"Aku harus membayarnya dengan apa, Tuan? apa aku harus bekerja untukmu?" tanya Kiara. Ken dengan cepat melempar satu map berisi perjanjian dan pernikahan kontrak yang telah ia rencanakan sebelumnya di atas meja. "Baca, lalu tanda tangani." Ken mendudukkan dirinya di depan Kiara. Posisi mereka berhadap-hadapan. Tidak henti-hentinya mata tajam Ken memandang wajah cantik Kiara. Ken seakan terhipnotis dengan segala apa yang ada di hadapannya saat ini. Bukan hanya matanya yang terpesona akan kecantikan dan keindahan tubuh Kiara. Area sensitif Ken seakan bereaksi lebih hanya karena melihat Kiara. Nona dari keluarga Mauren ini sangat menarik. Kiara. Kiara mengambil berkas yang diberikan Ken. Lalu membaca sedatil mungkin. Kiara mengernyit. Saat membaca perjanjian untuk pernikahan kontrak dengan pria di hadapannya itu. "Pernikahan kontrak? Aku tidak bisa, Tuan. Aku sudah mempunyai calon suami." "Aku bisa mengganti uangmu dengan bekerja di tempatmu." Kiara berharap tawarannya bisa mengubah isi perjanjian dari Ken. Tetapi, Ken menggeleng sinis. "Bekerja untukku?" dengan cepat Kiara mengangguk.
"Buka, aku bilang buka!" teriak Kiara.
"Maaf Nona. Anda telah di lelang," jelas pria muda berpakaian jas hitam rapi.
"Lelang? Aku dilelang?!" tanya Kiara lagi memperjelas keadaannya saat ini. Pria muda itu mengangguk. Lalu menyerahkan sebuah kartu kunci hotel ternama.
Kiara mengambil kartu kunci kamar tersebut. Dan melirik tajam ke arah pria muda tersebut. Meminta penjelasan kembali. Apa maksud dari kartu kunci kamar itu.
"Nona telah ditunggu tuan kami. Semua pertanyaan Nona, juga akan terjawab di sana." Pria muda itu pun langsung pergi meninggalkan Kiara yang masih terpenjara dalam kurungan sangkar seukuran hewan besar.
"Brengsek! pasti ini semua ulah paman dan Denia." Kiara langsung memukul keras jeruji yang berada di depannya.
"Ah, shit! "
Paman dan keponakan Kiara itu memang seperti musuh dalam selimut.
Hari ini seharusnya adalah hari kebahagian untuk Kiara. Tapi, entah kenapa. Tiba-tiba dirinya telah berada di dalam kurungan jeruji ini.
Bukan di atas karpet merah berjalan bersama Jino. Menikmati hikmatnya upacara pernikahannya.
Kiara Mauren adalah pewaris tunggal dari Mauren Corporation. Kedua orang tua Kiara meninggal karena kecelakaan yang sangat dahsyat.
Kiara tidak begitu saja menerima kepergian dari kedua orang tuanya. Kiara diam-diam telah menyelediki misteri dari jatuhnya mobil orang tua Kiara di jurang.
Namun, bukti yang Kiara kumpulkan belum benar-benar jelas untuk mengungkap siapa dalang di balik kehancuran semua ini.
Perusahaan hampir bangkrut. Perusahaan terlilit hutang besar. Para pemegang saham menuntut saham yang mereka tanam di Mauren Corproration kembali.
Semua itu menuntut Kiara harus berpikir lebih keras untuk mengembalikan keadaan menjadi seperti dulu lagi. Tapi, paman dan keponakannya malah menjualnya.
Dasar pengkhianat.
Kiara menangis saat mengenang kebahagiaannya dulu bersama kedua orang tuanya. Sebelum paman dan keponakannya datang.
Semuanya indah. Bahkan tanpa adanya kesedihan di dalam kebahagiaan keluarga Kiara. Namun sekarang Kiara sendiri.
Harta dan statusnya sebagai nona muda keluarga Mauren telah hilang. Tanpa tersisa. Dan kini hanya dendamlah yang tersisa di hati Kiara.
Tapi, ada satu harapan untuk membuat semuanya kembali lagi. Calon suaminya. Iya. Hanya calon suaminya, Jino.
Perlahan Kiara mengusap kedua pipinya yang telah basah. Matanya masih memerah. Bibirnya mulai bergerak. Saat ia mengingat calon suami yang selama ini ia cintai.
"Jino... tunggu aku." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Kiara.
Kiara berharap jika pernikahan yang ia dan Jino rancang beberapa tahun lalu. Bisa kembali terlaksana.
Tentunya dengan bantuan tuan kaya yang membelinya.
"Bagaimana, dia sudah sadar?" tanya seseorang dengan suara beratnya.
Pria berjas hitam rapi yang tengah berdiri sopan di hadapan Bosnya itu mengangguk. "Sudah Bos. Sebentar lagi dia akan segera menemui Bos Ken."
Seseorang yang selalu dipanggil bos Ken itu mengangguk pelan. Sembari menggoyangkan gelas kaki yang berada di tangannya.
"Bos Ken. Kenapa anda membeli nona itu? bukankah, Bos tidak pernah kekurangan wanita?" tanya penasaran asisten pribadi Ken.
Ken mengambil berkas yang berada di atas meja. Berkas itu berisikan biodata Kiara yang sengaja Ken cari melalui detektif kepercayaannya.
"Tidak tahu. Mungkin dia bisa menjadi budakku."
"Dia calon pengantin yang menyedihkan. Bahkan calon suaminya sedang bersenang-senang dengan wanita lain." Ken terkekeh licik. "Sungguh menggelikan."
Asisten pribadi Ken hanya bisa diam. Tidak ada kata yang bisa ia ungkapkan untuk menjawab uraian Ken mengenai wanita yang dibeli bosnya melalui lelang itu.
"Kamu siapkan baju yang cocok untuk dia. Aku tidak mau melihat baju pengantin busuk itu menempel pada tubuh wanita itu," perintah Ken.
"Baik Boss." Asisten pribadi itu pun langsung membalikkan tubuhnya untuk melaksanakan tugas yang selalu menjadi makanan pokoknya setiap hari.
Saat asisten pribadi itu mulai membuka knop kunci. Ken tiba-tiba memanggilnya kembali.
"David." Ken memanggil asisten pribadinya itu lagi. Hingga membuat pria berjas hitam rapi itu kembali membalikkan tubuhnya.
"Iya Boss. Ada lagi?" tanyanya kembali.
"Usir semua wanita yang berada di rumahku. Aku sudah bosan. Apa yang telah mereka sentuh, cepat ganti dengan yang baru ..."
"Dan belikan baju untuk wanita itu. Beli apa yang menjadi kebutuhannya," tambah Ken. Hingga membuat David sedikit terkejut.
Pasalnya Ken tidak pernah membuang wanita-wanitanya. Bahkan mengganti semua isi peralatan di rumahnya, sungguh sangat berlebihan.
Tapi, untuk seorang Ken. Tidak ada yang tidak bisa. Jika wanitanya menolak untuk meninggalkan seorang Ken.
Maka dia harus bersiap menemui malaikat pencabut nyawa.
Tidak beberapa lama. Ada panggilan masuk ke dalam ponsel Ken.
Wajah yang sudah datar, malah semakin datar saat kedua netra Ken melihat nama yang tertera dalam layar ponsel itu.
"Ken. Papa tidak mau tau. Kamu harus menikah. Jangan buat Papa dan mama selalu malu dengan perbuatanmu itu."
Suara yang begitu keras bergema di ujung telpon. Ken menghela napasnya dalam-dalam. Apalagi kali ini? pikir Ken. Ken bingung dengan maksud dari papanya itu.
"Apa lagi yang kamu lakukan? seluruh media hanya berisikan wajahmu dan wanita lagi," sungut papa Ken. "Apa kamu ingin melihat orang tuamu ini cepat mati, hah?!"
Ken menghela napas panjangnya kembali. "Hanya rekan kerja," jelas Ken singkat.
"Apa mata Papamu ini buta?!" serkas papa Ken yang sama-sama tidak mau kalah dengan putranya.
"Terus? aku harus apa?" tanya Ken tanpa rasa berdosanya.
"Menikah."
"Lagi-lagi itu. Aku masih sibuk. Nanti aku telpon lagi, Pah," ucap Ken bohong.
Ken langsung mematikan sambungan telponnya. Lalu, membuang ponselnya kearah sofa.
Pandangan Ken melurus kedepan. Tangannya mengambil satu cerutu di atas meja kecil. Kini, beberapa asap mengebul di antara pandangannya.
Bagaimana bisa Ken memenuhi permintaan kedua orang tuanya. Jika hingga sampai saat ini belum ada wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Sedangkan di umur Ken yang telah memasuki kepala tiga. Kedua orang tuanya selalu saja mendesaknya untuk menikah.
"Mereka selalu saja membuatku pusing," kata Ken pelan.
Tiba-tiba ponsel Ken berdering kembali. Kali ini Ken mengacuhkan panggilan itu. Detik ini. Ken tidak mau diganggu.
Mungkin saja papanya kembali. Ataupun asisten pribadinya. Ken tidak peduli.
Permintaan dari papanya tadi membuat mood Ken memburuk.
Ponsel itu telah berdering beberapa kali. Dan kali ini mata elang Ken tertarik untuk melirik layar ponselnya.
Ternyata, panggilan itu berasal dari model terkenal yang sedang ingin mendekati dirinya.
Ken mengambil ponselnya. Lalu dengan cepat. Jemarinya mematikan ponselnya.
Tidak ada yang bisa merubah keputusannya. Ken selalu membuat wanita di sekelilingnya kalang-kabut hanya karena sifat angkuhnya.
"Bos. Maaf mengganggu. Pak David ingin melaporkan, jika tunangan nona Kiara telah masuk kedalam perangkap," kata bodyguard Ken dari luar.
Wajah Ken seketika berubah menjadi menakutkan. Senyumnya terukir dengan begitu tajam saat mendengar laporan dari bodyguard-nya.
Nona muda Mauren pasti akan sangat terkejut, atau mungkin malah akan senang, jika melihat tunangannya bersama wanita lain?
"Lanjutkan. Beri kejutan pada semua orang," balas Ken.
"Siap Bos."
Bab 1 Pengkhianat
09/12/2021
Bab 2 Perjanjian
09/12/2021
Bab 3 Gaun Terbuka
09/12/2021
Bab 4 Memakai Topeng
09/12/2021
Bab 5 Jebakan Untuk Jeno
09/12/2021
Bab 6 Memberikan Waktu Ken
13/01/2022
Bab 7 Memperkenalkan Istri Kepada Dunia
13/01/2022
Bab 8 Membawa Pulang Kiara
13/01/2022
Bab 9 Aku Tidak Akan Memaksamu
13/01/2022
Bab 10 Menurutlah
13/01/2022
Bab 11 Kembalinya Kiara
13/01/2022
Bab 12 Sisi Lain Kiara
13/01/2022
Bab 13 Kecemasan Ken
13/01/2022
Bab 14 Persahabatan Kiara dan Hilman
13/01/2022
Bab 15 Menemukan Kiara
13/01/2022
Bab 16 Kenyataan Pahit Hilman
13/01/2022
Bab 17 Aku Mencintaimu Kiara
13/01/2022
Bab 18 Panggil Aku Mas
13/01/2022
Bab 19 Lukisan Cantik Misterius
13/01/2022
Bab 20 Apa Kita Bisa Membatalkan Perjanjian
13/01/2022
Bab 21 Our Night
13/01/2022
Bab 22 Harus Minum Jamu
13/01/2022
Bab 23 Aku Akan Menemanimu
13/01/2022
Bab 24 Suami Manja
13/01/2022
Bab 25 Kebohongan Vino
13/01/2022