Menyerah atau bertahan
b
ernyata Ivan sedang memanggil. Tumben, baru tiga hari
a Van?"
sekarang!" ucapnya
bu kenapa?"
h kaki hingga bagian pinggang Ibu sudah tak bisa di gerakk
m pulang sekolah nih, gim
ta izin ke gurunya.
a," ucap
emberi izin. Apalagi perginya naik taksi, mahal di ongkos. Tapi t
bang tak kerja kah? Kalau begitu kita pergi ke sana sekarang yuk! Ka
a anak-anak! Mungkin umur Ibu mu, sud
berubah pikiran. Ku jemput Sinta dan Raka di sekolahnya, setelah
mah nenek lagi, Bu
u semakin par
**
r panjang, masih bisa bertemu dengan aku dan cucunya. Anak-anak yang biasanya cer
k di ruang tamu, tak seperti biasanya. Setelah mengucapkan salam, a
bu kenapa k
nunggumu!" jawabnya sambil men
. Lalu ku dekati Ibu sa
i? matanya tertutup. Sedang kan nafasnya masih terdengar, tap
yla datang ber
di tel
k, kemudian mendengkur lagi. Air m
Nayla datang Bu! isak t
an ku peluk tubuh Ibu yang semakin
ama seorang famili Ibu. Beliau la
, biar lapang jalannya
ika lemas tak berdaya. Terbang rasanya seluruh raga, menguap bersama kenangan masa kecil. Betapa Ibu
u. Ia pasti haus, kering itu tenggorokannya.
ang terbuka sedikit. Terdengar suara me
alimat Syahadat. Lalu ku tu
**
oleh Ivan. Seketika Dery menangis histeris melihat kondisi
mua kesalahan kami Bu. Kami ikhlas bila Ibu ingin pergi, a
Ibu untuk bersyahadat dan bersolawat. Dari sudut matanya keluar cairan bening. Iyaaa ... beliau menangis, mendengarkan lantunan
i wainna il
tangis kami bertiga
iiii, Bu! huu
Mereka bergantian menenangkan. Dan membimbing kami untuk keluar kamar. Jenazah Ibu kami a
lain. Dengan gerak cepat, kedua adikku
. Awalnya Kepling itu marah, kenapa pindah kemaren, tak
t berbicara ke Kepling terse
ulit Pak, kami kan sedang
k mensalatkan jenazah Ibu, di M
umumkan melalui Toa Masjid, kalau ada warga yang meninggal
uburkan di TPU setempat, jadi sekalian lah di pesan satu untuk jenazah Ibu. Adikku kenal dengan tukang gali nya,
tiga memangku dan ikut memandikan jenazahnya. Ini terakhir kalinya kami menatap dan menyentuh tubuh
**
g. Sedang kan keponakan Ibu, tak ada yang datang bertakziah. Padahal letak rumah mereka masih terbilang dekat dengan kontrakan ini.
lah, Engkau telah memudahkan segala urusan untuk mengurus jenazah Ibu. Setengah jam kemudian sampai lah di TPU. Ku perhati
arahku. Ternyata Bang B
ainya di TPU, di lihatnya ada orang yang sedang menggali kubur. Lalu ia bertanya, "itu kuburan untuk siapa?" me
mbung