Mantan Kekasihku Menjadi Bosku

Mantan Kekasihku Menjadi Bosku

Jefri Punggawa

5.0
Komentar
1.2K
Penayangan
25
Bab

Nina tidak pernah menyangka bahwa dia akan dipertemukan lagi dengan pria yang sangat dia benci-mantan kekasihnya yang sudah lama hilang dari hidupnya. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk menjauh, memilih pindah ke kota lain, dan mulai hidup baru, takdir malah mempertemukannya kembali dengan pria itu di tempat kerjanya. Namun, kali ini, dia bukan hanya sekadar bertemu. Mantan kekasihnya itu kini menjadi bos di kantornya. Kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu telah membuat hubungan mereka berakhir dengan sangat buruk, dan kini, mereka berdua saling menghindar, bahkan benci satu sama lain. Padahal, dulu mereka saling mencintai. Namun, seiring berjalannya waktu, Nina mulai mempertanyakan apakah dia akan pergi lagi, meninggalkan semuanya, atau malah bertahan di kantor itu meskipun tekanan dari sang bos semakin besar.

Bab 1 Nina merasakan ketegangan yang aneh

Pagi itu, Nina merasakan ketegangan yang aneh saat melangkah ke kantor. Udara di luar terasa begitu panas, meski matahari baru saja menyembul dari balik awan. Sejak pindah ke kota ini beberapa bulan lalu, Nina merasa hidupnya mulai kembali normal. Dia menikmati ketenangan, jauh dari kenangan buruk dan kebencian yang ia pendam terhadap masa lalunya. Di sini, di kota yang jauh dari semua yang pernah dia kenal, dia berharap bisa mulai dari awal.

Namun, semua harapannya sirna ketika langkah kakinya berhenti di depan pintu kantor yang baru ia masuki pagi itu. Mata Nina langsung tertuju pada papan nama besar di atas pintu ruangan yang tidak asing baginya-"Direktur Utama, Leo Sutrisno." Nama itu terasa begitu berat di dadanya, seolah-olah mengingatkan kembali akan segalanya yang ia coba lupakan.

Seperti di luar kendali, kakinya bergerak sendiri memasuki ruang kantor. Begitu menginjakkan kaki di dalam, suasana di ruangan itu terasa begitu berbeda-berat dan dingin. Nina menelan ludah, matanya tidak bisa lepas dari sosok yang sedang duduk di meja direktur, sibuk dengan tumpukan dokumen di hadapannya.

Leo.

Pria itu masih tampak seperti dulu-terlalu tampan untuk bisa dilupakan. Hanya saja, kini ada sesuatu yang berbeda. Wajahnya yang dulu penuh keceriaan kini dipenuhi dengan ekspresi serius dan penuh kewibawaan. Tak ada lagi senyuman yang dulu selalu membuat hatinya berdebar. Nina merasa udara di sekitar mereka menjadi begitu tebal, hampir sesak, meskipun dia baru saja memasuki ruangan.

"Halo, Nina." Suara Leo terdengar datar, tanpa kehangatan yang biasanya mengiringi namanya.

Nina hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Leo berbicara seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi antara mereka. Seolah-olah perpisahan yang menyakitkan itu tidak pernah terjadi, dan semua kenangan indah yang pernah mereka bagi hanya terhapus begitu saja.

Nina menatap Leo dengan tatapan tajam. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, berusaha menahan suara yang hampir pecah. "Apa-apaan ini, Leo?"

Leo hanya menatapnya dengan pandangan kosong, seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. "Aku bos di sini," jawabnya, suaranya datar namun penuh makna.

Setiap kata yang keluar dari mulut Leo seperti menambah beban di dada Nina. Dia ingin marah, ingin meluapkan semua rasa sakit yang selama ini dipendam, namun tubuhnya terasa kaku. Seperti ada sesuatu yang menahannya untuk tidak meledak di depan Leo.

"Kamu... Bos?" Nina menyebutkan kata itu dengan rasa terkejut dan penuh kebencian. "Jadi, kamu jadi bos di sini, di tempat yang aku bekerja?"

Leo mengangguk pelan, matanya tidak berpaling sedikit pun dari Nina. "Sepertinya ini takdir," katanya, walaupun suaranya lebih terdengar seperti pernyataan kosong. "Kita berdua berada di tempat yang sama sekarang."

Nina berusaha untuk tetap tenang, meskipun perasaannya bergolak hebat. Dia berbalik dan berjalan ke arah meja kerjanya, mencoba menghindari tatapan Leo. Hati Nina terasa seperti tertusuk, kenangan-kenangan tentang mereka berdua kembali menghantui pikirannya. Dulu, dia dan Leo begitu saling mencintai. Mereka berbagi tawa, berbagi impian, hingga akhirnya segalanya hancur karena sebuah kesalahpahaman yang tak pernah benar-benar dijelaskan.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu akan kembali?" Nina berusaha mengendalikan emosinya, suaranya penuh dengan ketegangan yang tertahan. "Kenapa kamu tidak memberi tahu aku, Leo?"

Leo berdiri dan berjalan mendekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Nina. Dia melihat Nina dengan tatapan yang penuh arti. "Kamu pikir aku harus memberi tahu kamu tentang semua keputusan hidupku?" tanyanya dengan nada yang menusuk. "Kamu pikir aku harus menjelaskan segala hal kepada kamu setelah yang terjadi di masa lalu?"

Seketika, Nina merasa hatinya teriris. Kata-kata Leo bagaikan pedang yang menusuk langsung ke dalam dirinya. "Aku tidak tahu, Leo," jawabnya dengan suara bergetar. "Aku hanya... Aku hanya ingin mengerti kenapa kamu meninggalkanku tanpa penjelasan. Kenapa kamu membiarkan aku terpuruk sendirian?"

Leo terdiam beberapa saat, ekspresinya berubah menjadi lebih serius. "Kamu tidak akan pernah mengerti, Nina. Aku melakukan itu karena aku pikir itu yang terbaik untuk kita berdua."

"Terbaik?" Nina hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Kamu pikir meninggalkanku tanpa kata-kata adalah yang terbaik? Kamu hancurkan semuanya, Leo. Semua yang kita bangun, kamu hancurkan begitu saja!"

Leo mendekatkan wajahnya ke Nina, matanya menatapnya dengan intens. "Aku tidak pernah ingin melukai kamu, Nina," katanya pelan, hampir seperti sebuah bisikan. "Tapi ini bukan soal cinta lagi. Ini soal kenyataan yang harus kita hadapi."

Nina menatapnya dengan penuh amarah. "Lalu apa yang kamu inginkan dari aku sekarang? Aku harus tinggal di sini dan menjadi bagian dari hidupmu yang sudah rusak? Begitu saja?"

Leo menunduk, napasnya terdengar berat. "Kamu harus bekerja di sini, Nina. Tidak ada pilihan lain." Suaranya berubah tegas. "Ini adalah keputusan yang harus kita jalani, entah kita suka atau tidak."

Nina merasa seolah-olah dunianya runtuh. Tidak hanya dia harus menghadapi kenyataan bahwa Leo adalah bosnya sekarang, tapi juga bahwa perasaan yang telah lama terkubur kini muncul kembali, membawa sakit yang lama terkubur. Namun, satu hal yang pasti-dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan bertahan, meskipun harus menghadapi Leo setiap hari.

"Jadi, aku harus bekerja di sini, dengan kamu," ucap Nina akhirnya, suaranya lirih namun penuh tekad. "Meskipun itu berarti aku harus menghadapi masa lalu yang kau hancurkan."

Leo menatap Nina dalam-dalam, tak tahu lagi harus berkata apa. Namun, satu hal yang jelas-kehadiran Nina di kantornya akan mengubah segala hal, baik bagi keduanya.

Mereka terjebak dalam situasi yang sulit, dan hanya waktu yang bisa memberi jawaban tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Jefri Punggawa

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku