Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
"Evie, jangan bertindak terlalu jauh!" Henson berteriak dengan gigi terkatup, dia mulai tidak sabar dengan tindakan wanita itu yang semena-mena.
Bagaimanapun juga, dia adalah pewaris Keluarga Winata. Tidak ada yang berani menyinggungnya seperti yang dilakukan oleh Evie saat ini.
Mobilnya telah hancur, dan kakinya juga telah terluka. Namun, dia masih tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan kontrak kerja sama itu.
"Satpam, bawa dia keluar!" Evie memberikan perintah dengan dingin.
Dengan sosoknya yang tinggi dan wajahnya yang tegas, dia seperti ratu es.
Penjaga keamanan mengambil kursi roda dari samping, lalu menyeret Henson untuk duduk di atasnya, dan mendorongnya keluar dari Manor Willard.
"Aku bisa berjalan sendiri!" Henson berteriak dalam kesedihan dan kemarahan saat dia didorong keluar.
Dia baru saja dipermalukan di hadapan semua orang yang ada di sana. Belum lagi, orang-orang menatapnya dengan tatapan menyedihkan.
Pewaris Grup Sen Tale dipermalukan seperti itu. Benar-benar sangat menyedihkan!
Trevor berharap dia bisa mendominasi seperti kakaknya suatu hari nanti.
Saat itu, Evie menoleh padanya dan bertanya, "Trevor, apa kamu baik-baik saja?"
Sikap Evie berubah dalam sekejap ketika dia berbicara dengan adiknya.
Dia sangat lembut dan penuh kasih sayang, tidak seperti sikapnya yang biasanya dingin dan tak kenal ampun pada siapa pun.
Staf yang berdiri di sekitar tercengang dengan sikapnya.
Ini pertama kalinya mereka melihat Evie yang bersikap lembut seperti ini.
"Aku baik-baik saja." Trevor mengangguk dan menambahkan, "Maaf untuk masalah ini."
"Tidak masalah. Ayah seharusnya memberitahumu bahwa dia tidak hanya memberimu Manor Willard, tetapi juga semua toko yang berada di jalan komersial ini. Semua yang kamu lihat adalah milik keluarga kita."
Dengan senyum di wajahnya, Evie melambaikan tangannya, dan sekretaris wanitanya segera menghampirinya.
"Kumpulkan semua staf yang ada di manor untukku," perintah Evie.
Sekretaris itu mengangguk sebagai jawaban dan segera pergi untuk melaksanakan perintah.
Lima menit kemudian, lebih dari seribu staf yang bekerja di manor berkumpul di lapangan golf yang luas.
Mereka semua mengenakan seragam hitam yang sama, yang membuat lapangan tampak berwarna hitam, dan bukannya hijau seperti biasanya.
Mereka berbaris di lapangan golf dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Evie.
Dengan Trevor di sebelahnya, Evie berdiri di depan mereka dan mengumumkan, "Kalian semua, dengarkan aku baik-baik. Mulai sekarang, adikku, Trevor Januardi, akan menjadi pemilik Manor Willard!"
Semua staf, termasuk pihak keamanan dan manajer, membungkuk hormat setelah mendengar pengumuman yang disampaikan Evie.
Dan semua staf wanita yang cantik segera menjadi sangat bersemangat.
Mereka ingin menikah dengan keluarga kaya.
Pemuda di depan mereka adalah seorang miliarder. Dia pasti akan menjadi incaran para gadis.
"Selamat datang, Tuan Januardi!" mereka berteriak dengan serempak.
Suara mereka keras dan jelas, dan itu bergema di seluruh lapangan golf yang begitu luas.
Tidak tahu harus berbuat apa sebagai tanggapan, Trevor hanya berdiri di sana dengan linglung.
Dia bertanya-tanya apa ini adalah perasaan menjadi orang kaya. Semua orang memperlakukannya dengan hormat.
Di dalam kerumunan, wajah resepsionis yang baru saja mempermalukan Trevor di lobi menjadi pucat pasi.
"Trevor, seorang karyawan telah melaporkan kepadaku bahwa resepsionis di lobi tidak menghormatimu saat kamu tiba di sini tadi," kata Evie dengan implikasi.
Semua orang menahan napas dan menatap Trevor, bertanya-tanya apa yang akan bos mereka lakukan pada karyawan itu selanjutnya.
Selain rasa hormat, ada juga ketakutan yang terlihat jelas di mata mereka.
Sekarang Trevor menjadi bos baru mereka, siapa yang tahu apa dia akan mengganti semua staf yang ada di sini atau tidak?
Dengan bekerja di Manor Willard, mereka tidak hanya mendapatkan gaji yang tinggi, tetapi juga mendapatkan tunjangan yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Banyak orang yang sangat ingin bekerja di sana.
Trevor merenungkan bagaimana dia harus menangani masalah ini. Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Dia cemas karena semua mata tertuju padanya, menunggunya untuk mengambil sebuah tindakan. Dia bahkan tidak tahu di mana harus meletakkan tangannya agar terlihat meyakinkan sebagai seorang bos.
Sementara itu, sang resepsionis saat ini sedang gemetar ketakutan.
Tiba-tiba, tanpa menunggu perintah dari siapa pun, dia bergegas menghampiri Trevor dan berdiri dengan takut-takut di depannya.
Dia menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya karena malu.
Yang mengejutkan semua orang, dia dengan sengaja membuka sedikit kancing baju atasnya untuk mengungkapkan sebagian besar payudaranya dan menatap Trevor dengan tatapan meminta maaf.
Ketakutan tertulis dengan jelas di seluruh wajahnya, yang membuat semua orang mengasihaninya.
Wajah Trevor memerah.
Tidak pernah sekali pun dalam hidupnya ada seorang gadis yang mau mendekatinya terlebih dulu.
Namun, tak lama kemudian, sikap arogan resepsionis itu terlintas di benaknya lagi, membuat dia merasa jijik.
Manor Willard sekarang adalah miliknya. Jika para staf, atau bahkan salah satu dari mereka, tidak menghormati tamu di masa depan, reputasi manor ini akan terpengaruh.
Memikirkan hal ini, Trevor berdeham dan berkata dengan suara berat, "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Apa ini adalah caramu dalam memperlakukan para tamu?"