Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Kenyataan sudah tidak bisa disangkal lagi.
Sylvia juga tersentak kaget. Itu adalah 600 juta rupiah! Keberuntungan macam apa yang telah didapatkan oleh Trevor?
Pria ini dulu sangat mencintainya. Jadi dia percaya bahwa dia masih memiliki perasaan terhadapnya sekarang. Dia ingin menjadikan semua uangnya sebagai miliknya.
Mengambil langkah maju, Sylvia hendak mengatakan sesuatu yang manis kepadanya.
Namun, Trevor meliriknya dengan dingin seolah-olah dia sedang melihat seonggok sampah di jalan.
Rasa dingin dari tatapan Trevor membuat Sylvia seketika membeku.
Mengabaikannya, Trevor hendak berjalan melewatinya dan ingin meninggalkan tempat itu.
"Mustahil! Bagaimana mungkin seseorang sepertimu, seorang pecundang yang miskin, bisa memiliki uang untuk membeli parfum mewah yang mahal itu? Itu sangat tidak mungkin!"
Bahkan Dennis juga kesulitan menerima kenyataan ini.
Akal sehat Sylvia kembali dan dia berkata, "Benar, bagaimana mungkin orang miskin sepertinya bisa membeli parfum mahal? Bagaimana mungkin dia memiliki uang sebanyak itu di kartunya!"
"Pasti ada yang salah! Kemarin dia baru mengumpulkan sampah di gym kampus. Bagaimana mungkin dia bisa tiba-tiba memiliki 600 juta? Dia pasti mencuri kartu itu dari orang lain!"
Mereka sangat marah sehingga mereka tidak bisa begitu saja percaya dan menerima kenyataan bahwa Trevor bisa memiliki begitu banyak uang.
Setelah mendengar kata-kata mereka, sang asisten toko juga menjadi curiga.
Lagi pula, pakaian Trevor cukup sederhana, yang menunjukkan bahwa dia sebenarnya tidak terlalu kaya.
Terlebih lagi, Dennis adalah pelanggan tetap di toko mereka, jadi kata-katanya lebih dapat dipercaya.
"Dennis, apa kamu punya bukti untuk membuktikan bahwa kartu yang kupakai tadi adalah kartu yang dicuri dari orang lain?"
Trevor tidak percaya bahwa Dennis bisa mengatakan hal seperti itu.
Apa dia harus tetap miskin dan melarat untuk selama-lamanya demi menyenangkan mereka?
Dennis menjawab dengan dingin, "Aku benar-benar curiga bahwa kamu sebenarnya mencuri kartu itu. Lagi pula, kamu juga dikenal sebagai seorang pencuri. Kamu pasti telah mencuri sesuatu dari toko ini juga!"
"Kamu ... jangan bicara sembarangan!" Wajah Trevor mulai memerah dengan amarah.
"Aku melihatmu menyelundupkan sebotol parfum ke dalam tasmu beberapa saat yang lalu."
Dennis menunjuk tas yang ada di atas meja konter.
Setelah mendengar ucapan itu, sang asisten toko tidak bisa menahan rasa curiganya dan seketika menjadi waspada.
Senyumnya yang menyanjung beberapa saat lalu segera menghilang saat dia memberi isyarat pada para staf keamanan.
Beberapa pria memblokir pintu untuk mencegah Trevor melarikan diri dari toko itu.
"Kamu memfitnahku! Aku meletakkan tasku di atas meja dan hanya pergi ke kamar kecil sebentar. Begitu aku keluar, aku langsung melihatmu. Bagaimana mungkin aku punya cukup waktu untuk mencuri sesuatu?"
Trevor berdebat dengan tatapan mata sengit.
Meski mereka semua menginjak-injaknya karena dia miskin, dia tidak pernah membantah mereka. Trevor bahkan tidak akan pernah berpikir untuk melakukan tindakan jahat seperti pencurian.
Tidak lama kemudian, seorang wanita berseragam yang berusia sekitar 30 tahunan, dengan penampilan elegan dan temperamen yang sangat baik datang ke sana.
Lily, sang manajer toko, juga sudah mendengar keributan itu.
"Apa yang sedang terjadi di sini?"
Ketika Dennis melihat sang manajer, dia langsung bergegas ke arahnya.
"Lily, aku Dennis. Apa kamu mengingatku?
Trevor adalah pria yang terkenal miskin di kampus kami. Kami menduga dia melakukan pencurian di toko ini. Dia tidak punya uang, tapi dia berani datang ke toko mewah ini untuk berbelanja. Aku curiga dia telah mencuri sesuatu."
"Benarkah?" Lily melirik Trevor dengan tatapan curiga.
"Jika kamu ingin membuktikan bahwa kamu tidak bersalah, biarkan Lily memeriksa tasmu sekarang juga. Jika tidak, kamu sudah terbukti bersalah, Trevor!"
Dennis menyarankan untuk memeriksa tas Trevor karena dia telah memasukkan sebotol parfum ke dalam tas Trevor ketika tidak ada yang memperhatikan.
"Jika kamu sangat ingin memeriksa tasku, silakan saja."
Mengatakan itu, Trevor melemparkan tasnya pada sang manajer.
Lily membuka tas itu dan mengeluarkan semua isinya satu demi satu.
Tidak lama kemudian, meja kasir sudah dipenuhi dengan pakaian, buku pelajaran, dan buku catatan.
Detik berikutnya, dia melihat sesuatu yang berkilauan di dalam tas itu.
Itu adalah sebotol parfum!