”
“Masih mimpi buruk walaupun sama Irwan, tapi dia tahu bagaimana caranya menenangkan aku.”
“Seks?” tembak Via yang diangguki Dona “Memuaskan?”