/0/26096/coverorgin.jpg?v=080815e20b74a9fc5628a52146dca2ee&imageMogr2/format/webp)
Malam itu, suasana di rumah Ridwan Putra tampak suram. Nadine Aulia (23) duduk di meja makan, menatap piring yang di depannya. Tangannya yang gemetar sesekali menyentuh perutnya yang mulai membuncit. Perut itu adalah satu-satunya alasan yang masih membuatnya bertahan di tengah segala perasaan sakit dan kebingungannya. Saat suara langkah berat Arman terdengar mendekat, tubuhnya spontan menegang.
"Kenapa makanan ini dingin?!" suara Arman yang lantang memecah keheningan, membuat Nadine terlonjak dari kursinya. Ia segera mengambil piring itu dan bergegas menuju dapur.
"Maaf, saya akan menghangatkannya, Pak," jawab Nadine dengan suara pelan, berusaha untuk tidak membuat situasi semakin buruk.
Arman mendengus keras. "Sudah berapa kali kubilang, jangan menyiapkan makanan seperti ini? Kau memang tak bisa diandalkan!" Arman berbicara dengan nada yang penuh amarah, seperti biasa. Nadine hanya bisa menunduk, menahan air mata yang hampir tumpah. Dia tahu, dalam pandangan Arman, dia selalu saja tidak cukup baik.
Clara, kekasih Arman yang duduk di sofa dengan ekspresi acuh tak acuh, tertawa sinis mendengar kata-kata Arman. "Memangnya kau berharap apa, Mas? Wanita ini bahkan tak pantas jadi istri. Dia hanya sampah," ujarnya dengan penuh kebencian, memutar cangkir kopi di tangannya.
Nadine menggigit bibirnya, berusaha menahan isaknya. Kata-kata Clara seperti pisau yang terus menusuk hati, mengingatkan dirinya akan betapa rendahnya posisinya di mata mereka. "Maaf..." hanya itu yang bisa ia ucapkan, suaranya tercekat.
Di ruang itu, ada begitu banyak kata yang tak terucapkan. Ada begitu banyak luka yang tersembunyi, yang kini harus ia telan sendiri.
---
Di Kamar Tidur Nadine
Malam semakin larut, namun Nadine tidak bisa tidur. Matanya terbuka lebar, namun pikirannya terperangkap dalam kenangan yang gelap. Kenangan yang datang begitu tiba-tiba, menyusup dalam benaknya. Pikirannya kembali ke malam itu, malam yang penuh dengan kekeliruan dan ketidakberdayaan.
/0/21119/coverorgin.jpg?v=c6f97c32efcf6b9cac0aaf22e1b791da&imageMogr2/format/webp)
/0/17985/coverorgin.jpg?v=20240430164820&imageMogr2/format/webp)
/0/29598/coverorgin.jpg?v=623a1480eb77d0bfb0a972fdbb9ef957&imageMogr2/format/webp)
/0/20516/coverorgin.jpg?v=9e637b587732bf8bb851698178ff2fd3&imageMogr2/format/webp)
/0/28851/coverorgin.jpg?v=b05270e6ed77606396aac70a51e2be25&imageMogr2/format/webp)
/0/6688/coverorgin.jpg?v=2b549a2a6472ff248b6848f3fc2699be&imageMogr2/format/webp)
/0/29609/coverorgin.jpg?v=c54c1933a1aece1644681f8607cc9f49&imageMogr2/format/webp)
/0/10365/coverorgin.jpg?v=aa98febaef102c7a0d055b62706643bb&imageMogr2/format/webp)
/0/3488/coverorgin.jpg?v=356e60629038c1dbf897ea217b6d4b97&imageMogr2/format/webp)
/0/14285/coverorgin.jpg?v=719398ea900c96a575ff8c11362e5196&imageMogr2/format/webp)
/0/2688/coverorgin.jpg?v=1ab12dca281f711783f15f8596fab2fb&imageMogr2/format/webp)
/0/18382/coverorgin.jpg?v=20250327150949&imageMogr2/format/webp)
/0/28875/coverorgin.jpg?v=e2b141bfe25cde795b7edb8b1f135fed&imageMogr2/format/webp)
/0/21433/coverorgin.jpg?v=20250107185019&imageMogr2/format/webp)
/0/18439/coverorgin.jpg?v=63924506ca3e6fb20d18d847018c7938&imageMogr2/format/webp)
/0/28626/coverorgin.jpg?v=6aa2e2bd6d73cdfddde23323d98de3ff&imageMogr2/format/webp)
/0/3863/coverorgin.jpg?v=20250122110310&imageMogr2/format/webp)
/0/8780/coverorgin.jpg?v=b064d962beb6d58a8985decb2c0c21bb&imageMogr2/format/webp)
/0/21430/coverorgin.jpg?v=20250114182853&imageMogr2/format/webp)