Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
RAHASIA ISTRIKU
5.0
Komentar
2.8K
Penayangan
39
Bab

Kehidupan Oliver yang sempurna, nyatanya tak membuatnya merasa bahagia. Kekayaan dan kebebasan membuatnya begitu gampang melakukan apapun yang dia inginkan. Tanpa sengaja di bertemu dengan wanita cantik bernama Melissa yang menyamar menjadi dosen di kampus Oliver. Pada akhirnya, mereka pun hidup bersama lalu menikah. Siapa sangka jika penyamaran Melissa perlahan terbongkar dan memaksa Oliver untuk menjadi pelindungnya. Siapa sebenarnya Melissa? Rahasia apa yang disimpan olehnya?

Bab 1 Melepas Perawan

"Tinggalkan dia, Oliver!"

Suara keras pria berpakaian rapi dengan tatapan serius tengah membentak putranya, pria itu bernama Hans Arnold, seorang pria yang ambisius dan memiliki kerajaan bisnis yang besar di Ibukota.

Lelaki muda itu langsung menghentikan langkahnya saat mendengar perintah itu, ia menoleh dan berniat melawan.

"Papa nggak punya hak untuk mengatur hidup aku, aku mencintai Lyla, dan hanya dia yang ingin kunikahi," tegas lelaki bernama lengkap Oliver Hans, anak pertama dalam keluarga Hans, karena dia memiliki anak kedua, tetapi seorang perempuan.

Oleh karena itu, satu-satunya pewaris perusahaan yang akan mampu mengembangkan kerajaannya hanyalah Oliver, tetapi watak Oliver yang keras kepala tak mau diatur oleh siapapun, termasuk ayahnya.

Ia tak ingin berurusan dengan dunia bisnis, ia hany ingin hidup bebas dan menikmati apa yang ingin dia lakukan asalkan dia nyaman. Salah satunya menikahi wanita pilihannya sendiri, meski tanpa restu dari keluarganya.

"Kamu memang tak bisa diatur ya, kamu tau kan Lyla itu siapa? Anak musuh keluarga kita, jadi bagaimana mungkin kamu akan menikah dengannya, pikirkan itu!"

Hans sama sekali tak merestui hubungan mereka, lantaran wanita itu adalah anak dari musuhnya sendiri, dalam dunia bisnis.

"Aku nggak akan pernah meninggalkan Lyla apapun yang terjadi, jadi percuma Papa melarangku, karena itu tak akan berhasil," kata Oliver dengan tegas. Ia pun langsung pergi dari rumahnya menuju ke apartemennya.

Sesampainya di apartemen, seorang wanita terbangun dari tidurnya ketika merasakan Oliver merebahkan tubuh di ranjang, tepat di samping wanita itu berbaring.

Wanita tersebut masih memejamkan mata ketika Oliver bergerak perlahan, membawa tubuhnya mendekat pada wanita sexy itu, lalu menyentuh puncak kepalanya dengan lembut.

"Oliv!" seru wanita yang menjadi kekasihnya selama ini dengan pelan sambil membuka mata dan mendongak. Namanya Lyla Queen.

Senyum Lyla kontan mengembang ketika mendapati Oliver berbaring di sampingnya dengan kepala ditopangkan ke sebelah tangan, sedang menatapnya dengan sorot mata yang tak bisa diartikan.

"Apa aku membangunkanmu?" tanya Oliver sambil melayangkan senyumnya.

"Nggak kok," sahut Lyla. "Aku memang menunggumu pulang, aku hanya pura-pura tidur tadi," guraunya.

Mendengar hal itu, Oliver menjadi sedikit gemas. Ia lalu mencubit salah satu pipi Lyla, sejak lama Oliver memang selalu suka melakukan itu ketika dia mulai gregetan dengan sikap Lyla yang menggemaskan.

Lyla adalah wanita sederhana yang sengaja diasingkan oleh ayah kandungnya di kota ini untuk melindungi wanita itu dari ancaman para mafia di Jakarta.

Dan di kota ini, ia diangkat menjadi anak oleh Jhon Halim, musuh dari Hans Arnold. Itulah alasan utama kenapa Hans menentang keras hubungan Oliver dan Lyla.

"Sayang, kamu jangan terlalu memikir urusan orang tua kita, biarkan saja mereka bermusuhan, itu bukan urusan kita, kamu harus menikah sama aku," ujar Oliver dengan nada terdengar sangat manis.

"Tapi tetap saja aku takut Oliv... aku takut jika mereka tak bisa mengendalikan diri, lalu saling menghabisi, bukankah tujuan kita untuk menghentikan permusuhan ini, iya kan?" Lyla menatap Oliver dengan penuh harapan.

"Iya, kamu benar, makanya aku ingin menikah denganmu, mungkin dengan begitu kita bisa membuat mereka bersatu dan bersahabat, aku benar kan?" tanya Oliver.

Tangan Lyla masih mengelus dada Oliver dan tersenyum. "Kamu benar, aku setuju sama idemu, untuk sementara ini kita jalani hubungan kita dan kamu harus segera melamarku," pinta Lyla dengan tatapan sendu.

Hubungan mereka memang sudah cukup lama, hari ini tepat satu tahun Lyla menjadi kekasihnya, mereka tinggal di apartemen yang sama semenjak enam bulan yang lalu.

Kehidupan Oliver yang bebas, lebih memilih tinggal di apartemen pribadi ketimbang bersama ayahnya karena ia tak ingin Hans mencampuri urusan pribadinya, termasuk pasangan hidup.

Hans tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan Oliver. Namun, di tengah hubungannya dengan sang anak kurang baik, ia pun merencanakan sesuatu untuk Oliver.

"Aku janji sama kamu, aku jagain kamu dan kita akan hidup bahagia, punya anak yang banyak biar kamu nggak kesepian." Oliver tertawa kecil.

"Kamu selalu berhasil membuatku tersenyum, aku bahagia bersamamu." Lyla kemudian memeluk Oliver.

Oliver lalu memeluk kekasihnya dengan penuh cinta, ia ingin melewatkan malam ini bersama Lyla sebagai hadiah anniversary mereka yang pertama.

"Kamu siap melepas perawanmu malam ini, seperti janjimu satu tahun yang lalu." Oliver menuntut janji Lyla saat itu.

Lyla otomatis mengangguk. "Iya, aku akan menepatinya hari ini, tapi kamu harus nikahin aku ya."

"Iya, aku janji," ujar Oliver. "Dan kita akan menyatukan permusuhan kedua orang tua kita." Senyum Oliver mengembang lagi, lalu mengecup kening Lyla dengan penuh cinta.

***

Beberapa jam kemudian, Lyla baru saja selesai mandi. Oliver yang melihat hal itu, mendekati Lyla dan memeluk kekasihnya dari belakang.

Ia mengecup tengkuk Lyla sambil tangannya melepas tali pakaian Lyla, kebetulan wanita itu hendak pergi menemui papanya.

"Indah sekali," batin Oliver saat melihat punggung putih dan indah itu.

Ia terus membukanya hingga punggung Lyla terlihat, ia pun mulai menyusuri punggung yang putih dan lembut itu tanpa hilaf sedikit pun dari kecupan bibir Oliver. Hal itu membuat Lyla merasa kegelian.

Hingga pakaiannya terlepas, Oliver lalu melepas bra yang dipakai Lyla. Seketika itu pula terlihat lekuk tubuh Lyla dari pantulan cermin.

"Beautiful," ucap Oliver dengan perasaan yang begitu deg-degan.

Oliver membalikkan tubuh Lyla menghadap dirinya, tangan Oliver menggiring tangan Lyla untuk membuka pakaiannya.

Saat tangan Lyla membuka satu persatu kancing baju Oliver, laki-laki itu meraup bibir lembut Lyla. Keduanya hanyut dalam pergautannya masing-masing.

Tubuh keduanya kini sudah ada lagi yang menutupi sehelai benang pun, ketika kulit mereka saling bersentuhan, keduanya seperti tersengat listrik voltase tinggi. Ada sensasi yang berbeda ketika kulit mereka bersentuhan.

"Sayang, aku sudah sangat siap, aku ingin memulainya segera," bisik Oliver tersenyum, Lyla tersipu malu mendengar hal itu.

Oliver menggendong tubuh Lyla ke atas ranjang, tubuh wanita itu sudah terbaring di atas ranjangnya.

Oliver mengecup setiap lekuk tubuh Lyla, setiap sentuhan dari bibir Oliver membuat Lyla hanya bisa mendesah dan menutup matanya, ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan Oliver.

Oliver dan Lyla pun memulai permainan mereka, segala perjuangan Oliver untuk melepas keperawanan kekasihnya penuh dengan drama.

Desahan lembut Lyla yang terdengar penuh gairah itu semakin membuat Oliver begitu semangat menghentakannya.

Oliver ingin membuat anniversary pertama mereka ini menjadi sesuatu yang tidak akan pernah Lyla lupakan dalam hidupnya.

Kemudian wanita itu mencengkram lengan Oliver dengan penuh hasrat, sekalipun rasa sakit itu terasa menyiksa, tapi ia mulai menikmatinya.

Tangan Lyla lalu melingkar di leher Oliver sembari merasakan kenikmatan yang sudah mulai dia rasakan.

"Tidak akan terasa sakit, nikmatilah!" seru Oliver sembari mengembangkan senyum separuhnya.

Pada akhirnya mencapai puncak kenikmatan mereka. Oliver menghapus peluh Lyla yang sudah banyak di keningnya.

Keesokan harinya, Lyla terbangun dengan tubuh yang pegal-pegal, ia mengerjapkan matanya yang masih berat.

Telinganya yang sensitif menangkap suara dering yang familier, terdengar dari sebuah ponsel yang terletak persis di samping bantalnya.

Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Oliver yang masih terlelap sembari memeluk tubuhnya yang tak berbusana.

"Sayang, telepon dari Papa, angkat gih!" pinta Lyla dengan lembut, sikap manja Oliver membuatnya semakin gemas. Ia lalu mengecup bibir pria itu sebelum akhirnya Oliver meraih ponselnya.

Oliver melirik layar ponselnya sekilas, sebelum menempelkan benda itu di telinganya. "Hallo Pa, ada apa?" sapanya dengan suara serak karena tenggorokannya terasa sakit.

"Papa mau bertemu kamu jam 9 pagi ini di kantor, PENTING!"

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Heri Satria

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku