Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Penulis:Rosebud
GenreRomantis
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
"Kirana sedang tidak ada di rumah?" Mendengar apa yang dikatakan oleh Reza, Nanda melebarkan matanya karena terkejut. "Apakah kalian berdua sedang bertengkar? Kirana tidak mudah marah, dan dia patuh padamu. Bagaimana bisa kalian berdua bertengkar? Apakah kamu menindasnya?"
Membicarakan ini membuat Nanda menjadi merasa lebih khawatir. "Reza, Kirana adalah istrimu. Kamu harus bersikap lebih murah hati padanya. Sekarang sudah sangat larut, tapi kamu bilang bahwa istrimu tidak ada di rumah. Apakah kamu tidak mengkhawatirkan keselamatannya? Ke mana dia akan pergi malam-malam begini? Apakah kamu tahu di mana dia sekarang? Bagaimana jika seandainya dia dalam bahaya?"
Dalam bahaya?
Mata Reza berubah menjadi gelap. Kirana mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan vila tanpa melihat ke belakang. Di luar masih turun hujan ketika wanita itu pergi. Reza jarang bertanya tentang keluarganya Kirana, Keluarga Tjandra. Bahkan dia tidak tahu siapa teman-teman wanita itu atau apakah dia punya teman. Satu-satunya hal yang dia yakin tahu tentang Kirana adalah bahwa dia tidak memiliki hubungan baik dengan keluarganya sendiri. Jadi, ke mana dia akan pergi?
Tunggu dulu sebentar. Kenapa dia harus memedulikan Kirana?
Dia hanya menikahi Kirana agar bisa menghasilkan ahli waris bagi keluarganya dan sebagai ganti imbalan atas dukungan yang diberikan Keluarga Hendrawan pada Keluarga Tjandra. Bagaimana bisa wanita itu benar-benar menceraikannya? Mungkin ini semua hanya trik kecil yang dimainkan Kirana hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Kata-kata yang diucapkan Nanda membuat Geri kesal. "Berhenti bicara omong kosong seperti itu, Nanda. Kita ada di sini malam ini untuk menikmati waktu kita dan bersantai. Mengapa kamu harus selalu menyebutkan wanita itu? Berhentilah merusak kesenangan kita!"
Setelah mengatakannya, Geri menjentikkan jarinya untuk memanggil pelayan.
"Bawakan kami selusin Blanc de Noirs Champagne Armand de Brignac!"
Blanc de Noirs adalah salah satu sampanye dengan kualitas terbaik di dunia. Setiap tahun, paling banyak ada tiga ribu botol diproduksi, dan harga setiap botolnya sangat mahal. Pesanan yang diminta oleh Geri sangat banyak, jadi pelayan itu sangat senang mendengarnya.
"Wah, Geri. Hari ini kamu sangatlah murah hati."
"Bukan masalah besar. Selama itu bisa membuat Reza bahagia, apa yang aku keluarkan itu sepadan."
Duduk di sofa, wajah Reza tetap tanpa ekspresi. Wajah datar tanpa emosinya tampak sangat tampan dalam cahaya redup di ruangan tersebut.
Dia memancarkan aura dingin, membuatnya tampak tidak bisa untuk didekati. Dia hanya duduk di sana dan minum anggurnya.
Sementara Reza hanya duduk diam di sana, teman-temannya memeluk wanita muda cantik di samping mereka dan bermain dengan mereka.
Setelah beberapa saat, pelayan tadi kembali dengan hanya lima botol sampanye.
"Saya minta maaf, Pak. Kami awalnya memiliki lima belas botol dalam stok malam ini, tetapi sepuluh botol sampanye sudah dibeli oleh tamu lain. Mereka memesan minuman mereka sebelum Anda. Saya sungguh meminta maaf."
Geri berseru, "Sepuluh botol? Bagaimana bisa mereka memesan sampanye sebanyak itu? Siapa orang-orang ini? Aku ingin bertemu dengan mereka." Lalu, dia berdiri dan berjalan keluar dari ruangan.
Bar Seniwan sangat luas. Begitu Kirana masuk dan duduk di bangku, dia meminta bartender untuk membawakan minuman untuknya.
"Untuk kebebasan!" Anita bersulang dengan semangat tinggi. Mereka mendentingkan gelas mereka dan tertawa.
Sosok tubuh Kirana tampak cantik dalam balutan gaun merah yang dikenakannya, dan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai membuatnya terlihat semakin menawan dalam cahaya redup bar.
Sebuah band saat ini sedang tampil membawakan lagu di atas panggung.
Kirana menopang sikunya di meja bar dan meletakkan dagunya di punggung tangannya. Dia mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh band tersebut sambil menyeruput minumannya.
Banyak pria menatapnya dengan mata buas, sepertinya mereka tak sabar untuk berjalan ke arahnya dan menyapanya. Namun, meskipun Kirana begitu menarik perhatian, ada sesuatu tentang matanya yang sedikit sipit dan pembawaan dingin yang tidak bisa dianggap enteng. Jadi, para pria di sekitarnya hanya bisa melongo dan berharap mereka cukup beruntung untuk mendapatkan perhatian wanita yang mengenakan gaun warna merah itu.
Kirana sejak masih kecil sudah tertarik pada musik dan alat musik. Sebenarnya, dia sempat bermain dalam suatu band ketika dia masih kuliah, tetapi kemudian karena suatu alasan, band itu dibubarkan.
Sungguh sangat disayangkan.
Perlahan-lahan, alkohol yang ada di tubuhnya mulai bergerak seiring dengan dendangan musik.
Kirana meletakkan gelasnya dan bergabung dengan band di atas panggung.
Setelah berdiskusi dengan anggota band, dia mengambil gitar dan mengibaskan rambutnya yang menempel di wajahnya. Mendengarkan pendahuluan lagu yang dimainkan band, dia dengan cepat mengikuti irama.
Kirana memainkan gitar dengan terampil.
Tiba-tiba, bar tersebut dipenuhi dengan musik yang menggetarkan.
Suasana yang awalnya membosankan menghilang, dan kini udara seolah-olah dipenuhi sengatan listrik. Semua orang memandang wanita berbaju merah di atas panggung, dan mata mereka berbinar penuh dengan rasa takjub.