Awalnya secara tak sengaja, aku mengenal lelaki tampan ini dari seorang teman. Saat itu suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja. Aku merasa hampa dan kecewa dengan sikap suami yang semakin hari makin kasar dan jarang menafkahi keluarga. Perkenalan itu ternyata berlanjut karena lelaki tersebut memberikan respon yang baik bahkan bersedia mendengarkan curhatanku. Aku merasakan ada getaran aneh dihati tiap lelaki itu memberikan perhatian melalui pesan singkat. Ternyata lelaki tersebut mempunyai perasaan yang sama. Bagaimanakah sensasinya bermain hati dengan lelaki muda. Apakah hubungan ini terus berlanjut? Reader yang baik hati, jangan lupa tag love dan komen ya.
Bab 1.
Jangan pernah berpikir kalau wanita baik-baik itu tak mungkin selingkuh. Aku tak tahu lagi cara membalas sakit hati pada Mas Haris. Dia makin berubah. Lebih memikirkan diri sendiri daripada kepentingan keluarga.
"Kamu dari mana, kenapa baru pulang jam segini?" tanya Mas Haris.
"Loh, kok kamu sudah pulang, Mas, katanya lembur di tempat jaga?" aku balik tanya.
"Aku gak jadi menggantikan teman, dia gak jadi off," jawabnya ketus.
"Kata mereka kamu pergi ke rumah teman, ada urusan apa?" tanya Mas Haris sambil menunjuk anakku Raka dan Radit.
"Aku ngantar barang ke rumah si Rani. Dia janji mau ambil ke rumah tapi udah tiga hari gak datang juga," jelasku.
"Bulan depan aku gak bisa kasi kamu uang karena mau bayar cicilan motor sekalian servis juga," ucapnya ketus.
"Apahh, gila kamu, Mas! Mana cukup untung jualan onlineku untuk bayar spp anak yang tiga orang ini!" teriakku.
"Halahh, dikumpulin aja dulu! Masih ada waktu dua minggu lagi," sahutnya santai.
"Enggak bisa, kamu harus kasi seperti biasa!" cecarku.
"Uang dari mana lagi, gajiku aja sudah banyak potongannya karena sakit," jawabnya.
"Mas, untung jualan onlineku gak seberapa! Setiap hari sudah aku pakai untuk jajan sekolah anak dan tambah biaya dapur," jelasku dengan harapan dia mengerti.
"Masak gak cukup sih? Berarti kamu itu yang tak pandai menghemat uang," tuduhnya.
"Uang yang mana mau dihemat, Mas? Kamu kasi uang setiap bulan itu kurang loo untuk bayar spp dan kebutuhan dapur. Makanya aku nyambi berjualan online untuk menutupi kekurangan itu!" ulangku sekali lagi.
"Kalau mau uang banyak, ya cari sendirilah!" jawabnya sambil melengos masuk ke kamar.
Seperti inilah rumah tanggaku sekarang, setiap hari ribut masalah uang. Belum lagi Mas Haris yang cemburu melihat aku pegang ponsel. Dia mengira aku sedang chatingan dengan lelaki.
Sudah jelas aku berjualan online, setiap saat pasti mengecek isi ponsel, siapa tahu ada teman yang membeli jualanku, mulai dari baju gamis, hijab, kosmetik dan barang lainnya yang aku posting.
*****
Perkenalkan namaku Nikita, seorang Ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Terdiri dari satu orang wanita dan dua orang lelaki. Aku nyambi berjualan online mulai dari baju gamis, hijab, sepatu, tas serta kosmetik. Hasilnya lumayan, bisa menutupi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan suamiku, Mas Haris seorang sekuriti di sebuah pabrik rokok. Penghasilannya yang pas-pasan itu memaksanya mencari pekerjaan sampingan menjadi driver ojol.
Akan tetapi Mas Haris lebih mementingkan kebutuhan dirinya. Penghasilannya habis untuk membayar cicilan motor serta membeli rokok. Belum lagi kebiasaannya yang gemar berjudi memasang angka lewat online.
"Niki, kamu bantu dong untuk bekerja agar kebutuhan kita terpenuhi. Soalnya Mas udah pusing membayar cicilan motor setiap bulan," jelasnya sambil memohon.
"Gaji kamu kan udah naik, Mas, kenapa selalu bilangnya tak cukup?" tanyaku heran.
"Sudahlah jangan atur gaji suami, lebih baik kamu bekerja cari tambahan!" perintahnya.
Untung ada seorang temanku yang bernama Jeni. Ia bersedia meminjamkan modal untuk berjualan online. Setiap hari aku mulai memposting barang dagangan. Hingga tiga bulan lamanya, aku berhasil membayar hutang padanya.
"Jeni, kita ketemuan ditempat biasa ya!" ajakku.
"Tumben, ada hal serius ya?" tanya Jeni heran.
"Udah, gak usah banyak tanya, setengah jam lagi aku sampai di sana," jawabku.
Kami sering bertemu di cafe dekat rumahku. Kalau sudah bertemu dengannya, hatiku langsung plong karena hanya dia yang tahu permasalahan rumah tangga yang kualami.
"Jen, aku ngajak kamu ke sini karena ingin bayar hutang!" ucapku sambil menyerahkan uang ke tangannya.
"Wahh, hebat kamu Niki. Baru tiga bulan sudah berhasil punya modal sendiri," puji Jeni sambil mengacungkan jempolnya.
"Alhamdulillah, rejeki anak-anak. Oh iya, aku mau tanya sesuatu ke kamu," ucapku ragu.
"Tanya apaan, tampaknya serius banget nih," ejeknya.
"Itu di postingan kamu ada seorang cowok yang dikelilingi banyak wanita termasuk kamu, famous banget kelihatannya ya?" selidikku.
"Ohh, itu namanya si Wira, bekerja di kantor depelover perumahan," jawabnya santai.
"Itu teman sekolah kamu, ya?" tanyaku lagi.
"Ha-haa bukann, dia itu keponakan suamiku," jelas si Jeni.
"Oalahh, berarti brownis dongg!" celetukku.
"Apaan brownis tuh?" tanya Jeni sambil mengerutkan dahinya.
"Artinya berondong maniss," jelasku sambil senyum sendiri.
"Kenapa Niki, kamu naksir, ya?" bisik Jeni.
"Hmm, enggak sih, hanya penasaran aja karena di kelilingi banyak wanita," jawabku malu-malu.
"Keponakanku itu memang famous banget, seperti berkharisma gitu hingga banyak cewek belia hingga tante-tante yang jatuh cinta melihat penampilannya yang cool itu," ucap Jeni sambil tepuk jidat.
"Orangnya sombong gak?" tanyaku penasaran.
"Ya enggaklah, dia orangnya ramah kok, justru agak pendiam. Nah, itu yang buat banyak wanita penasaran," kata Jeni.
"Aku konfirmasi medsosnya, yaa," ucapku.
"Yee, kamu naksir nih sama diaa?" ledek Jeni.
"Hmm, mau temanan aja kok," sahutku.
"Aku sarankan hati-hati, buat jadi penyegaran aja jangan ditanggapi serius omongan si Wira. Entar kamu jatuh cinta dibuatnya," kata Jeni.
"Ahh, kamu ada-ada aja deh! Masak aku jatuh cinta sama berondong sih," jawabku sambil terkekeh.
*****
Derrtt, derrtt.
Ada notifikasi masuk ke ponselku. Begitu ku usap layarnya ternyata pertemananku di konfirmasi oleh keponakan Jeni. Mulailah aku berselancar di medsosnya. Hmm, ternyata statusnya masih single alias jomblo.
Eeh, apa beneran jomblo, rasanya gak mungkin deh? Kemarin aja masih di kelilingi banyak wanita cantik dan seksi, gumamku. Ahh, masa bodoh ajalah, bukan mau macam-macam kok.
'Hay, salam kenal ya," tulisku di pesan singkat lewat aplikasi berwarna biru.
"Siapa ini?" balasnya.
"Aku, Nikita," jawabku.
"Oh iya, salam kenal juga," sahutnya.
"Maaf mau tanya, kamu Wira, keponakannya Jeni, ya?" tanyaku berbasa-basi.
"Eeh, kok tahu ya?" balasnya.
"He-hee, aku sohibnya si Jeni," jawabku.
"Kalau boleh tahu Kakak tinggal di daerah mana?" tanyanya sopan.
Aku menyebutkan alamat tempat tinggalku dan ternyata rumah kami jaraknya hanya setengah jam saja. Dari sinilah cerita kami terus berlanjut.
"Kapan-kapan boleh dong bertemu langsung," pintanya.
"Boleh sihh, tapi sekalian ajak Jeni," jawabku.
"Hmm, pantasan lihat profil wajahnya seperti gak asing, ternyata sohibnya Tante Jeni," celetuknya.
"He-hee, iyaa," ucapku semangat.
"Oh iya, biar lebih akrab, boleh gak minta nomor teleponnya?" pinta Wira.
"Nanti deh aku kasi, sementara komunikasi lewat aplikasi ini aja," tolakku secara halus.
Chatingan kami terhenti, aku lanjut scroll medsosnya. Ingin tahu beneran jomblo atau hanya status aja. Hingga habis kulihat foto di berandanya memang gak ada foto Wira tengah berduaan dengan wanita. Hanya ada foto kebersamaannya dengan banyak wanita.
Hmm, aku jadi penasaran ingin mengenal dia lebih dalam. Kebetulan Wira masih online, aku berikan jempol disetiap postingannya.
"Kakak cantik deh, gak kelihatan kalau usianya seumuran Tanteku." Tiba-tiba Wira mengirim pesan seperti itu.
"He-hee, itu hanya kelihatan dari casingnya aja," balasku.
Sedang asiik berbalas pesan, aku dikagetkan oleh suara bentakan dari balik pintu kamar.
"Niki, kamu chatingan dengan siapa, ngapain senyum-senyum sendiri?" suara Mas Haris membuat ponselku hampir terlompat dari genggaman tangan.
Bersambung
Bab 1 Perkenalan
18/01/2024
Bab 2 Tulang punggung
18/01/2024
Bab 3 Ujian hidup
18/01/2024
Bab 4 Pembeli pertama
18/01/2024
Bab 5 Penagih hutang
18/01/2024
Bab 6 Curahan hati
18/01/2024
Bab 7 Ancaman
18/01/2024
Bab 8 Keadaan yang sama
18/01/2024
Bab 9 Pesan singkat
18/01/2024
Bab 10 Transfer uang
18/01/2024
Bab 11 Penasaran
18/01/2024
Bab 12 Membongkar aib
18/01/2024
Bab 13 Rencana kuliah
18/01/2024
Bab 14 Suara terisak
18/01/2024
Bab 15 Suara ketukan
18/01/2024
Bab 16 Haris tak pulang
18/01/2024
Bab 17 Candu judi
18/01/2024
Bab 18 Gadai motor
18/01/2024
Bab 19 Bayar hutang
18/01/2024
Bab 20 Rejeki anak
18/01/2024
Bab 21 Mendua hati
07/02/2024
Bab 22 Senyum licik
09/02/2024
Bab 23 Butuh kehangatan
12/02/2024
Bab 24 Rasa nyaman
14/02/2024
Bab 25 Susah move-on
16/02/2024
Bab 26 Nelangsa
19/02/2024
Bab 27 Kecewa berat
21/02/2024
Bab 28 Hampa
23/02/2024
Bab 29 Cinta dalam hati
26/02/2024
Bab 30 Mantan terindah
28/02/2024
Buku lain oleh @mamak12345
Selebihnya