Tidak Percaya Cinta

Tidak Percaya Cinta

Aditya

5.0
Komentar
553
Penayangan
26
Bab

Fahri tidak pernah mempercayai konsep cinta, apalagi pada wanita. Baginya, semua perempuan hanya mengejar kekayaan dan status, tidak lebih dari itu. Setelah mengalami patah hati yang mendalam di masa muda, Fahri menutup hatinya untuk segala bentuk hubungan. Namun, suatu malam, ia bertemu dengan sosok wanita yang mampu mengguncang keyakinannya, membuatnya mempertanyakan kembali pandangannya tentang cinta.

Bab 1 Fahri duduk seorang diri di sebuah bar mewah di pusat kota

Fahri duduk seorang diri di sebuah bar mewah di pusat kota, mengenakan setelan jas hitam yang serasi dengan suasana malam itu. Suasana restoran bergaya klasik ini dipenuhi dengan cahaya redup dan musik jazz lembut yang mengalun di latar belakang. Semua hal ini tidak menghalangi perasaan kosong yang menggerogoti dadanya. Pikirannya, seperti biasanya, penuh dengan penolakan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan dan emosi.

Ia mengangkat gelas wiski yang telah setengah habis, menatap cairan cokelat kemerahan itu dengan mata kosong, seolah mencari jawaban dalam setiap tetesnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi, sebuah konsep yang diciptakan untuk menipu orang-orang yang terlalu naif untuk menyadari kenyataan. Wanita, khususnya, tidak lebih dari sekadar makhluk yang mencari keuntungan dari pria kaya seperti dirinya. Setelah mengalami pahitnya patah hati di masa lalu, ia menutup hatinya rapat-rapat. Cinta tidak ada tempat di dalam hidupnya, dan ia tidak berniat memberinya tempat.

"Satu lagi, Fahri?" kata seorang bartender muda dengan wajah ramah, memecah lamunannya.

Fahri hanya mengangguk tanpa berkata sepatah kata pun. Bartender itu mengisi ulang gelasnya, lalu melangkah pergi, meninggalkannya kembali dalam kesendirian yang menjadi sahabatnya sejak lama. Di sekelilingnya, suara obrolan para tamu lainnya terasa begitu jauh, seperti gema yang hanya memantul tanpa memberi arti. Ia merasa asing di dunia ini, seperti seseorang yang terjebak di tempat yang salah, dikelilingi oleh orang-orang yang tidak pernah bisa memahami dirinya.

Namun, tiba-tiba, langkah kaki yang mantap dan ringan terdengar semakin dekat. Fahri menoleh tanpa banyak berharap, tetapi matanya langsung terkunci pada sosok wanita yang baru saja memasuki ruangannya. Wanita itu mengenakan gaun hitam elegan yang memancarkan aura misterius dan penuh percaya diri. Setiap gerakannya seolah terukur, penuh keanggunan yang membuat para pria di sekitarnya melirik dengan penasaran.

Wanita itu berhenti beberapa langkah di depannya dan menatap kursi kosong yang ada di meja Fahri. Tanpa ragu, ia melangkah maju, duduk dengan anggun, dan meletakkan tas kecil di sampingnya. Dengan gerakan lembut, ia mengatur posisi tubuhnya dan memandang Fahri dengan mata yang penuh dengan ketenangan yang kontras dengan kegelisahan yang sedang dirasakannya.

"Apakah tempat ini kosong?" tanya wanita itu dengan suara yang lembut namun tegas, seolah meminta izin, tetapi di saat yang sama seakan menunjukkan bahwa ia sudah tahu jawabannya.

Fahri menatapnya sebentar, merasa ada sesuatu yang berbeda tentang wanita ini. Biasanya, wanita sepertinya akan duduk dengan malu-malu atau lebih cerewet, tapi wanita ini tidak. Dia hanya duduk dengan tenang, menatap sekeliling dengan pandangan yang hampir tenang dan penuh pemahaman.

"Ya, silakan," jawab Fahri, akhirnya membiarkan wanita itu duduk di hadapannya. Ia merasa aneh, karena tidak pernah merasa begitu tertarik pada seseorang hanya dengan sekilas pandang seperti ini.

Wanita itu tersenyum kecil, senyuman yang tampaknya menyimpan banyak rahasia. "Terima kasih," katanya, kemudian melirik ke arah bartender yang lewat. "Aku akan pesan satu gelas anggur putih."

Setelah bartender pergi, suasana kembali hening di antara mereka. Fahri menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap wanita itu dengan rasa ingin tahu yang tak terduga. Ia tidak tahu mengapa, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa ingin tahu lebih banyak tentang wanita ini, tentang siapa dia, dan mengapa ia duduk di sana, menemani kesendirian Fahri malam itu.

Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa lama, Fahri membuka percakapan, meskipun ia sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk berbicara. "Nama saya Fahri," katanya, sambil sedikit tersenyum tanpa semangat. "Dan kamu?"

Wanita itu menatapnya sejenak, lalu menjawab, "Lia."

Fahri mengangguk, mencoba untuk tetap menjaga sikapnya yang biasa-dingin dan tak terpengaruh. "Kamu sering ke sini?" tanyanya, walaupun ia tidak berharap banyak dari jawaban tersebut. Sebuah pertanyaan basa-basi, seperti yang selalu ia lakukan saat berbicara dengan orang lain.

Lia tersenyum, sedikit lebih lebar kali ini, seolah mengerti maksud di balik pertanyaan tersebut. "Baru pertama kali," jawabnya, matanya tidak berpaling sedikit pun dari Fahri. "Aku suka mencari tempat yang bisa memberikan ketenangan."

Ketenangan. Kata-kata itu langsung mengingatkan Fahri pada dirinya sendiri, pada kesunyian yang selalu dia pilih. Namun, dia juga merasa aneh, seperti ada sebuah dinding tak terlihat yang menghalangi dia untuk benar-benar memahami maksud wanita ini.

"Ketika orang seperti kamu mencari ketenangan di tempat seperti ini," Fahri berkata, mencoba tetap terdengar skeptis, "apakah itu benar-benar ketenangan, atau hanya cara untuk melupakan sesuatu?"

Lia menatapnya dalam-dalam, seolah membaca setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Mungkin keduanya," jawabnya, suaranya tenang. "Tapi kadang, ketenangan bukan berarti melupakan, Fahri. Kadang, itu hanya berarti menerima."

Fahri merasa sedikit terkejut dengan jawabannya, namun ia tetap mempertahankan ekspresinya yang tidak terpengaruh. "Menerima?" ia mengulang, suaranya sedikit lebih rendah. "Menerima kenyataan bahwa semua wanita pada dasarnya sama. Mereka hanya tertarik pada uang. Tidak lebih."

Lia hanya diam sejenak, seolah mencerna kata-kata Fahri. "Kamu benar," jawabnya akhirnya, suara lembutnya tidak kehilangan ketegasan. "Tapi mungkin, kamu belum bertemu dengan wanita yang bisa menunjukkan padamu bahwa ada hal lain selain uang yang bisa membuat seseorang merasa hidup."

Fahri tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa tertarik. Kata-kata Lia, meskipun terdengar seperti sebuah tantangan, juga menyentuh sesuatu yang dalam dalam dirinya. "Mungkin kamu benar," katanya, lebih untuk dirinya sendiri daripada untuk Lia. "Tapi sampai sekarang, aku belum pernah melihatnya."

Lia tersenyum lagi, kali ini dengan senyum yang lebih lembut, lebih penuh makna. "Jangan terlalu cepat menilai, Fahri," katanya, seolah memberi petunjuk tentang sebuah rahasia yang hanya bisa dipahami setelah waktu berjalan.

Malam itu, mereka duduk dalam keheningan yang penuh arti, sementara Fahri mulai merasakan getaran yang tidak bisa dijelaskan. Sesuatu tentang Lia membuatnya merasa seperti ada bagian dari dirinya yang telah lama terkunci, yang perlahan mulai terbangun kembali. Sesuatu yang selama ini ia sembunyikan di balik tembok skeptisisme dan kekecewaan.

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Fahri merasa sedikit tidak pasti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Aditya

Selebihnya

Buku serupa

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku