Clarabelle terkejut saat ayahnya tiba-tiba menjodohkannya dengan Jason, seorang laki-laki yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Jason memiliki wajah yang teduh dengan karakter yang tak tertebak. Sekuat tenaga Clarabelle berusaha membuatnya ilfeel agar Jason menjauhinya. Namun anehnya mengapa ia mulai merasa jatuh cinta? Saat Clarabelle bertanya kepada Jason mengapa ia mau menikahinya meskipun mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Jason hanya diam. Matanya menyiratkan begitu banyak rahasia yang ia simpan sendiri dalam-dalam. Jason selalu berperilaku manis meskipun sikap Clarabelle terus membuatnya sakit. Namun apakah Clarabelle akan melunak? Saat Clarabelle tahu apa yang telah di alami Jason , Clarabelle menyesal karena telah memperlakukan Jason dengan buruk, karena sekarang Jason berada di ambang kematian akibat ulahnya.
"Mama plese," pinta Jason dengan lirih. Suaranya sudah mulai habis setelah menghabiskan jutaan detiknya untuk berteriak minta tolong dengan sia-sia.
Jason menatap kearah semburat cahaya tipis yang berusaha masuk kedalam lubang kecil yang ada di ruangan gelap ini. jason menyimpulkan jika ia telah berada di ruangan menyedihkan ini selama satu malam. Dan selama satu malam ini pula Jason berteriak berusaha meminta belas kasih dari wanita jahat yang masih Jason anggap sebagai ibunya. Kini mata sayu Jason semakin menutup, menandakan jika ia sudah hampir menyerah.
Jason memejamkan matanya sembari menikmati rasa sakit yang mengakar diperutnya. Kini tangan miliknya sudah berubah menjadi warna merah akibat berusaha menutupi luka diperutnya yang terkuak sangat besar. Jason tidak bisa memastikan siapa yang sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya, mobil ambulance atau malaikat maut.
Mata Jason yang tadinya tertutup rapat seketika terbelalak, saat melihat cahaya yang dari tadi tipis kini mulai membesar, suara hentakan yang berusaha mendobrak jendela ruangan milik Jason membuat Jason kaget. Ternyata bukan mobil ambulance atau malaikat maut yang menjemputnya. Tetapi malaikat penolong.
***
"Papa! Gak bisa gitu dong Pa!" Clarabelle tersentak kaget saat Papanya memberitahukan bahwa Ia akan dijodohkan oleh laki – laki pilihan Papanya. Air matanya mengalir lamat – lamat dipipi sambil membayangkan kehancuran hubungan yang telah Ia bangun bersama Ellgar selama hampir 5 tahun. Bukan sampai disitu saja, kemungkinan – kemungkinan buruk yang menurutnya akan terjadi pasca menikah melayang – layang diotaknya. Hidup bersama dengan orang asing yang tak pernah mengenal dirinya merupakan kejutan terburuk yang pernah terjadi sepanjang hidupnya. Lututnya melemas dan hatinya berharap jika ini hanyalah mimpi. Namun Ia sangat membenci fakta jika ternyata ini bukanlah mimpi. "Clarabelle udah punya pacar Pa," Clarabelle merengek lirih pada Papanya.
"Okay, coba ajak pacar kamu bicara. Jika Ia mau menikahi kamu dalam waktu satu bulan ini. Papa akan mempertimbangkan pacar kamu juga." Papa Clarabelle memberikan tawaran.
Clarabelle menghitung persentase kemungkinan – kemungkinan yang bisa terjadi setelah Papanya memberikan tawaran. Bibirnya semakin mengerucut setelah menyadari perjodohan ini dibatalkan memiliki presentase yang sangat kecil. Namun tetap saja Clarabelle tidak menyerah. Secepat kilat Ia menelpon Ellgar dan mengajak bertemu. Clarabelle menyetir seperti orang kesetanan ketika Ellgar mengiyakan ajakannya. Banyak hal yang perlu Ia luapkan bersama Ellgar.
Gumpalan uap putih panjang berbentuk gelombang yang keluar dari kopinya melayang diudara. Sedari tadi Clarabelle hanya mengamati kopinya tanpa berniat meminumnya. Hatinya sedang gelisah dan mungkin akan sirna ketika Ellgar datang dan duduk dihadapannya.
Wajah Clarabelle berubah menjadi cerah seketika ketika Ia melihat suara mobil Ellgar yang terparkir dihalaman cafe. Dan wajah cerahnya dihiasi oleh senyum ketika Ellgar mencium keningnya dan duduk dihadapannya.
"Kenapa malem-malem gini ngajak ketemu?" Tanya Ellgar.
"Ada hal penting yang mau aku omongin." Clarabelle mulai membuka cerita.
"Ada apa?" Tanya Ellgar mengerutkan dahinya karena penasaran.
"Aku mau dijodohin?" Wajah Clarabelle yang semula cerah berubah menjadi kelam. Ditambah air mata mengalir memperburuk mimik wajahnya.
"Apa?" Mata Ellgar seketika membulat karena sangat kaget dan tak percaya. "Gimana sama hubungan kita?" Tanya Ellgar dengan nada yang lemas.
"Perjodohannya batal kalo kamu mau nikahin aku bulan ini juga." Binar mata Clarabelle menunjukkan setitik harapan ditengah keputusasaan yang merata.
"Gak bisa." Tolak Ellgar dengan suara yang sangat lembut hampir tak terdengar.
"Kenapa? Kamu gak sayang sama aku?" Namun sialnya Clarabelle masih bisa mendengar suara halus Ellgar yang berisi tolakan.
"B-bukan gitu sayang. Tapi nikah itu bukanlah perkara yang main-main. Itu adalah hal yang sakral dan sekali seumur hidup." Jelas Ellgar.
"Oh, jadi maksud kamu hubungan kita selama 5 tahun cuma main-main, ya?" Clarabelle mulai sensitif.
"Bukan itu maksudku, banyak hal yang perlu disiapin kalo mau nikah." Ellgar memberi alasan.
"Kita siapin sama-sama. Kita sama-sama udah kerja dan punya gaji cukup buat menunjang finansial kita. Untuk pesta pernikahan Papaku yang mau nanggung semuanya. Apa lagi yang perlu dikhawatirin?" Clarabelle memberikan solusi atas semua rasa dilema yang dirasakan Ellgar.
"Akunya yang belum siap, Aku masih mau S2 dan punya karir yang lebih bagus dari sekarang, " Pernyataan Ellgar membuat Clarabelle kecewa. Hanya ini satu satunya harapan Clarabelle namun Ellgar mencampakannya.
Clarabelle menarik tasnya dan bangkit. "Terserah kamu deh! Aku tunggu kamu besok pagi dirumah kalo kamu gak mau lihat aku dipelaminan sama orang lain." Sebelum pergi Clarabelle menghadiahi Ellgar tatapan sinis terbaik yang pernah Ia punya.
***
"Mana pacar kamu?" Tanya Papa Clarabelle sambil membaca koran di sofa ruang keluarga.
"Bentar lagi dateng kok Pa." Clarabelle berusaha meyakinkan Papanya sembari menelpon Ellgar ratusan kali.
"Kalo pacar kamu gak dateng nanti siang kamu jalan sama laki – laki pilihan Papa ya," Tawar Papa dan Clarabelle mengiyakan dengan malas.
Matahari yang masih bersembunyi dibalik bukit semakin meninggi dan menampakkan dirinya secara utuh seiring berputarnya jarum jam. Tanpa terasa pagi hari yang sejuk mulai digantikan dengan siang hari yang panas. Clarabelle menengok jam dinding dengan sebal. Jarum pendek mulai mengarah keangka satu namun Ellgar belum juga datang.
Telinga Clarabelle mendengar suara deruan mobil dihalaman depan. Secepat kilat Ia mengecek dan betapa kecewanya Ia saat tahu bahwa itu bukan mobil Ellgar dan bukan Ellgar pula yang keluar dari mobil itu.
"Jason," Terdengar suara Papa di daun pintu dengan nada yang sangat gembira.
"Assalamualaikum Om," Sapa Jason sembari mencium tangan Papa Clarabelle dan memberikan senyuman hangat pada Clarabelle. Meski balasan Clarabelle hanya wajah datar tanpa ekspresi.
"Clara sana ganti baju dan pergi bersama Jason." Suruh Papa.
"T-tapi Pa Ellgar,"
"Kamu udah janji kan tadi," Papa Clarabelle mengingatkan.
Clarabelle masuk kedalam sambil menyeret kakinya pasrah. Ia tidak bisa membantah Papanya lagi karena semua sudah sudah disepakati tadi pagi.
"Jason," Jason mengulurkan tangannya saat mereka berdua sudah berada didalam mobil.
Namun Clarabelle sama sekali tidak menggubrisnya.
Jason menarik kembali tangannya dan mulai mengemudikan mobilnya. "Mau kemana?" Tanya Jason mengawali percakapan.
"Terserah," Clara menjawab seadanya.
"Segerra Cafe mau?"
"Gak,"
"Gimana kalo Jet Ski Cafe?"
" Bosen,"
"Taman Cattleya aja ya,"
"Gak suka,"
"Yaudah deh Talaga Sampireun aja,'
"Alergi Seafood gue,"
Jason mulai lelah dengan perdebatan yang tak berujung ini. Ia terus mengemudikan mobilnya dan menjadikan restoran McD sebagai
muara pilihannya. Jason mulai masuk kedalam meninggalkan Clarabelle yang penuh tanda tanya karena ia tidak diajak ikut oleh Jason.
Tak lama berselang puluhan paket ayam gulai McD memenuhi mobil Jason. Hal ini mengundang protes dari Clarabelle.
"Lo gila ya borong makanan sebanyak ini," Protes Clarabelle namun Jason tak bergeming dan fokus mengemudikan mobilnya.
Beberapa saat kemudian mobil Jason terparkir di salah satu Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta. Jason keluar dari mobil lalu memutar untuk membukakan Clarabelle pintu. Clarabelle turun dengan perasaan yang masih bingung.
"Kak Jason!" Suara pekikan menggembirakan terdengar sampai ke telinga Clarabelle. Mereka menghambur keluar dan berlomba – lomba untuk memeluk Jason.
"Kakak bawa makanan loh," Pernyataan Jason membuat anak – anak tersebut lebih girang dari sebelumnya.
Jason buru-buru kemobil dan mengambil paket makanan sebanyak yang ia bisa. "Bantuin bawa sisanya ya." Pinta Jason pada Clarabelle.
Clarabelle menjawab iya dengan dengan lembut dan nada suaranya sangat berbeda dengan yang dari tadi diucapkan kepada Jason.
Mereka makan bersama di sebuah pondok yang ada dihalaman rumah tersebut. Menurut Clarabelle ini makanan terenak yang pernah ia makan meski ia sangat sering order McD dirumah. Karena pemandangannya adalah senyum bahagia anak-anak disabilitas yang tulus.
Clarabelle sedang menikmati suasanya yang menyenangkan ini. Namun konsentrasinya terpecah saat Jason menaruh kulit ayam pada tempat makananya.
"Kenapa?" Tanya Clarabelle heran.
"Biasanya cewek suka kulit ayam kan?" Jason memastikan.
"Tau darimana? Kamu sering jalan sama gadis lain ya?" Nada suara Clarabelle tiba – tiba meninggi dan menunjukan keobsesifan.
"Kamu cemburu ya?" Goda Jason.
Clarabelle tak mampu menjawab karena pertanyaan sebelumnya tadi menunjukkan dengan jelas seseorang yang sedang cemburu. Sekarang Ia menyesali pertanyaannya.
Senyum kecil terukir di wajah tampan Jason. Seandainya ia tahu jika fakta bahwa gadis suka kulit ayam didapat dari hasil berguru dengan teman laki-lakinya.
Setelah sesi makan selesai mereka semua duduk untuk bermain permainan kecil ataupun mengobrol.
Tiba-tiba seorang gadis dengan kursi roda menghampiri Jason.
"Jadi ini ya Kak bidadari yang Kakak ceritain?" Tanya gadis itu.
Jason mengangguk mantap sambil tersenyum. Sedangkan Clarabelle mengernyit bingung.
"Hai kakak bidadari, kata Kak Jason dia akan bawa bidadari cantik yang mau ikut bermain sama kami. Ternyata itu kakak ya?" Gadis kecil itu menyapa Clarabelle dengan polos.
Clarabelle menatap Jason sejenak lalu membalas sapaan gadis itu sambil memegang tangan mungilnya. "Hai juga gadis kecil kamu juga cantik kok,"
"Tapi aku gak punya kaki kak dan aku juga gak punya rambut, apa masih bisa dibilang cantik?" Tanya gadis itu dengan pesimis.
"Sayang, cantik itu bukan dilihat dari kaki maupun rambut, tapi dari sini," Clarabelle meletakkan tangannya di dada gadis kecil itu.
Seseorang akan terlihat cantik jika hatinya baik,"
"Oh jadi aku bisa secantik Kakak bidadari ya kalo terus berbuat baik?" Gadis kecil itu menarik kesimpulan dengan sangat polos.
Clarabelle tersenyum sambil mengangguk. Dan gadis itu pergi dengan ukiran senyum bahagia di wajahnya.
Hanya Jason dan Clarabelle yang tersisa disitu dan kecanggungan mulai menyelimuti mereka berdua. Namun segerombolan anak mengajak mereka untuk bermain menyelamatkan mereka berdua dari rasa canggung.
"Gimana kalo kita main tebak nama," Salah satu dari anak tersebut mencoba mengusulkan.
"Setuju!" Dan segerombolan lainnya mengiyakan.
"Cara mainnya gimana?" Tanya Clarabelle masih belum mengerti.
"Jadi gini kak, nanti salah satu dari kita ditutup matanya terus dia menangkap salah satu dari kita dan ditebak namanya kalo tebakannya benar berarti yang jaga selanjutnya adalah orang yang ditangkap tadi," Jelas salah satu anak.
"Ooh," Respon Clarabelle sambil membulatkan bibirnya.
"Sebutin nama dulu ya biar Kakak bidadari tau namanya satu satu," Usul Jason dan mereka menyebutkan naam satu – persatu.
"Gimana kalo Kakak bidadari yang jaga." Usul salah satu dari mereka dan disetujui oleh hampir semua anak – anak dan Clarabelle pun
mengiyakan.
Permainan dimulai. Clarabelle mulai meraba – raba untuk mencari seseorang yang akan ia identifikasi. Saat asyik mencari mangsa tiba – tiba ia tersandung salah satu batu dihalaman tersebut. Ia hampir jatuh namun tidak jatuh karena seseorang menagkapnya. Clarabelle mematung sebentar bersama seseorang yang masih memegangi tubuhnya. Ia mulai meraba wajah orang yang menangkapnya tersebut. Hatinya dipenuhi rasa kagum karena wajah orang tersebut memiliki pahatan yang sangat indah. Seketika Ia tahu sang pemilik wajah.
"Jason," Kata Clarabelle dengan penuh keyakinan. Clarabelle buru – buru membuka kain yang menutupi matanya untuk memastikan jawabnnya benar. Namun betapa terkejutnya ia saat menyadari bahwa jarak antara wajahnya dan wajah Jason sangat dekat. Ia juga bisa merasakan hembusan nafas Jason yang tak beraturan. Seharusnya Clarabelle bersyukur karena dapat menatap wajah tampan Jason dengan sangat dekat. Clarabelle berhenti sejenak untuk menikmatinya. Sampai akhirnya ia tersadar saat Jason melepaskan tubuhnya dari genggamannya.
"Kak Jason jaga," Pekik anak – anak lain.
Permainan berlanjut dan terus bergulir dengan sangat seru. Mereka sudah tidak memperdulikan jika waktu terus berjalan mengikuti mereka. Malam semakin dekar dan Ibu penjaga panti asuhan meminta semua menghentikan permainan dan masuk kerumah.
Sedari tadi mata Clarabelle mengarah pada gadis kecil yang duduk disamping pohon dengan tatapan kosong. Ia tidak ikut makan bersama maupun bermain. Clarabelle mencoba mendekati gadis kecil itu dan betapa terkejutnya Clarabelle ketika tahu alasan dibalik sikap dingin gadis itu.
Bab 1 Prolog
15/11/2022
Bab 2 Callista
15/11/2022
Bab 3 Wedding Dress
15/11/2022
Bab 4 Cha Eun Woo
15/11/2022
Bab 5 Mama
15/11/2022
Bab 6 Wedding Dream
15/11/2022
Bab 7 First Night
15/11/2022
Bab 8 Honeymoon in Korea 1
15/11/2022
Bab 9 Pantai
15/11/2022
Bab 10 See You Korea
15/11/2022