Tidak Percaya Cinta
erhatian pada sisa minumannya, tetapi bayangan senyum dan kata-kata tajam Lia terus mengusik pikirannya. Ini bukan pertama kalinya
datang mendekat. "Mau pesan lagi
jawabnya sambil melirik jam tangan maha
a merasa tidak tahu, apalagi soal seseorang. Biasanya, dia bisa membaca orang dengan cepat dan menem
at, seolah ada sesuatu yang menahannya untuk meninggalkan tempat itu. Dia menoleh ke belakang s
anan kota yang mulai lengang. Tapi pikirannya masih penuh dengan pertanyaan
ke sofa. Ruangan itu dingin, sepi, dan sangat mencerminkan kehidupannya. Tidak ada tanda-tanda kehangatan atau kehidupan pribadi. Semua yang ada di
tu yang jarang dia lakukan. Asap putih mengepul, tapi tidak mampu
a, tetapi fokusnya tetap buyar. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka media sosia
i jarum di tumpukan jerami. Tidak ada petunjuk lain yang dia mili
a hasil, Fahri mendesah panjang. "Apa yang
r. Sebuah pesan dari temann
proyek malam ini? Apa
man yang sudah lama mengenalnya. Tapi bahkan Arman tid
ik saja," bala
eski awalnya Fahri ragu, dia ak
ikan laporan, tapi kamu malah diam-diaman. A
sibuk," jawab
u. Bukankah sudah waktunya kamu berhenti berma
Fahri dengan nada yang lebih tegas. "
ecil di ujung sana. "Jangan bilang ada
dia merasa tidak bisa membalas candaan
an lagi, suaranya le
dia sendiri tidak yakin kenapa dia mengatakan itu
u menarik. Jadi akhirnya ada yang bis
i jujur. "Aku bahkan tidak tahu apa
belajar untuk membiarkan hal-hal berjalan secara alami, Fahri
an di dalamnya. Dia selalu berusaha mengendalikan segalanya, termasuk hubungannya dengan
lu berbaring di tempat tidur. Tapi matanya tetap terbuka, menatap langit-langit yang gelap.
bisa tidur. Dia terus memikirkan Lia, wanita yang telah menggetark