Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
"Nona Januardi keluar lebih awal pagi ini. Beliau sepertinya sedang terburu-buru untuk menyiapkan sesuatu yang penting. Saya tidak tahu di mana beliau sekarang."
Resepsionis itu menatap buket yang dibawa oleh Henson dengan cemburu.
Buket itu sangat mahal, harganya hampir setara dengan beberapa bulan gajinya bekerja di sini.
"Baiklah, kalau begitu aku akan masuk dulu. Ingatlah untuk mengusir orang ini. Sangat menjengkelkan melihatnya di sini!" kata Henson mencibir.
Insiden itu membuat Trevor sedikit marah. Dia memandang resepsionis itu dengan tidak percaya dan bertanya, "Orang itu tidak punya janji, 'kan? Kenapa dia boleh masuk begitu saja sedangkan aku tidak boleh?"
Dia yakin bahwa playboy ini sedang mengejar kakaknya.
Namun, resepsionis itu malah membiarkan pria itu masuk dengan mudah!
Perilakunya benar-benar terlalu munafik!
Resepsionis itu memutar bola matanya padanya dengan tidak sabar dan berkata dengan tegas, "Tuan Henson Winata adalah pewaris Grup Sen Tale. Kamu tidak ada apa-apanya jika dibanding dengannya."
Henson yang masih berada di sana juga mendengar kata-kata Trevor barusan, jadi dia berjalan ke arahnya dan dengan angkuh mendorongnya dengan keras.
"Lihatlah dirimu, kamu mengenakan pakaian lusuh seperti itu! Bagaimana bisa seseorang yang menyedihkan sepertimu memasuki Manor Willard? Bisakah kamu membayar untuk mendapatkan akses untuk masuk ke tempat ini?"
"Tidak ada janji, tidak diperbolehkan masuk!" kata resepsionis itu sambil menatap Trevor.
"Mari kita tunggu dan lihat apakah aku bisa masuk hari ini!"
Meskipun Trevor sangat marah, dia menahan amarahnya sebisa mungkin. Sebagai gantinya, dia mengeluarkan ponselnya, dan keluar sebentar dari lobi.
"Bukankah kamu baru saja mengatakan bahwa kamu akan masuk ke dalam? Mengapa kamu berjalan keluar lagi? Kembalilah ke sini dan cobalah untuk menerobos jika kamu punya nyali!" Henson berteriak padanya dengan senyum mencemooh.
Yang mengejutkan mereka, Trevor tampaknya telah memutuskan panggilan di tengah percakapan teleponnya dan berbalik untuk menatap mereka berdua.
"Sialan! Bajingan miskin! Percaya atau tidak, aku akan menghajarmu sekarang juga!" Henson mengepalkan tinjunya dan mengancam Trevor.
Dia jelas tidak menganggap Trevor serius.
"Tuan Winata, tolong tenanglah. Saya sudah menghubungi pihak keamanan dan mereka akan segera datang ke sini untuk mengurusnya.
Saya juga telah meminta mereka untuk mematahkan kakinya hari ini untuk memberinya sebuah pelajaran. Mari kita lihat apakah dia masih berani menginjakkan kaki di sini lagi!"
Resepsionis itu juga meneriaki Trevor dan mengancamnya, dalam upaya untuk menyenangkan Henson.
Saat itu, mereka semua mendengar suara yang menyenangkan datang dari belakang mereka.
"Aku ingin melihat siapa yang berani memukuli adikku!"
Seorang wanita muda yang memiliki tubuh jangkung masuk ke dalam lobi.
Dia memiliki paras yang anggun dan cantik, seperti malaikat yang mengenakan setelan jas.
Wanita itu tidak lain adalah Evie, kakak Trevor. Dia memiliki rambut hitam panjang yang terurai yang menyerupai air terjun.
Kulitnya lembut dan berkilau. Melihat dari tampilannya, dia tampak sangat pintar dan berintelektual.
Meskipun dia cukup cantik, matanya ditutupi dengan sorot suram saat kemarahan membuncah dalam dirinya seperti gelombang ombak yang siap menerjang apa pun yang ada di hadapannya.
Seluruh lobi menjadi sunyi begitu dia masuk dengan suara langkah kaki yang mantap.
Tidak ada seorang pun yang berani bernapas dengan keras.
Ini pertama kalinya para staf dan Henson melihatnya begitu marah.
"Nona Januardi!"
Resepsionis itu berlari ke arahnya dan memberi salam dengan hormat.
Melihat gadis impiannya berjalan ke arahnya, Henson dengan cepat mengeluarkan buket mawar yang telah dia siapkan sebelumnya dan mengulurkan tangan untuk menyerahkannya padanya.
Dengan senyum menyanjung di bibirnya, dia melanjutkan, "Nona Januardi, ini adalah hadiah yang telah kupilih dengan cermat untukmu. Mengenai kerja sama dengan Grup Sen Tale tahun ini, kita harus membicarakan perpanjangan kontrak."
Wajah Evie sedingin es ketika dia berkata, "Dasar bajingan! Kamu berpikir untuk menyakiti adikku sedetik yang lalu, jadi jangan coba-coba untuk memikirkan perpanjangan kontrak!"
Setelah mendengar ucapan itu, mata Henson terbelalak dengan ngeri.
Melihat Trevor, dia terpaku untuk sejenak.
Berpikir bahwa pria sepertinya tidak mungkin bisa menjadi adik Evie, dia lalu mengabaikannya.
Mengalihkan pandangannya, dia terus melihat ke sekeliling selama lima menit untuk memeriksa apakah ada orang lain yang berada di sana.
Namun, dia tidak dapat menemukan adik Evie sama sekali. Merasakan kegetiran di hatinya, dia merasa bahwa Evie hanya membuat alasan untuk menghindari penandatanganan kontrak yang sedang dibicarakannya.
Henson tersenyum dengan pahit dan berkata, "Nona Januardi, aku bahkan belum pernah bertemu dengan adikmu sama sekali, apalagi memukulinya. Jika kamu tidak puas dengan kontraknya, mungkin kita bisa menegosiasikan persyaratannya."
Grup Sen Tale mengalami krisis keuangan cukup parah tahun itu. Jika mereka gagal memperpanjang kontrak, perusahaannya pasti akan bangkrut.
Ketika hal itu terjadi, bahkan Henson juga akan jatuh miskin.