Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Menantu tak berguna, lemah, pengangguran pula. Kau hanya sampah di keluarga ini!"
Perkataan itu seakan menampar dirinya. Devan merasa penghinaan atas mertuanya itu sangat menyakitkan. Ditambah dengan perlakuan istrinya yang satu sama dengan kedua orang tuanya itu membuat dirinya frustasi.
Apa boleh buat, dirinya yang hanya sebagai pengangguran, dan hanya mengandalkan uang yang diberikan sang istri, harus menelan semua penghinaan mereka atas dirinya.
Devan, usianya masih terbilang muda. Bahkan tahun ini menginjak usia yang ke 30 tahun.
Devan yang hanya sebagai suami rumah tangga itu telah menikah dengan seorang pekerja keras seperti Evelyn. Selama tiga tahun hidup di rumah mertua, membuatnya dipandang rendah oleh semua keluarga besar Kristian dan Renata, orang tua Evelyn.
Pertemuannya sejak itu dimulai ketika Evelyn mendorongnya ke atas pelaminan dengan sangat terpaksa. Saat itu, Devan hanya mendatangi acara pesta perkawinan teman dari sahabatnya, Yola. Yola sendiri sengaja mengajak Devan sebagai pasangan di hari pernikahan sahabatnya itu. Statusnya yang jomblo, ia bebas membawa siapa saja sebagai pasangan palsunya bukan?
Evelyn sangat malu ketika pernikahannya dibatalkan secara sepihak karena calon suaminya lebih memilih wanita karir daripada dirinya yang saat itu hanya sebagai pegawai biasa saja.
Sekarang, bahkan Evelyn sudah menempati kursi seorang Manager di perusahaan Industri Garment Cones Co. Perusahaan itu terbilang perusahaan besar dan gajinya pun di atas rata-rata. Pantas saja Renata bangga mempunyai putri se-pintar dan se-pekerja keras seperti Evelyn.
Sayangnya, saat Evelyn menjadi seorang Manager, membuatnya menjadi besar kepala. Bahkan ia hanya menganggap suaminya sebagai sampah dan ia tidak menginginkan sentuhan sejak awal menikah dengan Devan.
Tentu saja. Bagaimana bisa seorang Manager menikah dengan seorang sampah? Bahkan Evelyn sangat malu jika ia keluar bersama Devan hanya sekadar untuk mengantarnya ke kantor. Oh, itu sangat menjijikan.
Devan merenung. Apalagi kesalahannya kali ini?
Pagi ini ia telah membuatkan sarapan untuk semua orang yang ada di rumah besar itu. Kristian sendiri memang mempunyai usaha sendiri saat itu. Namun, tiga tahun lalu usahanya bangkrut dan mulai bangkit setelah Evelyn membatu dana perusahaan milik keluarganya. Bisa dipastikan, perusahaan itu berdiri lagi karena berkat Evelyn juga.
Dan, rumah itu berdiri sejak usaha Kristian begitu melejit. Sehingga ia bisa membangun rumah itu sedemikian besarnya.
Tapi, siapa yang mengurus rumah besar seperti itu tiap harinya? Jawabannya, tentu saja Devan.
Bukan hanya sebagai koki di rumah itu, bahkan Devan bekerja keras setiap harinya demi menjaga kebersihan serta mengurus semua pekerjaan di rumah itu. Seperti pembantu saja.
Ya ... Sejak perusahaan Kristian kritis tiga tahun lalu, ia sudah tidak bisa membayar pekerja untuk mempekerjakan urusan rumah serta koki di rumah itu. Niatnya yang ingin Evelyn menikah dengan Robi, berharap perusahaannya kembali untuk bangkit.
Namun, alhasil, Robi malah memilih wanita yang lebih kaya. Karena dia tahu niat awal Kristian yang ingin meminta bantuannya.
Robi bahkan tidak mau menikah dengan wanita yang miskin, walaupun sebenarnya Evelyn sangat cantik. Bahkan, kecantikannya melebihi wanita yang Robi pilih.
Nasi sudah menjadi bubur. Devan sudah menggantikan posisi Robi saat itu. Dan dia hanya bisa menurut dan melakukan apa yang sudah Kristian dan Renata perintah, begitu juga dengan Evelyn.
"Bu, salahku apa?"
Devan menundukkan kepalanya, dengan raut wajah yang tidak bisa ia gambarkan. Akan tetapi, saat ini ia merasa acuh tak acuh. Toh, perkataan itu adalah makanan setiap hari baginya.
"Kau memang tak becus, lihatlah, bahkan kau merusak sarapan pagi ku dengan hidangan busuk ini."
Renata melempar piring itu tepat di depannya. Ia sudah muak dengan menantu yang tak berguna itu, sehingga ia langsung meninggalkan meja makan dengan amarah yang masih memuncak.
Evelyn menatap Devan dengan dingin. "Jika kau tidak bisa menghidangkan makanan untuk keluargaku, enyahlah."