Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Di dalam ruang ganti
Trevor melihat pacarnya, Sylvia, sedang bersandar pada Dennis dan berciuman dengan mesra.
Wajah Sylvia memerah karena hasrat dan nafsu.
Sementara itu, Dennis sedang membelai tubuhnya dengan penuh nafsu.
"Kalian berdua terlalu berlebihan!" maki Trevor dengan marah.
Rasa sakit hati dan penghinaan yang dalam memenuhi hatinya.
Sylvia buru-buru menurunkan rok setinggi pinggangnya, menyembunyikan pahanya yang mulus dan seputih salju.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Trevor?"
"Akulah yang seharusnya mengajukan pertanyaan ini. Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu akan pergi berbelanja dengan sahabatmu sore ini? Mengapa kamu ada di sini?!" tanya Trevor dengan bingung dan marah.
"Sylvia, aku tahu kamu tidak menyukai aku yang miskin, tetapi kamu tidak bisa bersama orang seperti itu. Apa kamu tidak tahu seberapa sering dia mengganti pacarnya?" Trevor meraung dengan marah, matanya bahkan sudah memerah karena amarah.
Dia bekerja mati-matian seperti seekor kuda, bekerja berjam-jam hingga tengah malam hanya untuk membelikan kado ulang tahun untuk Sylvia.
Namun, sial sekali baginya karena pacar tercintanya justru berselingkuh.
Hal itu tidak dapat diterima!
Alih-alih merasa malu, Sylvia mendengus dan mengejek, "Sekarang kamu sudah tahu yang sebenarnya, tidak ada gunanya bagiku untuk menyembunyikannya lagi. Apa menurutmu aku ingin bersama dengan seorang pecundang miskin sepertimu?
Memang kejam untuk mengatakannya, tetapi aku menjalin hubungan denganmu hanya karena aku kalah taruhan dengan temanku. Aku tidak menyangka kamu akan menganggapnya begitu serius."
"Namun, aku benar-benar mencintaimu," balas Trevor.
"Cintamu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku menginginkan ponsel terbaru, tetapi kamu mengatakan kepadaku bahwa aku harus menunggu selama satu bulan.
Betapa menyedihkan dirimu! Dennis tidak hanya membelikanku iPhone terbaru, tetapi dia juga membelikanku tas Louis Vuitton yang mewah."
Dennis melihat paket yang ada di tangan Trevor, dia lalu berdiri dan tertawa.
"Bernard benar-benar licik. Aku memintanya untuk mengambilkan paketku dan dia menyuruhmu untuk melakukannya. Menarik, ini benar-benar menarik!"
Tangan Trevor mengepal ketika Dennis berbicara.
Ternyata Bernard telah mempermainkannya selama ini!
Tiba-tiba, Dennis melemparkan uang sebanyak 100 ribu ke wajah Trevor dan berkata mengejek, "Trevor yang malang. Apa kamu benar-benar berpikir bahwa kamu bisa tidur dengan Sylvia?
Kuberi tahu padamu sekarang. Hal itu tidak akan pernah terjadi. Ini 100 ribu rupiah untukmu. Anda hanya pantas untuk wanita tua dan jelek, dasar orang miskin yang malang."
"Dennis! Aku akan membuatmu menyesal!"
Tidak tahan lagi dengan penghinaan yang bertubi-tubi, Trevor menerjang ke arah Dennis seperti seekor banteng yang mengamuk.
"Beraninya kamu melawan?"
Dennis meninju Trevor, menjatuhkannya dalam sekejap.
Dennis memiliki tubuh setinggi lebih dari 180 cm. Selain itu, sebagai kapten tim basket, dia sangat lincah dan berotot.
Trevor, sebaliknya, memiliki tubuh yang beberapa cm lebih pendek dari Dennis, dan dia juga bertubuh kurus.
Trevor terjatuh ke lantai dengan bunyi yang keras, dan dia merasakan sakit yang tajam di pipinya di mana Dennis meninjunya.
Meski dia berada di dalam keadaan linglung, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk bangkit berdiri.
Namun, sebelum dia bisa melakukannya, Dennis mengangkat kakinya dan menginjak wajah Trevor, menahannya lagi di lantai.
Wajah Trevor ditutupi dengan bekas jejak kaki.
Bahkan jika setiap gerakan membuatnya mengerang kesakitan, Trevor masih berusaha sekuat tenaga untuk bangkit.
Tentu saja, Dennis tidak membiarkannya bangkit.
Dia duduk di punggung Trevor dan mengeluarkan sebuah pena hitam dari dalam ranselnya.
Kemudian, dengan sebuah senyum licik di sudut bibirnya, dia menulis kata 'Pecundang Miskin' di pakaian Trevor.
Seolah-olah penghinaan itu tidak cukup, dia meludahi Trevor dan memberikannya sebuah peringatan, "Jika kamu berani menyerangku lagi, aku akan memukulmu setiap kali aku melihat wajahmu. Ingat kata-kataku."
Kemudian, dia meraih tangan Sylvia dan berjalan pergi.
Trevor merasakan rasa sakit yang sangat hebat.
Ketika melihat wajah Trevor yang memar dan kotor, mahasiswa lain tidak bisa menahan diri mereka untuk tidak menunjuk ke arahnya.
Sylvia, gadis yang paling dia cintai, mengkhianatinya dan menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.
Kata-kata jahat Bernard, penghinaan Dennis, dan kekejaman Sylvia membuat hatinya dipenuhi dengan kebencian yang dalam.
"Mengapa? Mereka semua menindasku dan menginjak-injak harga diriku! Mengapa?!!"
"Hanya karena aku miskin, jadi di mata mereka aku sudah tidak dianggap sebagai manusia lagi!"