Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Persetan denganmu, Diana!" teriak Liany Wardana, sampai membuat urat yang menonjol di dahinya berdenyut. Dia sangat ingin mencekik wanita yang ada di depannya dan mengirimnya ke neraka.
Meski begitu, tidak ada yang bisa dia lakukan karena dua pria kekar telah mengikatnya.
Diana Wardana melipat kedua tangannya. Dengan ekspresi jijik, dia berkata, "Berteriaklah sesuka hatimu. Pokoknya tidak akan ada orang yang datang untuk menyelamatkanmu. Kenapa? Karena satu-satunya orang yang mencintaimu di dunia sudah mati akibat perbuatanmu!"
Kata-katanya menusuk hati Liany seperti ribuan pisau tajam.
Demi kebaikan keluarganya, dia terpaksa menikah dengan Didi Martono beberapa waktu lalu. Liany tidak mencintainya, jadi dia tidak membiarkan pria itu menyentuhnya atau mendekatinya dengan cara apa pun. Dia bahkan melakukan berbagai macam hal untuk menyakiti Didi.
Bahkan saat Didi mati saat mencoba menyelamatkannya dari rumah yang terbakar, Liany merasa pria itu pantas mendapatkannya.
Semuanya berubah hari ini. Hari ini, akhirnya Liany menyadari bahwa Didi yang selalu terlihat dingin dan kejam sebenarnya sangat mencintainya.
Rasa sesal merobek-robek hatinya. Dia menyesal telah melakukan semua hal buruk itu dan juga gagal melihat kebaikan Didi padanya.
"Didi tidak mungkin mati. Dia pasti masih hidup." Meskipun Liany telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Didi melesat ke dalam kobaran api, dia masih berharap bahwa Didi berhasil keluar hidup-hidup dan akan muncul tepat waktu untuk menyelamatkannya lagi.
"Apa menurutmu Didi seorang manusia super? Apa kamu yakin dia masih hidup setelah masuk ke dalam kobaran api sebesar itu?"
Mata Diana menyipit dan senyum sinis muncul di mulutnya saat dia menambahkan, "Ya, Didi memang selamat dari kebakaran itu. Pada saat dia dibawa keluar, seluruh tubuhnya telah terbakar dan nyawanya berada di ujung tanduk. Mungkin akan terdengar menarik bagimu untuk mengetahui bahwa dia masih mengkhawatirkanmu dalam kondisi mengenaskan seperti itu. Astaga! Sayang sekali pria paling tampan di Kota Horten merendahkan dirinya sejauh itu hanya demi wanita yang tidak pernah mencintainya."
Mata Liany membelalak ngeri. Dalam benaknya, dia melihat bagaimana api membakar Didi hidup-hidup, menghancurkan wajah tampannya. Semua itu penderitaan itu untuk apa? Hanya demi menyelamatkannya!
Untuk pertama kalinya, ini membuat hati Liany sangat sakit.
Dia berharap dia bisa memutar kembali waktu sekarang. Jika dia bisa melihat Didi, dia akan meminta maaf sebesar-besarnya.
Dia tidak akan peduli lagi bahkan jika pria itu merupakan orang terkenal di dunia mafia.
"Bagaimanapun, dia sudah mati karena kehabisan darah. Tapi tahukah kamu? Yang membunuh Didi bukanlah luka bakar tingkat empat yang dia derita. Kamulah yang telah membunuhnya!"