Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menyerah atau bertahan

Menyerah atau bertahan

@mamak12345

5.0
Komentar
2.9K
Penayangan
30
Bab

Nayla seorang ibu rumah, punya anak tiga. Ia terlalu sakit hati dengan sikap kasar suami yang tak menghargai keluarganya. Sedikit pun sang suami tak pernah mendengarkan pendapatnya. Ia hanya bisa membatin di dalam hati, tanpa berani membantah. Hingga suatu hari sang Ibu di panggil oleh Tuhan, Nayla tak sempat mengurus ibunya di saat terakhir ia terbaring tak berdaya. Betapa hancur hati saat menyaksikan kenyataan ini. Semua penyesalan tak akan mengembalikan keadaan seperti semula. Puncaknya saat hatinya masih berduka atas kepergiaan sang Ibu, Beni sang suami, tega berbuat curang di belakangnya. Ia menjalin hubungan lagi dan berselingkuh dengan mantan pacarnya. Nayla pergi meninggalkan Beni dengan membawa ketiga anaknya. Karena sikap kasar dan tak menghargai itu, akankah Nayla bisa membalas semua perbuatan Beni terhadapnya? Mampukah ia bertahan demi ketiga anaknya yang masih membutuhkan figur seorang ayah? Silakan ikuti terus cinta Nayla dan Beni hingga selesai. Untuk pembaca tersayang, jangan lupa tinggalkan like, komen dan ratenya ya. Terima kasih.

Bab 1 Ibu, maafkan anakmu

Bab 1.

"Kita hendak ke mana Van, kenapa baju Ibu di masukkan semua ke dalam plastik?" tanya Ibu sambil terbata-bata.

"Kita pindah ke kontrakan baru, Bu! Kita sudah di usir dari sini sama menantu Ibu," sahut Ivan.

Sambil terseok-seok Ibuku berjalan di tuntun oleh Ivan. Di luar, sebuah mobil pik-up sudah menunggu untuk membawa Ibu dan barang-barangnya.

"Kau bilang sama suamimu, kalau nanti dia mati, ku ludahi mayatnya. Dasar kalian anak durhaka," bentak adikku.

"Nanti kalau kau berumah tangga pasti merasakan seperti aku ini. Pilih istri atau orangtuamu," ucapku lirih.

Waktu itu hampir Magrib, ketika Ibu dan adikku meninggalkan rumah yang ku tempati ini. Aku terdiam, hatiku terenyuh melihat Ibu sudah duduk di dalam mobil pengangkut barang. Terdengar suara mesin mobil di hidupkan, perlahan mobil itu pun pergi dan menjauh. Aku masuk ke kamar lalu mengunci pintu dan menangis sejadi-jadinya. "Ibuuu ... maafkan akuuu."

🌷🌷🌷

Aku Nayla, seorang ibu rumahtangga beranak tiga. Aku tiga bersaudara, adikku keduanya laki-laki. Otomatis aku anak perempuan satu-satunya harapan Ibu. Tapi aku tak pernah berhasil membahagia kan Ibu. Sejak aku menikah dengan suamiku bernama Beni, Ibu tinggal bersama adikku, dengan mengontrak sebuah rumah kecil. Ivan dan Dery yang bergantian mengurus dan membiayai semua kebutuhan Ibu. Sedangkan aku susah payah menyisihkan sisa uang belanja agar bisa ku tabung. Niatnya untuk meringankan biaya Ibu, biar adikku bisa menabung untuk masa depannya.

Sudah setahun belakangan ini, Ibuku mulai lemah tubuhnya. Terserang strock ringan. Jalannya pun tertatih-tatih. Matanya mulai rabun efek dari gula darahnya yang tinggi. Kami anaknya sudah berusaha membawanya berobat ke dokter dan meminumkan ramuan yang bisa menetralkan penyakitnya. Karena Ibu mulai sakit-sakitan, ku bujuklah Bang Beni suamiku ini, agar mengizinkan Ibu tinggal bersama kami. Sedangkan adikku tetap tinggal di kontrakkan. Awalnya ia diam saja ku ajak berbicara. Setelah tiga hari menunggu jawabannya, barulah ia mengizinkan Ibu tinggal bersama kami.

Alangkah senangnya hatiku. Sejak menikah, ini yang ku inginkan. Bisa membawa dan mengurus Ibu. Setelah punya anak tiga barulah bisa terwujud. Awalnya semua baik-baik saja. Ibuku merasa senang, rame katanya di rumahku. Bisa lihat aku dan cucunya bermain.

Biasanya di kontrakkan ia merasa sendiri, sedih tak ada teman ngobrol. Sedangkan adikku bekerja dari pagi hingga malam. Sebulan tinggal bersamaku, kok tubuh Ibu semakin lemah, aku merasa khawatir, apakah Ibu merasa tertekan, atau memikirkan sesuatu.

Ternyata ia kangen dengan kedua adikku. Tak sanggup bila tak melihat mereka. Setiap sore di tunggunya adikku datang untuk menjenguk. Lalu ku telfon adikku, agar datang ke rumah. Adikku kaget melihat kondisi Ibu yang tambah lemah. Jadi kami anak-anaknya berinisiatif agar besok membawanya ke rumah sakit untuk periksa tensi dan kadar gula darahnya.

🌷🌷🌷

Keesokan paginya, adikku Ivan dan Dery datang ke rumah. Kebetulan hari ini mereka libur kerja. Setelah memandikan dan memberi Ibu makan. Ku beritahu ke Ibu kalau ingin membawanya berobat ke rumah sakit, biar sembuh tak lemas seperti ini. Ia pun menyetujuinya. Aku minta izin ke Bang Beni untuk membawa Ibu berobat. Dia diam saja tak menjawab. Aku pun berlalu darihadapannya. Anakku tak ada yang ikut, karena yang sulung sudah bisa menjaga adiknya. Lalu aku memesan taksi online. Kami bertiga pun pergi ke rumah sakit. Di dalam taksi Ibu bertanya.

"Kita hendak ke mana? Pinggang Ibu udah sakit nih, dari tadi tak sampai juga!" tanyanya.

"Bentar lagi sampai Bu, itu belok ke sebelah kanan, sudah nampak dari jauh rumah sakitnya," jawabku menenangkan hatinya.

"Kok tangan Ibu dingin dan gemetar? Ibu tak usah takut, kita cuma periksa saja, bukan di suntik," hiburku

Ivan pun ikut nyeletuk, "tapi Ibu ingin jalan-jalan lagi. Harus sehatlah jangan lemah seperti ini," ledeknya.

Sesampainya di rumah sakit, adikku meminta kursi roda untuk Ibu. Kemudian memapah Ibu turun dari taksi, lalu mendudukannya di kursi roda. Perawat menyambutnya di depan pintu masuk, lalu membawa Ibu ke ruang UGD. Aku dan adikku pun bingung. Ibuku kan tidak sakit parah, kenapa di bawa ke ruangan itu. Alasannya wajah Ibu terlihat pucat pasi. Perawat itu khawatir lalu memeriksa tensi Ibu.

"Waduh, tensi Ibu tinggi sekali! seratus delapan puluh per seratus. Tensinya terlalu tinggi untuk orangtua seusia Ibu. Takut pecah pembuluh darahnya, bisa berakibat fatal bagi pasien." Perawat pun menyarankan agar opname sekarang juga. Kemudian perawat itu memasang selang infus di tangan kiri Ibu.

Kami berdua pun kaget. Tadi sebelum berangkat sehat-sehat saja. Ternyata Ibu baru pertama kali berurusan dengan rumah sakit. Ia merasa cemas dan ketakutan. Dan itu lah penyebab tensinya naik secara tiba-tiba. Akhirnya Ibu pun harus di opname, bisa pulang kalau tensinya sudah normal. Ivan lah yang menjaganya selama tiga hari.

🌷🌷🌷

Aku pun pulang sendirian. Sesampainya di rumah, ku beritahu pada Bang Beni kalau Ibu sekarang ada di rumah sakit dan harus di opname. Sungguh jawabannya di luar dugaanku.

"Itu lah sok pandai kalian. Bawa-bawa ke rumah sakit. Siapa yang bayar biaya rumah sakitnya. Nanti kalau mati siapa yang mau mengurusnya," hardiknya sambil menunjuk wajahku.

"Kan Ibu punya kartu jaminan kesehatan dari pemerintah, tak bayar biaya rumah sakit," jelasku.

"Kau tanggung jawabi itu semua, terjadi sesuatu dengan Ibumu, aku tak peduli," makinya dengan suara kasar.

Ya Allah. Ini manusia atau bukan, batinku.

Seperti tak punya hati sama sekali. Ngeri mendengar ucapannya. Aku pun berlalu masuk ke kamar meninggalkan Bang Beni yang masih mengomel. Sungguh sakit sekali hati ini mendengarkan ucapannya.

Sering timbul penyesalan ku, mengapa dulu tak ku dengar nasihat ibu. Bahwa dia itu bukan lelaki yang baik untukku. Aku malah pergi meninggalkan Ibu. Dan lari bersama lelaki yang sekarang jadi suamiku. Setiap pulang kerja ia mengomel dan memakiku dengan kata-kata kasar. Ibuku yang di opname, kenapa dia yang setres, pikirku. Lagian biaya rumah sakit dan obat semuanya kan gratis.

Sejak Ibu keluar dari rumah sakit, adikku Ivan tinggal bersama kami. Karena Ibu yang meminta. ia lebih dekat dengan Ivan, sedangkan Dery tinggal sendiri di kontrakan. Lagian anakku pun masih kecil-kecil, masih repot mengurusnya. Biar lah kami bergantian mengurus Ibu, pikirku kala itu. Setiap malam aku mengantarkan pispot ke kamar Ibu, dan membuatkan teh hangat. Ternyata Bang Beni memperhatikan semua yang ku kerjakan. Tiba-tiba ia berkata.

"Bilang ke adikmu, bayar perbulan kamar yang di pakainya itu! Di sini tak ada yang gratis," ucapnya kasar.

"Gila kau Bang! Itu kan Ibu dan adikku, bukan orang lain. Kenapa harus bayar pula. Lagian kita tinggal di sini pun tak bayar. Hanya menempati rumah pabrik. Di berikan rumah gratis dan di beri gaji setiap bulannya karena menjaga pabrik ini," jawabku tegas.

"Terserah ... kalau ingin tinggal di sini harus ikut peraturanku. Kalau tak suka silakan pergi dari sini," teriaknya sambil berlalu masuk ke kamar.

Ya Allah cobaan apalagi ini. Tapi aku bingung menyampaikannya ke Ivan. pastilah ia marah dan kecewa terhadapku. Dengan orangtua sendiri pun perhitungan sekali. Pasti seperti itu pikirannya. Dengan berat hati ku sampaikan juga pesan Bang Beni ke Ivan.

Di sini lah awalnya Ivan marah padaku. Pikirnya aku membela Bang Beni. Apalah dayaku seorang ibu rumah tangga yang tak punya penghasilan. Kalau ku lawan, tak di beri nya uang belanja, lalu anakku hendak makan apa. Begitu Ivan gajian langsung di bayarnya sewa kamar yang di minta Bang Beni. Dengan rasa bersalah, aku pun menerima uang itu. Lalu memberikannya ke Bang Beni.

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh @mamak12345

Selebihnya

Buku serupa

Jerat Cinta Mafia Kejam

Jerat Cinta Mafia Kejam

Bulan dari f
5.0

Kinanti Seorang gadis sebatang kara yang terusir dari rumahnya sendiri oleh paman dan bibinya dengan alasan karna hutang orang tuanya, awalnya Kinanti di perbolehkan tinggal di rumah itu dengan syarat harus bekerja sebagai asisten rumah tangga, tapi karna ulah anak paman dan bibinya menyebabkan dia di usir dari rumah itu. Sejak saat itu Kinanti yang sudah tidak punya apa-apa lagi pergi meninggalkan Indonesia, dengan di bantu oleh sahabatnya dia pergi ke Amerika dan bekerja di sana. Saat dia sudah nyaman dengan kehidupan barunya seorang pria datang mengusik ketenangannya. Kinanti tidak menyangka akan di pertemukan kembali dengan pria itu, pria yang menurutnya sangat arogan karna dia ingat betul bagaimana pria itu dulu sangat terobsesi padanya tapi Kinanti selalu bisa menghindari pria itu, tapi di sini dia tidak akan bisa berbuat apapun karna pria itu ternyata adalah Ketua Mafia yang sangat berkuasa dan Kejam Di usianya yang sudah matang Brian masih belum ingin menikah, padahal orang tuanya sudah sering membujuknya. Dia juga tidak ingin terlalu memaksa, itu sebabnya mereka tidak pernah mencoba menjodohkan Brian dengan wanita manapun. Sebenarnya bukan tidak ingin menikah tapi Brian masih mencari seorang wanita yang pernah dia temui saat berlibur ke Indonesia dulu wanita yang sudah lama dia inginkan untuk menjadi miliknya tapi wanita itu selalu menghindarinya dan selama ini orang suruhannya masih belum menemukan informasi tentang wanitanya itu Setelah lama mencari akhirnya dia menemukan wanitanya itu, yang dia sendiri juga tidak menyangka wanita yang dia cari sejak lama malah ada di wilayah kekuasaannya. Wanita itu adalah Kinanti. Dengan kekuatan dan kekuasaannya dia bersumpah akan membuat wanita itu tidak bisa pergi lagi darinya dan akan menjadi miliknya selamanya Mampukah Brian menaklukan hati Kinanti? Di sisi lain juga dia harus belajar dan menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya sekarang, terlebih lagi saat keluarga pamannya datang lagi mengusik hidupnya.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku