Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
"Papan nama toko yang menjual cincin berlian ini terlalu berlebihan. Apa papan nama itu benar-benar bertatahkan berlian asli? Kilau berlian itu sangat menyilaukan mata."
"Sebuah gaun di toko ini berharga 20 juta. Apa bedanya antara mengenakan gaun yang berharga 20 juta dan mengenakan gaun yang berharga 200 ribu?"
Saat melihat-lihat barang, Trevor terus bergumam pada dirinya sendiri.
Setelah beberapa saat, dia merasa ingin buang air kecil, tetapi tidak menemukan toilet pria.
Tiba-tiba, dia melihat Sanderson Profumeria, sebuah toko yang menjual barang-barang mewah. Dikatakan bahwa toko seperti ini pasti memiliki kamar mandi sendiri. Dengan demikian, dia mengumpulkan keberanian dan masuk.
Seorang asisten toko cantik berjalan mendekat sambil tersenyum, tetapi ketika dia melihat pakaian Trevor yang polos, senyumnya memudar dan dia menduga dia datang ke sini untuk menggunakan kamar mandi. "Maaf, tapi Anda tidak bisa menggunakan kamar mandi di sini."
Wajah Trevor memerah saat dia menjawab, "Saya di sini untuk membeli sesuatu, tapi saya harus ke kamar mandi dulu."
Setelah berbicara, dia meletakkan tasnya di atas meja dan buru-buru berjalan ke kamar mandi.
"Sungguh tidak tahu malu!" maki asisten toko itu di belakang punggungnya.
Setelah Trevor keluar, dia mendengar suara orang yang paling tidak ingin ditemuinya.
"Dennis, kamu baik sekali membelikanku sebotol parfum yang begitu mahal."
Sebuah suara yang familier terdengar di telinganya.
Seorang gadis seksi dan cantik berdiri di depan konter sambil merangkul lengan seorang pemuda.
Trevor menoleh untuk melihat sumber suara itu, dan ekspresi di wajahnya seketika berubah.
Sylvia merangkul lengan Dennis dan menekan seluruh tubuhnya pada pria itu.
"Tentu saja, sayang. Kamu dapat memilih apa pun yang kamu suka. Kamu adalah kekasihku, dan aku tidak akan memperlakukanmu dengan buruk."
Saat Dennis berbicara, dia dengan sengaja meletakkan tangannya di bokong Sylvia dan meremasnya.
Dia jelas sangat suka menyentuh wanita itu secara tidak pantas ketika berada di depan umum.
"Yang ini terlihat cantik!"
Sylvia mengambil sebotol parfum ungu di depannya.
Begitu masuk ke dalam toko dan melihatnya, dia langsung menyukainya pada pandangan pertama.
Botolnya berbentuk seperti sebuah berlian.
Selain itu, botolnya juga berkilauan di bawah cahaya lampu putih toko yang benderang, dan rona ungunya membuat parfum itu semakin menarik perhatian.
Dennis dengan santai bertanya pada asisten toko, "Berapa harga sebotol parfum ini? Aku akan membelinya."
"Yang ini, Tuan Rustandi? Anda benar-benar memiliki selera yang bagus dalam memilih barang.
Ini adalah produk dari Hermes. Produk ini dibuat oleh salah satu ahli parfum paling terkenal yang mereka miliki, beliau bernama Robert yang dulunya pernah bekerja untuk keluarga kerajaan.
Beliau membutuhkan waktu selama dua tahun untuk mengembangkan dan menyelesaikan produksi parfum eksklusif ini untuk Hermes.
Prosesnya sangat rumit, jadi parfum ini juga dikenal sebagai berlian cair. Hanya ada 200 botol parfum ini di dunia, dan sebotol parfum eksklusif ini berharga 600 juta."
Dennis adalah pelanggan tetap di toko itu, jadi asisten toko bersedia meluangkan waktu untuk menjelaskan produk kepadanya dengan senang hati.
"600 juta untuk sebotol parfum? Apa aku tidak salah dengar?"
Dennis sangat terkejut sehingga botol itu hampir terlepas dari tangannya.
"Dennis, aku sangat menyukai parfum ini."
Mata Sylvia berbinar ketika dia mendengar harga yang disebutkan begitu fantastis.
Dia menggunakan suaranya yang manja untuk mencoba membujuk Dennis agar pria itu mau membelikannya parfum yang sangat mahal itu.
"Yah, meskipun parfumnya bagus, aku pikir itu tidak perlu. Lebih praktis untuk membeli pakaian dan tas yang bisa kamu gunakan sehari-hari. Ayo kita pergi melihat barang-barang lain."
Dennis terbatuk untuk menutupi rasa malunya.
Dia dengan hati-hati mengembalikan parfum itu dan menarik Sylvia untuk melihat-lihat barang-barang lain yang ada di toko.
Pada saat itulah mereka melihat Trevor yang sedang berdiri di sana.
Dennis mencibir, "Trevor? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Trevor melirik Sylvia yang lengannya merangkul erat lengan Dennis.
Wajahnya masih cantik dan menawan seperti biasanya, tetapi semakin Trevor menatapnya, wanita itu menjadi semakin asing baginya.
"Wanita yang menyembah uang!"