Cinta Tidak Direstui

Cinta Tidak Direstui

Jefri Punggawa

5.0
Komentar
445
Penayangan
28
Bab

Risa Ayu Cahyaningrum adalah seorang dokter spesialis ternama yang bekerja di rumah sakit besar dan memiliki klinik pribadi yang sukses. Namun, ia direndahkan oleh ibu kekasihnya, seorang perwira TNI berpangkat Mayor, karena latar belakang keluarganya yang sederhana. Sang ibu beranggapan bahwa seorang dokter sekalipun tidak cukup baik untuk anaknya jika berasal dari keluarga petani. Risa bertekad membuktikan bahwa cinta sejati tidak memandang status sosial. Dalam perjalanan itu, ia harus menghadapi tantangan, intrik, dan konflik keluarga yang menguji kesabaran dan cintanya.

Bab 1 Risa Ayu Cahyaningrum menatap pantulan dirinya

Risa Ayu Cahyaningrum menatap pantulan dirinya di cermin apartemennya. Dengan blazer putih yang rapi membalut tubuhnya, ia menghela napas panjang. Pikirannya berputar tentang pertemuan penting hari ini. Setelah hampir dua tahun menjalin hubungan dengan Bima, akhirnya ia diundang untuk bertemu keluarganya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dari cerita Bima, ibunya adalah sosok yang tegas, perfeksionis, dan memiliki standar tinggi dalam memilih pasangan hidup untuk anak semata wayangnya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," Risa meyakinkan dirinya sendiri. "Aku dokter spesialis. Apa lagi yang kurang?"

Risa menyelesaikan riasannya dengan sederhana, menyemprotkan parfum favoritnya, lalu mengambil tas tangannya. Setelah memastikan semuanya siap, ia melangkah keluar dan menuju rumah keluarga Bima di kawasan elit Jakarta Selatan.

Rumah keluarga Bima megah, berdiri kokoh dengan pagar besi hitam yang dihiasi ornamen mewah. Saat mobil Risa berhenti di depan pintu, seorang asisten rumah tangga membukakan gerbang.

Asisten rumah tangga: "Selamat siang, Mbak Risa. Silakan masuk, Ibu sudah menunggu di ruang tamu."

Dengan senyuman sopan, Risa melangkah masuk. Di dalam, suasana rumah terasa dingin, bukan karena suhu ruangan, tetapi karena atmosfer formal yang memancar dari setiap sudutnya. Lukisan-lukisan mahal menghiasi dinding, dan lantai marmer mengkilap memantulkan cahaya dari lampu kristal di langit-langit.

Di ruang tamu, seorang wanita duduk dengan anggun di atas sofa berbahan kulit. Seragam dinas TNI berpangkat Mayor menghiasi tubuhnya. Wajahnya keras, namun tetap menunjukkan kecantikan seorang wanita yang berwibawa.

Ibu Bima: "Kamu Risa, ya?"

Risa tersenyum dan mengangguk sopan.

Risa: "Iya, Bu. Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Ibu."

Ibu Bima mengangguk kecil, mengisyaratkan Risa untuk duduk. Ia menyesap teh di tangannya sebelum melanjutkan.

Ibu Bima: "Bima sering cerita tentang kamu. Katanya kamu dokter, ya?"

Risa: "Iya, Bu. Saya spesialis penyakit dalam. Saya bekerja di rumah sakit dan juga punya klinik sendiri."

Ibu Bima (tersenyum tipis): "Hebat. Pasti orangtua kamu bangga sekali, ya?"

Risa merasakan nada sinis yang samar, namun ia tetap menjaga senyumannya.

Risa: "Alhamdulillah, Bu. Orangtua saya selalu mendukung apa pun yang saya lakukan."

Ibu Bima (mendekatkan tubuhnya, nada suaranya lebih tegas): "Kalau boleh tahu, orangtua kamu kerja apa?"

Pertanyaan itu membuat Risa terdiam sejenak. Ia tahu pertanyaan ini akan muncul cepat atau lambat.

Risa: "Ayah saya seorang petani, Bu, di kampung halaman kami di Jawa Tengah."

Ibu Bima (menaikkan alis): "Petani?"

Risa melihat perubahan ekspresi di wajah Ibu Bima. Sekilas, ada tatapan meremehkan yang sulit disembunyikan.

Ibu Bima: "Hmm... Saya tidak bermaksud merendahkan, tapi saya selalu membayangkan anak saya menikah dengan seseorang dari keluarga yang setara, atau yang bisa memahami dunia kami."

Risa mencoba tetap tenang, meski hatinya mulai terasa panas.

Risa: "Saya paham, Bu. Tapi saya percaya bahwa cinta itu lebih penting daripada status sosial."

Ibu Bima: "Cinta saja tidak cukup, Risa. Menikah dengan seorang prajurit itu berat. Saya ingin Bima punya istri yang mengerti kehidupan kami. Mungkin seorang guru, bidan, atau perawat. Profesi yang lebih... sederhana dan sesuai."

Risa terdiam. Kata-kata itu menyakitkan, seolah-olah seluruh kerja kerasnya sebagai dokter tidak berarti apa-apa hanya karena ia berasal dari keluarga petani.

Suasana semakin tegang ketika Bima masuk ke ruangan.

Bima: "Ibu, apa yang Ibu bicarakan?"

Ibu Bima: "Kamu dengar sendiri, kan? Ibu hanya jujur. Menikah bukan hanya soal cinta, Bima."

Bima (dengan nada kesal): "Risa adalah wanita yang tepat untukku, Bu. Dia mandiri, pekerja keras, dan memiliki hati yang tulus."

Ibu Bima: "Tapi dia tidak memahami kehidupan seorang prajurit! Hidup kita tidak mudah, Bima. Kamu butuh seseorang yang bisa mendukungmu sepenuhnya, bukan hanya dengan cinta kosong."

Risa merasa hatinya seperti diremuk. Ia tidak pernah menyangka bahwa perjuangannya selama ini akan diremehkan hanya karena latar belakang keluarganya.

Risa: "Maaf, Bu. Saya rasa saya harus pergi. Terima kasih atas waktunya."

Ia berdiri, membungkuk sopan, lalu melangkah pergi sebelum air matanya jatuh.

Di luar, Risa berusaha menenangkan diri. Ia menatap ke langit, mencoba menahan emosinya. Namun, di dalam hatinya, ia bertekad bahwa ini belum selesai. Ia akan membuktikan bahwa dirinya layak, bukan hanya untuk Bima, tetapi juga untuk siapa pun yang meremehkannya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Jefri Punggawa

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Cinta Tidak Direstui
1

Bab 1 Risa Ayu Cahyaningrum menatap pantulan dirinya

04/12/2024

2

Bab 2 Apa yang tadi terjadi di rumah Bima

04/12/2024

3

Bab 3 Pertemuan dengan Ibu Bima

04/12/2024

4

Bab 4 namun ada ketegangan yang masih mengganjal di dalam dirinya

04/12/2024

5

Bab 5 merasakan sedikit beban yang terangkat,

04/12/2024

6

Bab 6 saat Risa sedang dalam perjalanan ke rumah sakit

04/12/2024

7

Bab 7 Pagi yang cerah menyelimuti kota

04/12/2024

8

Bab 8 ketika Risa sedang menunggu Bima di kafe

04/12/2024

9

Bab 9 Pikirannya berputar-putar

04/12/2024

10

Bab 10 Risa berusaha keras untuk melupakan

04/12/2024

11

Bab 11 Risa mulai merasakan adanya perubahan

04/12/2024

12

Bab 12 Risa sedang menyiapkan laporan medis

04/12/2024

13

Bab 13 teman sejawat yang selalu ada untuknya

04/12/2024

14

Bab 14 Meskipun pertemuan dengan Risa semalam memberi sedikit harapan

04/12/2024

15

Bab 15 langkah selanjutnya dalam rencana pernikahan

04/12/2024

16

Bab 16 Setelah memilih gaun pengantin

04/12/2024

17

Bab 17 seketika perasaan sakit itu datang kembali

04/12/2024

18

Bab 18 Suasana di rumah sakit

04/12/2024

19

Bab 19 Acara pernikahan Bima dan Liana berlangsung dengan meriah

04/12/2024

20

Bab 20 Risa merasa seolah ada ruang kosong dalam hidupnya

04/12/2024

21

Bab 21 Risa merasa sedikit lebih ringan

04/12/2024

22

Bab 22 setelah mereka selesai menikmati pasar malam

04/12/2024

23

Bab 23 Meskipun Risa belum siap untuk menyebutkan apa-apa

04/12/2024

24

Bab 24 Liburan singkat ke luar kota bersama Adit

04/12/2024

25

Bab 25 Adit tidak pernah terburu-buru

04/12/2024

26

Bab 26 memandangi langit sore yang mulai gelap

04/12/2024

27

Bab 27 hubungan Risa dengan Adit semakin dalam

04/12/2024

28

Bab 28 Kunjungan yang Membuka Mata

04/12/2024