Fei Meng, putri bungsu keluarga bangsawan yang hampir hancur, Liu. Dijual ke pelelangan demi menutupi pengeluaran hasil penggelapan dana oleh sang ayah. Namun, karena kecantikannya, Calon Kaisar bersimpati dan mengangkat dirinya sebagai salah satu istri. Yang berkemungkinan besar akan dikirim ke lembah neraka seperti istri-istri lainnya. Bisakah Fei Meng menarik hati suaminya, agar tidak menjadikannya tumbal demi kekokohan benteng pertahanan kekaisaran?
"Ryu, bawa kemari benda paling istimewa itu! Bersiaplah kalian, jika bukan karena ayahnya sangat perlu uang, aku juga tidak mau menjual dan akan menyimpannya sendiri."
"Kau dengar, 'ayahnya'?" bisik seorang pelanggan bertudung kain putih pada saingan di samping.
Sembari mengibaskan kipas bambu di tangan, ia melirik ke panggung. "Benar, benda itu pasti akan menghebohkan sejarah Pelelangan Chu. Karena ... pertama kali dalam abad ini, manusia dijadikan barang lelang."
Kreek....
Sebuah peti besar berhasil dibawa beberapa orang pria berbadan kekar, ke depan panggung, sehingga mudah disorot oleh penonton di segala penjuru kursi.
"Wah, kalian yakin tidak akan berebut?" ujar pemilik tempat itu, tersenyum menyeringai. "Sebab apa yang ada di balik papan-papan ini, akan memanjakan mata tamu-tamu sekalian."
Mendengarnya, para bangsawan dan orang biasa di bangku pelanggan pun mulai ricuh. Walau pun saling berbisik dengan kelompok masing-masing, suara mereka memekakkan telinga.
Dada pria berkumis tebal di sana bergemuruh tanda merasakan kemenangan dan keuntungan besar yang diraup malam ini. Berkat kemurahan hati sosok di balik tirai tersebut.
Sebut saja si pemilik pelelangan dengan nama Bear, ia melirik lewat ujung ekor mata. Tentu jika bukan karenanya kesempatan terkenal tak akan datang.
"Tuan Besar Liu. Terimakasih atas apresiasinya. Percayakan saja putri Anda kepada saya, beliau akan diberikan ke tangan yang mau membayar paling mahal."
"Apa maksud Pak Tua itu?" bisik orang lain.
"Putri Bangsawan Liu? Yang berada dalam peti di depan sana?"
"Tenang, kawan-kawan. Kami memiliki ijin langsung dari kepala keluarga Liu! Kalian tidak perlu takut, tempat lelangku bukan hal ilegal." Menodongkan selembar kertas dengan cap logo khusus, membuat beberapa dari mereka tercengang tak percaya.
Rumor yang tersebar mengatakan bahwa Fei Meng menolak perjodohan dengan pangeran-pangeran negeri sebelah, atau pun bangsawan di negara ini. Sampai-sampai mereka menyebutnya 'putri bungsu yang angkuh'.
Ia jelas tahu jikalau kehendak para lelaki menikahi dirinya dikarenakan keelokan paras, dan hal itu membuat orang-orang semakin yakin tentang kesombongan pada dirinya. Terlahir dan dianugerahi kecantikan bagai Dewi, membuatnya tak boleh salah bertindak.
"Buka papan penutupnya!"
Dua orang tampak terlambat hadir, dikarenakan telah memesan kamar VVIP, mereka tidak menjadi sorotan dan bebas datang kapan pun.
Mata tajam yang malas terbuka itu terarah fokus ke seonggok tubuh putih mulus di panggung. Baru saja dipaksa keluar dari peti sempit. Jelas terlihat ketidaksukaan di wajah indahnya, menutupi dada menggunakan kain putih yang tersedia sehelai lebar, pun rambut hitam legamnya.
"Cantiknya ...."
"Dewi di tempat pelelangan, ini pertama kalinya."
Belum selesai berbangga diri, seseorang dengan kasar memukul meja di depan.
"Hei, Bear!" teriak seorang tamu, menarik seluruh perhatian, termasuk sosok di kamar VVIP.
Senyum menghias wajahnya yang berekspresi murka. "Apa kau tidak takut jika Dewa atau pun kekaisaran melaknat tempat ini? Bukankah sudah tertulis di perjanjian kalau manusia dilarang diperjualbelikan? Budak saja tidak boleh, apalagi putri dari keluarga terhormat."
"Tentang itu... silahkan bertanya langsung pada yang bersangkutan, saya hanya membantu dan mendapat komisi darinya." Menaikkan salah satu alis seraya menatap hina Fei Meng.
"Hahaha! Mari bersiap menaruh harga!" Bear menyerukan lantang.
Kekhawatiran di diri orang-orang mulai pudar dibuatnya. Perkelompok mulai mendiskusikan angka yang akan mereka ajukan, ada pula yang hanya bergeming tidak berminat atau tidak tega menjadikan seorang manusia seperti barang.
Melihat antusias tamu membuat Bear senang dan meneguk alkohol di gelas itu, lalu tiba-tiba pandangan teralihkan pada sosok jangkung di atas sana. Tamu yang tak pernah absen setiap bulan, dan selalu menawar benda tak terduga.
Semacam artefak kuno, yang jarang diketahui orang manfaatnya.
Bear yakin, tamu tersebut tidak akan sudi memberi penawaran untuk perempuan itu.
"Chen, dapatkan Putri Fei Meng untukku," titah suara berat di balik tudung kain itu, pelan. "Tanpa mengeluarkan sepeser pun koin. Kau mengerti maksudku, bukan?"
***
Liu Fei Meng, rambutnya yang lurus dan lembut, apabila tergerai memesona pasang mata. Cahaya terpantulkan dan gelombang surai hitamnya, kadang membuat orang lain buta.
Atau lupa akan tujuan awal.
Kecantikan yang mematikan, mungkin ia pantas menyandang julukan seperti itu.
"Jika kemarin kau menerima lamaranku, kita tidak akan bertemu dengan cara kasar dan buruk begini, benar, Fei Meng?" bisik seorang pria bertubuh besar tepat di telinga perempuan cantik itu.
Matanya telah ditutup kain putih, tangan dan kaki pun diikat supaya memudahkan orang-orang dalam membawanya pergi. Tentu setelah lelang selesai, dimenangkan oleh seorang kepala keluarga yang cukup mapan dan terkenal di kota Fa Hau.
Chen Xi An amat tak suka melihat betapa angkuh perempuan itu. Padahal ia sudah diperlakukan kasar, diseret bahkan dimaki oleh pengawal, tapi tetap berusaha berdiri tegap. Membuatnya semakin ingin mengungkung dan melihat ketidakberdayaan di wajah elok nan mulus.
"Masukkan dia ke kereta yang sama denganku. Aku harus berbicara dengan Bear."
Fei Meng mendengarkan dengan seksama, penasaran apalagi yang harus dibicarakan sedangkan surat menyurat tentang kepemilikan dirinya sudah ditandatangani sang ayah.
Namun, tak sempat dapat informasi lebih, dua orang pengawal sudah dengan kasar memasukkan tubuhnya ke kereta kuda. Meringis kecil ketika dirasa ada cairan merembes dari kulitnya setelah menabrak kuat pegangan kursi kereta. Luka yang cukup dalam.
"Aku yakin bukan putri kandung pria biadab itu," gumam Fei Meng, melihat wajah sang ayah dalam gelapnya penglihatan.
Betapa keras usahanya menutup mata ketika proses penyerahan barang dan pembayaran detik lalu, tetap tak bisa. Air matanya bahkan tak keluar setetes pun, yakin kalau tak pantas pria macam itu ditangisi oleh dirinya.
Jika ia memohon-mohon diselamatkan, itu hanya menjadi bahan tertawaan dan kelak akan disesali. Melihat setumpuk emas murni, penglihatan manusia akan buta sementara. Hatinya bakal mati rasa, tak berfungsi.
"Apakah dia perempuan yang dikatakan Tuan Chen?"
Suara pelan tersebut mengecohkan pikiran, segera mendunduk untuk memperdalam pendengaran. Ada keributan di tempat lain, tak jauh dari sini, tapi kenapa?
Fei Meng dapat merasakan kalau sosok di pintu sana berjumlah dua orang. Namun, ia tak berhasil menemukan aura berbahaya dari mereka.
'Chen? Pria yang membeliku juga bermarga Chen,' batinnya, heran dan khawatir sebab suasana tiba-tiba tenang.
Tak ada gemerincing pedang yang berlawanan, atau pekikan para ksatria di luar sana. Suara-suara tadi, beserta sosoknya tak ada di depan pintu. Mereka sudah pergi, membuat Fei Meng bingung.
Dengan cepat, ikatan kain di tangannya terlepas, seperti sudah lihai melakukan hal itu, penutup mata turut ditanggalkan. Mempersiapkan diri sebelum keluar, ia mengikat kain di bahunya supaya tidak terus-menerus melorot.
"Hmm... Anda sudah sering mengalami hal-hal semacam ini, Nona Liu?"
"Hah?" Fei Meng terbelalak dengan mata sipitnya, terperangah melihat seorang laki-laki berpakaian tebal duduk di kursi seberang, memperhatikannya sejak tadi.
Karena saat di panggung pelelangan ia habis dicekoki minuman keras dan obat-obatan, mata agak berat, penglihatan kabur. Hingga menyulitkan baginya memperhatikan wajah para tamu di sana, untuk sekedar menandai musuh.
Tapi ia yakin tidak pernah mendengar suara berat sosok tersebut beberapa waktu lalu.
"A-anda siapa, Tuan?"
"Aku?" Keningnya mengernyit sebelah, bersandar di punggung bangku. Menatap tajam perempuan itu, tanpa melepas kain penutup mulutnya, ia mengulum senyum misterius yang tidak dapat dilihat Fei Meng.
"Anggap saja... aku Dewa Penyelamatmu," ujarnya, mencengkram lengan Fei Meng yang terluka.
Bukan dengan tangan mulusnya, cengkraman itu berasal dari sihir. Memperjelas bahwa laki-laki aneh itu enggan mengotori tangannya apabila bisa melakukan sesuatu tanpa menyentuh.
Perempuan berusia jangkap 20 tahun tersebut membelalakkan mata, menahan sakit tak terkira. Saat tergores tadi masih dapat didiamkan olehnya, tapi sekarang lelaki itu seolah sengaja menambah rasa ngilu di lengannya sampai berkali-kali lipat.
"Sekarang, aku pemilikmu, Nona Liu. Kau harus patuh... hanya padaku."
'Ti-tidak... aku bukan milik siapa pun, akh!' Mencoba melepas aliran sihir di tangannya.
"Jangan mencoba kabur. Chen, sudah kau bereskan?" Tiba-tiba berbicara pada orang di luar.
"Ya, Tuan. Orang suruhan saya, termasuk."
"Bagus. Ayo, kembali."
***
Bab 1 Successfully Sold
22/10/2022