Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rahasia Suamik
5.0
Komentar
6
Penayangan
5
Bab

Gadis yatim piatu yang tiba-tiba dinikahi oleh pemilik kafe tempat ia bekerja. Azkiya tak pernah menyangka jika ia akan bersanding dengan lelaki tampan nan kaya yakni Arza, yang tak lain adalah bosnya sendiri. Gadis itu berpikir kehidupan yang sebelumnya suram dan kesepian akan segera berubah setelah ia menikah. Namun, ia tak pernah mengetahui rahasia besar yang tersembunyi dibalik pernikahannya.

Bab 1 Terpaksa menikah

"Sejak kapan kamu dan ibumu merahasiakannya?!" tanya Azkiya dengan suara gemetar. Rasa marah dan sakit bercampur menyesakkan dadanya.

Lelaki itu bergeming. Wajahnya tertunduk lesu.

"Katakan!"

****

"Apa yang ibu katakan?"

"Aku tidak mau!"

Arza yang semula bersandar pada kursi langsung menegakkan tubuhnya kala mendengar permintaan sang ibu. Lelaki itu menatap wanita yang telah melahirkannya dengan bingung.

"Kenapa tidak mau? Dia cantik dan terlihat baik, Nak." Lina mengenggam tangan sang anak dengan lembut.

Arza menghembuskan napas pelan saat mendengar perkataan sang ibu. Entah apa yang sudah terjadi sehingga sang ibu meminta ia menikah secara tiba-tiba.

"Bu, aku bahkan tidak berencana untuk menikahi siapapun." Tatapan Arza memelas.

Kenyataannya memang Arza tak berniat hidup dengan siapapun kecuali dengan ibunya. Menikah? Arza bahkan terlihat tak tertarik dengan satu kata itu.

"Apa maksudmu!?" Lina melepaskan genggaman tangannya.

Arza terkejut karena suara sang ibu yang tiba-tiba meninggi.

"Aku tidak sanggup memenuhi permintaan ibu," ucap Arza pelan. Ia berharap sang ibu mau mengerti.

"Permintaan? Kamu pikir Ibu melakukan ini tanpa alasan?" Mata Lina memerah. Ia bahkan tak sadar sudah membentak anak tunggalnya.

Arza terdiam. Ia benar-benar terkejut dengan sikap sang ibu. Ini pertama kalinya ia mendengar sang ibu membentak.

"Lalu apa alasannya? Beri tahu aku, Bu."

Lina terdiam. Tangannya meremas baju yang ia kenakan. Pertanyaan itu membuat Lina mengingatkan ia pada satu sesuatu. Kejadian yang membuatnya ingin mati dan dihantui rasa bersalah.

"Ini sudah menjadi keputusan ibu."

"Kamu harus tetap menikahi gadis itu apapun yang terjadi," ucap Lina dengan tatapan dingin.

Lina bangkit dari duduknya dan berlalu pergi tanpa menghiraukan Arza yang menunggu jawaban. Sementara Arza hanya bisa menatap punggung sang ibu yang perlahan menjauh tanpa bisa melakukan apapun. Arza memang sangat patuh dan menyayangi ibunya. Namun permintaan sang ibu kali ini benar-benar di luar dugaan.

Bugh!

Arza meninju tembok dengan amat keras hingga membuat tangannya terluka. Ia marah. Tapi tak bisa melampiaskannya pada sang ibu.

*****

Satu usapan lembut di pundak menyadarkan Azkiya dari lamunan. Ia menoleh, lalu tersenyum saat melihat seseorang di belakangnya.

"Cantiknya menantu ibu," puji Lina dengan senyum merekah.

Azkiya hanya bisa menunduk malu mendengarnya. Ya, akhirnya setelah beberapa bulan dari pertemuan itu, Lina meminta Azkiya untuk menikah dengan Arza anak lelakinya, yang entah kebetulan atau tidak dia merupakan pemilik restoran tempat ia bekerja. Semua begitu cepat terjadi, takdir memang tidak pernah dapat diduga. Azkiya bahkan tidak percaya jika bisa menikah dengan seseorang yang telah dia kagumi dalam diam.

Akad sebentar lagi dimulai, degup jantung Azkiya tak beraturan. Kegugupan menguasai dirinya, membuat gelisah dan tidak karuan. Azkiya duduk menunggu di kamar, sementara di depan sana akad tengah berlangsung. Beberapa saat kemudian Lina datang dan meminta Azkiya untuk ikut ke depan bersamanya, yang menandakan akad telah usai.

Tangan Azkiya berkeringat, begitu juga jantungnya yang semakin tidak terkontrol. Lina yang kini telah menjadi ibu mertuanya mengusap punggung Azkiya untuk menenangkan, sepertinya dia tahu jika Azkiya sangat gugup. Lina menuntunnya keluar untuk duduk di samping Arza. Azkiya bahkan belum mengangkat wajahnya sama sekali semenjak keluar hingga kini telah tepat berada di samping suaminya.

Kemudian penghulu meminta wanita yang tengah gugup itu untuk mencium tangan laki-laki yang baru saja menjadi suaminya. Arza bergerak menghadapnya, begitu juga Azkiya. Kemudian Arza mengulurkan tangannya ke hadapan wanita yang kini sudah menjadi istrinya. Meski dengan sedikit bergetar tapi akhirnya Azkiya tetap meraih tangan itu perlahan. Mengenggam lembut tangan yang sekarang akan menjadi pelindungnya, lalu dengan ta'dzim dia mencium tangan itu.

Tanpa Azkiya duga Arza mengangkat dagunya agar melihat Arza, jelas saja dia terkejut karena memang baru pertama kali Azkiya melihat wajahnya yang tampan sedekat ini. Setelahnya dia mengecup lembut kening Azkiya di hadapan semua orang. Perasaan malu seketika merambah dalam hatinya.

Namun ada yang aneh, tatapan Arza tidak menyiratkan kebahagiaan, bahkan cenderung kemarahan. Tidak ada resepsi. Ini memang permintaan Azkiya, dia ingin menikah secara sederhana saja. Selesai akad dan semua tamu pulang. Pengantin baru itu membantu membereskan rumah, meski dilarang oleh Ibu mertuanya karena memang telah ada yang ditugaskan untuk itu. Sementara Arza masih duduk di balkon kamar lengkap dengan pakaian pengantinnya, entah apa yang dia lakukan namun sepertinya ada beban berat yang tengah ditanggungnya.

"Aku ingin tahu berapa lama wanita itu mampu bertahan," lirih Arza dengan tatapan tajam ke arah depan.

Malam telah menyapa, Azkiya berada di dapur bersama Lina dan Bi Kai pembantu di sini untuk menyiapkan makan malam.

"Azkiya," panggil Lina.

Wanita itu menoleh, "Iya, Bu."

"Panggil suamimu untuk makan malam."

Azkiya hanya mengangguk mendengar perintahnya. Wanita itu melangkah perlahan menuju lantai atas di mana suaminya berada. Azkiya membuka pintu perlahan, terlihat sosok Arza disana tengah duduk menghadap jendela. Entah apa yang terjadi, tapi selepas acara tadi lelaki itu hanya diam. Bahkan Arza belum berbicara sedikitpun padanya.

Azkiya melangkah ragu untuk mendekat, jujur masih malu meski Arza sudah menjadi suaminya. Langkahnya berhenti tepat di samping Arza, namun dia tidak langsung berbicara.

Matanya melihat Arza. "Kak! Ibu menyuruh turun untuk makan."

Arza lantas melihatnya, ekspresinya datar. Azkiya yang mengetahui sedang ditatap lelaki itu langsung menunduk. Arza bangkit tanpa mengatakan apapun. Kemudian ia berjalan mendahului sang istri. Azkiya terdiam sejenak, berpikir mengapa Arza bersikap seperti itu.

Tak ada kata lagi yang keluar dari mulut Azkiya, dia hanya mengikuti langkah lelaki itu perlahan dari belakang. Layaknya seorang istri, Azkiya melayani Arza dengan sepenuh hati. Meski tetap saja ada yang menganggu pikirannya, yaitu tentang sikap Arza yang begitu dingin padanya.

Azkiya merebahkan diri diatas kasur, wanita itu mencoba melepas lelah. Namun dia kembali terduduk karena ingat jika malam ini adalah malam pengantin. Jantungnya kembali berdebar, kegugupan kembali menyergap.

Saat sedang bergelut dengan kegelisahan, tiba-tiba pintu perlahan terbuka, menampilkan sosok lelaki yang telah sah menjadi suaminya. Hati Azkiya semakin tidak karuan dibuatnya, dia hanya menunduk tanpa berani melihatnya.

Arza naik ke atas ranjang, lalu merangkak mendekati istrinya yang tengah menunduk. Tatapannya dingin tak bersahabat, gemuruh dadanya menyimpan kemarahan pada Azkiya. Tangan Arza terulur meraih pundak Azkiya. Menariknya perlahan untuk mendekat. Arza mendekatkan wajahnya, perlahan dan terus mendekat.

Namun, tiba-tiba Arza berhenti. Wajahnya kini tepat berada ditelinga Azkiya, membuat wanita itu terheran dengan apa yang dia lakukan.

"Jangan pernah berharap sedikitpun padaku!" bisiknya di telinga Azkiya.

Lirih. Namun mampu menghujam tepat pada hati Azkiya.

Tentu saja Azkiya terkejut mendengar hal itu. Genggaman tangan di pundaknya juga semakin keras mencengkram, semakin lama semakin sakit. Azkiya mendongak memastika apa yang terjadi, namun tak ada yang Azkiya temukan kecuali kilat kemarahan di wajah suaminya.

"Karena aku sangat membencimu," sambung Arza.

Degg!

Azkiya menatap wajah suaminya dengan ragu.

"A-apa maksudnya?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku