Tidak Percaya Cinta
ntas di benaknya, seperti bayangan yang enggan pergi. Dia bangkit dari tempat tidur, menyalakan lampu kecil d
ani terasa begitu hampa. Semua yang dia miliki-kekayaan, status, kekuasaan-tidak pernah memberikan kebahagiaan yang sejati. Dia terbiasa meng
meneguk air dari gelasnya. Tapi siapa di
ba mengalihkan pikirannya dari wanita misterius itu. Di dalam mobil, dia membuka laptopnya untuk mengecek laporan yang
"Selamat pagi, Pak Fahri. Ada beberapa dokumen yang perlu ditandatangani pagi
mbil map yang disodorkan Dina tanpa ba
dia mulai membaca dokumen, pikirannya kembali melayang ke malam sebelumnya. D
awas. Jika dia cukup beruntung, mungkin dia bisa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang wanita itu. Tanpa b
," katanya setelah p
a yang bisa saya bantu?" j
i pembicaraan. "Saya ingin melihat rekaman CCTV da
ami tidak memperbolehkan hal seperti itu, Fahri. Tapi k
at. "Aku hanya ingin memastikan se
aja. Aku akan si
elakukan sesuatu untuk menjawab rasa penasarannya. Dia menghabiskan sisa pagi i
ih awal dan menuju bar tempat dia bertemu Lia. Ton
at?" tanya Tony sambil memutar
sekitar jam sembilan hin
berbagai sudut pandang dari kamera di dalam bar. Setelah bebera
a Fahri sambil
s. Lia terlihat memasuki bar dengan langkah percaya diri, mengenakan
ia?" tanya To
engan nada datar. "Itu
memang menarik. Tapi hati-hati
aman itu, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut. Akhirnya, dia
ender itu?"
asih bekerja di sini. Kalau ka
karang," kata F
ecil itu. Wajahnya sedikit gugup melihat Fahri,
?" tanya Fahri sambil
guk. "Ya, saya ingat. Dia datang tadi malam dan
tinggal? Atau pernah
at memberikan kartu namanya kepada saya. Ka
engar informasi itu. "Ka
sakunya. "Saya kebetulan menyimp
da Fahri. Di kartu itu tertulis nama lengkap Lia dan kontak emai
ma. Lia Prasetya. Nama itu kini memili
lalu menyerahkan kartu itu kepada Tony.
ngguk. "Tentu saja, Fahri.
ena akhirnya memiliki sesuatu untuk melanjutkan pencariannya. Tapi di sisi lain, dia