Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menaklukan CEO tampan

Menaklukan CEO tampan

@mamak12345

5.0
Komentar
4.2K
Penayangan
69
Bab

Clara bekerja sebagai staf admin di sebuah perusahaan. Bekerja sambil kuliah untuk mencukupi kebutuhan hidup bertiga dengan Mama dan kakaknya. Papanya baru saja meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Tekanan di kantor membuat pikirannya hampir tidak fokus untuk kuliah. Apalagi boss di kantor seorang CEO yang terkenal arogan. Posisi Clara sebagai admin di perusahaan itu mengharuskan ia sering bertemu dengan CEO tersebut. Clara hampir menyerah bekerja di kantor ini, tapi gaji yang diterimanya lumayan besar. Bisa menutupi kebutuhan mereka bertiga. Di sisi lain, seorang mahasiswa yang terkenal playboy di kampus baru saja memutuskan cinta Clara. Ia dicampakkan begitu saja bak seonggok sampah. Memikirkan cinta dan karier membuat pikiran Clara menjadi kacau. Hingga suatu hari Clara iseng mengikuti kontes biro jodoh di salah satu event. Dengan harapan bisa mendapatkan kekasih seorang CEO. Apa jadinya calon di acara tersebut ternyata seorang CEO yang menjadi boss di kantornya. Dengan status jomblonya, Clara berniat untuk menaklukan hati boss tersebut. Akankah rencananya ini berhasil? Hay reader, Jangan lupa tinggalkan like en komennya.

Bab 1 Bertemu lelaki sombong

Bab 1.

Pagi ini, aku telat lagi bangun tidur, sudah tiga kali Mama mengetuk pintu, tapi tak dengar sama sekali. Karena fokus untuk menyiapkan sarapan, jadi Mama tak tau kalau aku belum juga keluar kamar.

"Mah, kenapa gak bangunin Clara sih?" suaraku mengagetkan Mama, yang sedang memasak telur ceplok paforitku.

"Loh, kamu masih di kamar? Mama kira-in sudah masuk ke kamar mandi!"

Dengan langkah tergesa-gesa aku segera menyambar handuk di samping pintu kamar mandi.

Byurr ... byurr ... suara gemericik air terdengar terus menerus dari kamar mandi. Karena sedang kesal, hingga mandi pun seperti suara bebek kejebur dalam kolam. Sejurus kemudian, aku sudah keluar sambil melilitkan handuk dirambut yang basah.

"Waduh ... mandinya ekspres banget, Cla!" ledek Kak Roy. Ia sudah duduk di kursi makan dengan pakaian yang rapi.

"Biarin," sahutku ketus.

Tanpa menghiraukan ocehan Kak Roy, aku masuk ke kamar sambil menutup pintu lumayan kuat. Tadi malam aku tidur larut malam untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Tak mungkin kubawa tugas kampus ke kantor

Mana ada waktu untuk menyelesaikannya. Kalau ketahuan oleh ketua admin pasti kena hukum. Sedang aku baru sebulan bekerja di kantor sebagai asisten administrasi.

Pekerjaan itu kudapat dari seorang teman yang kakaknya bekerja di kantor tersebut. Miss Caterine yang sudah berbaik hati, menjaminkan dirinya agar aku bisa bekerja di sini. Karena adiknya bernama Misel teman sekelasku di kampus.

Awalnya bagian HRD ragu untuk menerima aku sebagai asisten administrasi. Tapi aku bisa menyakinkan mereka dengan berhasil menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Dengan menjalani masa training selama tiga bulan, aku diwajibkan mematuhi semua aturan di kantor tersebut.

Lamunanku buyar tatkala Kak Roy mencolek bahuku. "Sarapan kok sambil melamun sih!" tegur Mama.

"Cla! kamu mau pergi bareng Kakak, gak?" tanya Kak Roy sambil mengeluarkan mobil bututnya.

"Enggak usah, Kak! Aku naik motor aja!" sahutku. Nanti bisa kacau, kalau mobil Kak Roy mogok di jalan.

"Oh, ya, sudah, Kakak berangkat duluan!"

Tak lama aku pun menyusul keluar untuk memanaskan mesin motor. Kemudian masuk kembali untuk berpamitan pada Mama.

"Hati-hati di jalan, Cla! Jangan ngebut dan jangan lupa baca doa sebelum berangkat!" ingatnya. Nasihat ini yang selalu ku dengar setiap hari sebelum pergi.

"Iya, Mah," sahutku sambil mencium pipi dan punggung tangan Mama. Kemudian pergi bersama motor matic kesayangan.

******

Setahun yang lalu, waktu Papa masih ada, beliau juga nyinyir padaku. Karena tau kalau aku bawa motor itu tak bisa pelan. Sampai seisi rumah heran melihat sifatku yang pemberani.

Layaknya seorang gadis tomboi, kalau bawa motor itu tak bisa kalem. Selalu saja terpacu adrenalin untuk kencang. Tapi itu dulu, sebelum Papa mengalami kecelakaan akibat bertabrakan dengan mobil truk.

Sejak itulah nyaliku sedikit menciut, peristiwa itu sangat menyakitkan bagi keluarga kami. Papa yang sejatinya ingin pergi bekerja ke toko, ternyata mengalami kecelakaan. Mobil yang di kendarainya ditabrak dari belakang hingga meluncur menabrak pembatas jalan.

Beliau mengalami tabrak lari, hingga kini si penabrak masih buron atau dalam pencarian polisi. Mama dan Kak Roy langsung mengurus asuransi kecelakaan Papa. Uang asuransi itulah dipakai untuk membayar sebagian hutang Papa.

Sekarang toko busana milik Papa dikelola oleh Kak Roy. Ditangannya toko tersebut mengalami sepi pelanggan. Kak Roy kurang menguasai ilmu berdagang atau berbisnis. Jadi aku sarankan ke Mama untuk memantau usaha tersebut.

Alhamdulillah, Mama berhasil membangun kembali usaha tersebut. Secara bergantian Mama dan Kak Roy menjaga toko. Kak Roy datang lebih awal, karena Mama harus memasak dan membersihkan rumah terlebih dahulu. Sedang aku membantu menyetrika seminggu sekali.

Ciiitttt ... suara decitan mobil membuyarkan lamunanku. Hampir saja aku diserempet mobil sedan berwarna putih. Pengemudi mobil membuka kaca sambil berteriak.

"Woiii ... kalau bawa motor jangan sambil melamun!" jeritnya.

Hm, aku langsung meminggirkan motor sambil menarik napas dalam, "untung masih selamat," ucapku sambil mengelus dada.

Setelah teriak, lelaki berkacamata hitam tadi, langsung tancap gas, sepertinya aku pernah lihat lelaki tersebut. Begitu juga dengan mobil yang dipakainya. Tapi ya sudahlah, lupakan saja, lebih baik fokus dalam berkendaraan.

Setengah jam kemudian, motorku sudah sampai di depan gedung berlantai tiga dan bercat putih. Bertuliskan "PT. Trans Property."

******

Setelah memarkirkan motor, dengan langkah tergesa-gesa, aku berjalan ke ruang absensi. Baru saja hendak berbelok masuk ke ruangan tersebut, dugg ... kakiku tersandung sesuatu dan hampir terjatuh.

Sepasang sepatu pentopel menghalangiku untuk masuk ke ruang absensi. Kami masuk hampir bersamaan, hingga posisi tubuhku terjepit dan aku jatuh terhuyung hampir menimpa si empunya sepatu.

"Upss, sorry!" aku memegang pinggiran pintu sambil mendongakkan kepala. Lalu melihat siapa lelaki di sebelahku.

Seorang lelaki bertubuh atletis, berkulit sawo matang memakai jas lengkap, sudah lebih dulu mengisi absen. Ia hanya melirik sekilas kepadaku sambil menyipitkan mata. Seolah mengingat sesuatu, tapi itu hanya sebentar.

Kemudian ia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan aku. Dan meninggalkan aroma parfum yang maskulin.

"Huhh, sombong banget, siapa sih dia?" gerutuku sambil keluar dari ruang absensi.

Kemudian aku berlari masuk ke lift menuju lantai dua. Pakaian seragam yang ku pakai sudah tak beraturan sangkin sibuknya mengejar waktu.

"Hey, Cla! Baru datang ya?" sapa Miss Caterine yang sudah berdiri di depan pintu ruang admin.

"Eh, iya, Mbak. Untung belum terlambat!" ucapku sambil ngos-ngosan.

"Hm, jangan sampai telat dong! Kamu kan masih training, entar dapat surat SP loo, dari Boss," ingatnya.

"Iya, Miss," sahutku, sambil membungkukkan badan melewati Miss Caterine lalu menuju meja kerja.

Di atas meja, sudah bertumpuk lembaran kertas yang harus ku koreksi. Secara garis besar tugas admin mencakup hal penting.

Tugas untuk mengelola portofolio properti, aset manajemen, melakukan kegiatan administrasi, melakukan pengadaan fasilitas baru dan membuat laporan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan tugas yang sedang dijalankan.

Miss Caterine memberikan tugas padaku khusus surat menyurat seperti: membuat agenda kantor atau jadwal rapat serta mengarsip dan merekap data. Sedang tugas penting tentang dokumen perusahaan, di pegang olehnya.

Sebagai jabatan admin dibutuhkan loyalitas kerja yang tinggi. Sebab admin memegang rahasia penting dalam perusahaan. Sedang serius mengerjakan tugas, Miss Caterine menghampiri meja kerjaku.

"Cla, hasil rekapan data itu, langsung bawa ke ruangan Boss, ya! Biar langsung tanda tangan. Karena sebentar lagi kita akan rapat bersama Boss!" titahnya.

"i-iya, Miss," sahutku.

Sumpah, selama sebulan bekerja di kantor ini, baru pertama kali aku diperintahkan masuk ke ruangan Boss. Dan aku belum pernah kenal sama sekali. Cepat atau lambat, aku harus lakukan ini.

Aku langsung menyusun lembaran data dengan rapi. Lalu memasukkannya ke dalam map berwarna biru. Kemudian kurapikan pakaian serta penampilan.

"Ruang kerja Boss, ada di lantai tiga, ya, Cla!"

"Iya, Miss," sahutku.

Dengan perasaan yang tak karuan, aku keluar ruangan menuju lift. Sampai di lift kupencet tombol angka tiga, untungnya di dalam lift ada dua orang. Kalau tidak, pasti terasa seram di dalam lift sendirian.

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh @mamak12345

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku