Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Penulis:Rickie Appiah
GenreLebih
Bangkitnya Sang Pewaris Miliarder
Bernard berkata kepada Trevor, "Ini adalah Grant, putra pemilik Hotel Ensfield di kota ini. Jika bukan karena dia, kamu tidak akan pernah bisa masuk ke dalam klub ini."
Grant memandang Trevor dari atas ke bawah dan bertanya, "Siapa orang ini?"
"Trevor Januardi, pria malang yang menangkap basah pacarnya sedang bermesraan dengan Dennis."
"Oh, kamu orangnya? Aku sudah banyak mendengar tentangmu, sobat." Grant mencibir sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Trevor sambil mengepalkan tinjunya hingga membuat buku jarinya memutih.
Dia mulai sedikit lelah menoleransi penghinaan tersirat yang terus-menerus mereka lontarkan.
Grant hendak mengejek Trevor lagi, tetapi Bessie segera menghentikannya sebelum dia bisa berbicara.
"Sudah cukup. Apa kalian akan saling mencemooh di hari ulang tahunku?"
"Kamu benar, Nona Tantowi. Ini adalah harimu dan aku tidak ingin merusaknya. Aku minta maaf. Ayo kita masuk ke dalam dan bermain tenis."
Grant memberi Trevor pandangan merendahkan sekali lagi, kemudian mengantar semua orang masuk ke klub tenis eksklusif.
Trevor yang juga tidak ingin merusak hari Bessie memutuskan untuk menahan amarahnya.
Dia tidak ingin mempermalukan Bessie, tetapi dia akan tetap mengingat bagaimana Grant memperlakukannya.
Mereka berjalan ke klub tenis yang didekorasi dengan mewah, dan semua orang di dalam berpakaian sangat bagus.
Itu adalah tempat di mana orang-orang kaya berkumpul untuk menghabiskan waktu luang mereka.
Dengan ekspresi yang sangat terkesan di wajahnya, Corrie berkomentar, "Kudengar Klub Tenis Kisas adalah klub pribadi yang diperuntukkan untuk orang-orang super kaya. Segala sesuatu yang ada di dalam sangat mahal, dan hanya orang-orang dengan kartu anggota saja yang diizinkan masuk ke dalam."
"Tidak juga, itu tidak terlalu mahal. Aku telah menyewa dua lapangan tenis terbuka kelas atas untuk kita, dan harganya hanya 40 juta."
"Wow, Grant! Kamu murah hati sekali!" seru salah satu teman Bernard dengan kagum.
Mendengar apa yang dikatakan Grant, Corrie juga tidak kalah kagum dan dia semakin menyukainya.
Grant kaya, murah hati, dan juga tampan. Siapa yang tidak menyukai pria seperti itu?
Melihat semua orang menyanjung Grant, Trevor tetap diam.
Industri di sekitar manor semuanya dimiliki oleh keluarganya. Dia juga bisa masuk ke klub ini, selama dia memberi tahu kakaknya bahwa dia ingin masuk.
Namun, Trevor tidak berencana melakukan itu. Dia memutuskan untuk mengikuti mereka saja.
Bernard berkata kepada petugas di meja depan, "Halo. Bisakah kami memiliki delapan raket tenis Wilson terbaru? Lalu, satu raket murahan untuk pria miskin ini?"
Wilson adalah merek raket tenis terkenal di dunia, yang digunakan dan didukung oleh banyak juara Olimpiade.
Setiap raket diproses oleh mesin manufaktur yang paling rumit dan menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik.
Desain dari raket itu megah dan mewah, karena itu harganya juga mahal.
Di sisi lain, raket murah agak sederhana dan merupakan barang umum yang dijual di pasaran.
"Baik, Tuan. Tolong tunggu sebentar, saya akan segera mengambilkannya untuk Anda."
Sebelum pergi untuk memenuhi permintaan Bernard, petugas itu secara terang-terangan melirik Trevor dengan tatapan jijik.
Kemudian, dia kembali ke meja depan dengan beberapa raket di tangannya dan menyerahkan raket yang murah kepada Trevor.
"Trevor, kamu tidak keberatan dengan raket murahan, 'kan? Maksudku, kami hanya bisa memberimu satu raket yang cocok untukmu. Lagi pula, kami sudah membiarkanmu ikut dengan kami ke tempat mewah seperti ini karena kebaikan hati kami."
Bernard menyeringai dan menyerahkan kartu kredit kepada petugas itu untuk membayar tagihannya.
Raket bermerek itu berharga 32 juta, 4 juta untuk masing-masing raket. Yang murah harganya hanya 40 ribu.
Kecuali Trevor, semua orang diberi raket bermerek. Bahkan kedua antek Bernard juga memiliki raket bermerek.
Trevor menggertakkan giginya dan mencengkeram raket murahan yang mereka berikan padanya.
Trevor tidak ingin kehilangan ketenangannya di depan Bessie, jadi dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya.
Setelah selesai melakukan pembayaran, Bernard mengedipkan mata pada Grant, dan Grant segera mengerti apa yang dia maksud.
Grant menoleh ke arah Trevor dan berkata, "Trevor, aku sudah membayar raket dan tiket masuknya. Sekarang, jadilah seorang pria dan traktir kami sesuatu. Bagaimana dengan membeli air untuk kita semua?"
"Tolong beli enam botol air."
Trevor sudah mengetahui niat Bernard dan Grant. Mereka ingin dia menghabiskan uang lebih dari yang dia mampu, tapi itu hanya enam botol air.
Dia lebih dari mampu untuk membelinya.
"Tuan, totalnya dua juta empat ratus ribu. Anda ingin membayar dengan kartu atau tunai?"
Petugas itu mengambil enam botol air dari freezer dan meletakkannya di meja.
Trevor tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Bagaimana bisa sebotol air berharga 400 ribu? Itu bahkan lebih mahal dari minyak.
Tidak heran Grant dengan sengaja memintanya membeli air untuk semua orang.
Melihat ekspresi terkejut di wajah Trevor, Bessie tidak bisa menahan perasaan kasihan padanya.
Dia melangkah maju ke meja depan dan memutuskan untuk menghadapi situasi ini demi membantu Trevor.
"Jangan khawatir tentang itu, Trevor. Aku yang akan membayar airnya."