Love me Love me. Cinta aku terus dan selamanya, waktunya mereka yang mengalah. "Dasar boty a***g!" umpat Hyunjin. "Boty? Sial~" ucapan Seungmin terputus karena Hyunjin menutup pintu kamarnya, hampir mengenai wajah Seungmin. " "Lama-lama bisa gila gue!" Seungmin mengetuk pintu Hyunjin sambil memaki namun tiba-tiba suara itu berhenti
Seungmin anak pertama dan satu-satunya dari Jun Sina dan Kang Minsuk, namun karena faktor ekonomi membuat pernikahan mereka berdua terpaksa berakhir. Ibu Seungmin meminta pisah dari ayah Seungmin dan ibu Seungmin membawa Seungmin pindah meninggalkan ayah sendirian. Sampai akhirnya ibu Seungmin bertemu Hwang woo bin pengusaha kaya raya, dan duda kaya.
Sebenarnya Seungmin tidak ingin meninggalkan ayah cuma ia tidak mungkin juga bersama ayah dan meninggalkan ibu karena itu ia sering menemui ayah melihat keadaan ayah dan ia juga bekerja saat pulang sekolah memberi sebagian gajinya untuk ayah, namun semenjak ibu Seungmin dan Hwang woobin mau melangsungkan pernikahan dalam waktu dua minggu Seungmin dan ibunya tinggal di kediaman Hwang Woobin.
Karena ini hari minggu, jadi Pagi-pagi sekali Seungmin sudah siap-siap dengan rapi karena ia mau pergi bertemu ayah. Ibu Seungmin tau kalau putranya itu mau pergi kemana karena itu ia tidak mengizinkan anaknya pergi.
"Udah rapih aja. Mau kemana?" tanya mama.
"Umin mau keluar bentar mah," jawab Umin.
"Keluar? Kemana?" tanya mama curiga.
"Umin mau beli sesuatu di luar," jawabnya tertunduk. Tak berani menatap mata ibu. Jun Sina tau kalau putranya tertunduk berarti bohong.
"Ke tempat ayahmu? Mamah tau, jangan bohong! Kan mama sudah bilang kita mau pindah dan tidak tinggal di gubuk ini lagi!" kata mama, dengan nada sedikit naik.
"Iya, Umin bohong. Tapi bukannya mama gak pernah setuju kalau Umin ke rumah ayah, bertemu ayah. Lagian apa salahnya sih Mah, kalau Umin ketemu Ayah tar juga susah untuk ketemu ayah, kan sebentar lagi kita juga akan pindah ke Gangnam, tepat tinggal kekasih mamah. Mah, ayah tetap ayah Umin walaupun hubungan mama sama ayah sudah gak ada lagi tapi hubungan aku sama ayah tetap ada dan akan selalu ada." Seungmin pun pergi setelah selesai bicara.
Sebelum ke tempat ayah, Seungmin pergi untuk mengambil uang yang ia simpan dan singgah ke rumah makan kecil, dan minie market terlebih dulu karena ia mau membeli makanan untuk ayahnya, tapi saat hendak mengambil puding ia kalah cepat dengan seorang pria yang tingginya lebih tinggi darinya, mungkin sekitar seratus delapan puluhan lebih.
"Permisi, maaf. Boleh saya minta itu bro? Soalnya saya yang menemukan terlebih dahulu," kata Seungmin.
"Lu mau ini?" kata pria itu, sambil menunjukan benda di tangannya ke arah Seungmin.
"Iya, tadi saya yang terlebih dulu menemukan tapi kamu ambil."
"Terus salah saya? Kamu saja lambat," ucap pria itu lalu pergi.
"Dasar aneh. Ya wajar dong gue lihat harga dulu soalnya waktu gue beli gak segitu, mana tinggal satu." Seungmin terpaksa membeli puding pulut beras, sebenarnya ia tidak terlalu suka cuma ayah sangat menyukai.
Setelah mengambil dua minuman kaleng, roti, dan obat ringan yang memang sudah tersedia di minimarket, Seungmin pun pergi ke kasir untuk membayar saat sudah diluar ia melihat pria tadi bersama temannya, tepat di pinggir pasar depan minie market sambil menghisap rokok. Ada lima orang disana kalau dihitung. Sempat ia melihat pria yang mengambil puding nya tadi bersama temannya, karena pria itu melihat balik Seungmin pun langsung membuang muka, tak memperdulikan pria itu, Seungmin jalan saja tak melirik siyulan pria tadi. Jelas itu tertuju untuk Seungmin.
Seungmin berdiri di pinggir pasar jauh dari mereka ia sengaja. Dalam hati Seungmin berharap Taxi cepat datang. Seungmin melirik ke arah kirinya, dan pria yang mengambil puding tadi mendekat bersama temannya satu orang, Seungmin meneguk ludah nya kasar ia merasa gugup, takut karena mereka banyak.
"Gue gak suka ada orang yang sok jagoan, apalagi minta sesuatu yang sudah jadi milik gue," kata pria tadi, yang mengambil puding nya.
Seungmin hanya diam tak bersuara, pura-pura tidak tahu walaupun ia tahu pria di sebelahnya bicara padanya, ia coba tetap santai dan tenang. Tiba-tiba henpon Seungmin berdering saat ia melihat username tertera nama Jun Sina mamah Seungmin.
"Ya mah, ada apa?" tanya Seungmin Kepada si penelpon.
"Kamu dimana? Mama sudah di tempat tua Woo, dan kita lagi nunggu kamu. Cepatlah kesini," kata mamah dari seberang sana.
"Aku masih diluar mah, nanti aku kesana," balas Seungmin.
"Dari pagi kamu pergi sampai sore masih di jalan belum sampai juga?" kata mamah dari seberang sana.
"Macet mah, dan tadi aku singgah sebentar untuk beli makanan."
"Tuan Woo nanya kamu," kata mama dari seberang sana.
"Aku akan segera ke Gangnam mah, cuma sedikit lama dan buat apa Park Woo Bin itu naya aku terus sebenarnya dia itu cari mama atau aku."
"Gue bicara sama lo! Gak usah sok berlagak Gak tau!" Kata Hyunjin sambil menekan tangan Seungmin.
"Umin itu siapa teman ka-?" Perkataan mama terputus karena Seungmin langsung matikan ponselnya.
"Lo Apa-apaan sih, gue gak kenal sama lo. Gak usah sok kenal!" Seungmin pun menggigit tangan Hyunjin dan menginjak kaki Hyunjin lalu pergi berlari.
"S**l!! Awas lu!" makinya.
Teman Hyunjin bernama Wain dan Jake ingin mengejar Seungmin tapi dicegah Hyunjin dengan menarik tangan Wain dan menepuk pundak Jake. Hyunjin menyuruh untuk balik saja, tanpa diketahui kedua temannya Hyunjin mencium tangannya yang bekas digigit pria bernama Seungmin itu. Ia hanya memastikan saja wangi atau bau, tapi untung tidak bau.
"Gangnam? Hwang Woobin? Gak mungkin," ucapnya dalam hati.
Seungmin lari sekencang-kencangnya karena merasa tidak ada yang mengejar, Seungmin pun menoleh kebelakang memastikan benar atau tidak pria itu dan kedua temannya mengejar. Seungmin menarik nafas lalu menghembuskan teras banget capek nya, dengan posisi kedua tangan diatas kedua lutut bertengeran, Seungmin melihat Taxi dan menyetop, lalu menegakkan badannya menjadi lurus. Ia merasa legah sudah berada di dalam mobil ia gak bakal dikeroyok mereka.
"Loh, anak tadi mana?" tanya teman Hyunjin bernama San.
"Kabur," kata Jake singkat.
"Loh, kok bisa dia kabur?" tanya Jiwog heran.
"Iya biasalah, anak ini yang suruh gak usah ngejar," sahut Wain.
"Hilang dong mainan kita," kata San
"Tangan gue digigit, anjing!"
"Yaelah cuma gitu doang berdarah juga enggak," kata Jiwong.
"Tapi sakit Jirr."
"Sudahlah lebih baik kita pergi saja ke tempat biasa." Kini Han berbicara yang pada awalnya diam saja.
Sebenarnya Han tidak seperti semua temannya itu yang suka mengganggu orang yang mereka anggap lemah, atau mencoba mengusik mereka maka mereka akan mengganggu atau menjadikan orang itu budak mereka.
yunjin ingin pulang cuma ia gak enak juga harus meninggalkan temannya tanpa alasan, karena itu ia pura-pura untuk menghubungi papah dan kebetulan papah pun meneleponnya.
Bab 1 PRIA ANEH
23/06/2024