RAHASIA IBU MERTUAKU

RAHASIA IBU MERTUAKU

Lia_Scorpio

5.0
Komentar
14.5K
Penayangan
30
Bab

Entah rahasia apa yang disembunyikan dari keluarga suamiku, hingga membuat aku merasa ketakutan jika bertemu atau berdekatan dengan ibu mertuaku. Kecapan di mulutnya dan tatapan liar, begitu menyeramkan saat ibu mertuaku menyadari, jika saat itu waktu persalinanku sudah semakin dekat.

Bab 1 Senyum Aneh Ibu

"Bu, perutku kenapa sakit, ya?" tanyaku, mendatangi ibu ke dapur.

Mendengar keluhanku, ibu hanya tersenyum. Sebuah senyum aneh yang selalu membuat aku merinding melihatnya. Matanya menatap liar ke arahku. Entah itu hanya perasaanku saja, atau memang benar seperti itu adanya.

"Sakit bagaimana? sini Ibu lihat!" ucap ibu, memintaku mendekat.

Kaki ini sudah siap melangkah, tapi kembali aku urungkan karena teringat pesan dari mas Harto.

"Sayang, kalau aku lagi kerja, kamu di kamar saja! Jaga jarak dengan ibu, jangan sampai ibu menyentuh tubuh kamu, apalagi perut kamu! Abaikan saja semua yang kamu dengar di luar kamar. Kalau kamu memang perlu bantuan, kamu hubungi saja saudara kamu!"

Kata-kata itu kembali terngiang. Perlahan aku memundurkan langkahku. Aku memutar otak mencari alasan untuk bisa menolak perintah ibu.

"Kenapa diam Na? Ayo sini!" titah ibu, bibirnya melebar masih menampilkan senyuman yang aneh.

"Emh, i-iya Bu. Tunggu sebentar ya Bu, aku mau ke toilet dulu!" ucapku, beralasan.

Ibu hanya mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Tanpa membuang waktu, aku gegas berbalik, melangkah menuju toilet di dekat sumur belakang rumah.

Rumah ibu mertuaku terletak di sebuah desa yang jauh dari pusat kota. Kehidupan di desa ini juga tertinggal jauh dari kota. Di kota tempat keluargaku tinggal, toilet dan kamar mandi sudah menyatu dengan bangunan utama rumah. Sedangkan di sini masih terpisah dan letakknya juga paling belakang.

Semakin aku menjauh, aku seperti merasa diawasi dari belakang. Mungkin saja ibu masih menatap punggungku. Ingin rasanya aku berbalik, tapi aku merasa takut.

Di belakang rumah, pohon-pohon tumbuh dengan subur dan rimbun. Gesekan batang bambu menimbulkan bunyi berisik saat diterpa angin. Aku merasa takut jika harus berlama-lama berada di luar seperti ini.

Cukup lama aku bertahan di tempat ini, akhirnya ibu mertuaku kembali ke kamar juga. Merasa situasi sudah aman, aku bergegas keluar dari toilet dan berlari kecil memasuki rumah dari pintu belakang.

Rumah yang terbuat dari kayu ini, cukup besar untuk suamiku yang hanya anak tunggal di rumah ini. Tapi yang membuat aku heran sekaligus takut, bukan karena rumahnya yang terbuat dari kayu. Melainkan jendela rumah yang hanya ditutupi menggunakan plastik terpal tanpa ada pengamanan apapun. Hanya pintu yang terbuat dari kayu kokoh. Itu pun juga tidak pernah dikunci. Pintu dibiarkan tertutup begitu saja, tanpa dikunci dari luar atau dalam.

Sesampainya aku di dalam kamar, aku langsung menutup pelan pintu kamar dan menguncinya. Ini semua aku lakukan atas dasar perintah dari mas Harto. Aku tidak tau apa alasannya. Jika aku bertanya, mas Harto hanya membalasnya dengan senyum. Aneh sekali.

"Mas, kapan kamu pulang?" tanyaku, melalui panggilan telepon.

"Nanti sore Yank, ada apa? Kamu mau dibelikan apa?" tanya mas Harto, suaranya begitu lembut menenangkan.

"Aku mau rujak Mas, kamu tidak lama kan? Perutku tadi sakit Mas, terus aku bilang ke ibu," Ceritaku.

Mas Harto diam untuk sepersekian detik. "Terus ibu bilang apa? Ibu tidak menyentuh perut kamu kan?"

Pertanyaan dan suara bergetar dari mas Harto membuat keningku mengkerut. Pertanyaan yang sama jika aku membahas tentang ibunya.

"Tidak mas, tadi sih ibu mau pegang dan memintaku mendekat. Tapi aku ingat pesan kamu, jadi aku beralasan ke kamar kecil," sahutku, terdengar helaan nafas dari ujung telepon.

"Memangnya kenapa sih kalau ibu pegang Mas? Apa tidak boleh?" tanyaku penasaran.

Semenjak aku dinyatakan hamil, mas Harto terus mewanti-wanti aku untuk tidak berdekatan dengan ibunya. Ia seperti ketakutan, jika ibunya datang mendekatiku. Entahlah sebabnya apa?

"Hem itu, ehm... Sebenarnya tidak apa-apa sih Yank. Kamu tunggu di rumah ya! Sebentar lagi aku pulang. Diam di kamar saja! Kunci pintunya dan jangan keluar, kecuali aku dan Bapak sudah pulang!" titah mas Harto.

"Iya, aku mau tidur dulu!" sahutku, memutuskan untuk berbaring di tempat tidur.

Tak lama setelah panggilan telepon terputus. Suara adzan dzuhur terdengar. Bertepatan dengan suara adzan mengalun, di luar kamar terdengar suara berisik. Entah dari mana asalnya. Di rumah ini terdapat tiga buah kamar. Satu kamarku dengan mas Harto, satu lagi kamar tidur ibu dan bapak. Tersisa satu kamar yang aku tidak tau apa fungsinya. Kamar itu selalu digembok dari luar. Begitu juga kamar ibu.

Ibu mertuaku seorang ibu rumah tangga. Sedang bapak mertua bekerja sebagai jaga malam di sebuah pabrik di ujung desa. Dari pekerjaan bapak yang hanya jadi tukang jaga malam, dapat aku simpulkan berapa gaji yang bapak dapat. Pasti tidaklah besar seperti gaji para karyawan pabrik. Tapi, yang menurutku aneh di sini bukan karena pekerjaan bapak. Melainkan uang yang didapat selama bapak bekerja. Setiap dua minggu atau satu bulan sekali, pasti ada saja kurir toko yang mengantar barang elektronik atau lemari dan peralatan lainnya ke rumah.

Pernah sempat terpikir olehku. Uang dari mana ibu membeli semua barang-barang itu? Sedang gaji bapak tidak sebanyak itu. Aku memang baru satu tahun ini menikah. Itu pun baru beberapa bulan ini tinggal di rumah ini. Kalau bukan karena pekerjaan mas Harti yang memaksanya untuk tinggal di desa ini, sudah pasti mas Harto memilih untuk tinggal di kota bersama saudara besarku.

"Arggh...."

Suara jeritan yang entah dari mana selalu terdengar bertepatan dengan suara adzan. Bulu kudukku perlahan tapi pasti meremang. Ketakutan selalu melanda jika hanya tertinggal sendiri di sini. Ibu bukan tipe wanita yang banyak bicara seperti ibu-ibu pada umumya. Ibu juga wanita yang sederhana. Pakaiannya selalu tertutup. Walau tidak memakai jilbab, tapi leher ibu selalu dililit dengan syal atau kain.

Aku memberanikan diri keluar dari kamar mencari asal suara. Rasa penasaranku sudah mencapai puncaknya.

"Bu, Ibu di dalam?" tanyaku, mengetuk pintu kamar ibu.

Suara erangan tadi mendadak hilang, seiring selesainya suara adzan. Pintu kamar ibu tidak terbuka sama sekali. Sedang aku masih setia berdiri dan mengetuk pintu kamar.

"Na, sedang apa kamu di situ?" tanya ibu.

Aku berbalik, menatap bingung ke arah ibu yang baru keluar dari kamar yang aku tidak ketahui fungsinya apa.

"I-ibu di kamar itu? aku kira di kamar ibu sendiri," ucapku tergagap.

Kaki ibu melangkah pelan mendekat ke arahku. Tanpa sadar aku malah memundurkan langkah, sedikit menghindar. Aku benar-benar takut sekaligus heran. Bagaimana ibu keluar dari kamar itu, sedangkan tadi saat aku lewat, kamar itu sudah tergembok dari luar.

"Kamu sedang apa di sini? kenapa mencari Ibu?" tanya ibu, suaranya lembut, tapi terdengar mengerikan di telingaku.

"Ti-tidak ada apa-apa Bu. Emh, aku cuma mau bil..."

"Assalamualaikum! Paket Bu!" teriak seorang pria dari arah luar rumah.

"Bilang apa?" tanya ibu, memiringkan kepalanya menatap dalam ke arahku.

Bulu kudukku meremang. Sebisa mungkin aku tahan. "Bilang kalau di luar ada yang mengantar barang. Aku buka pintu dulu Bu!" kilahku, segera berlari meninggalkan ibu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Lia_Scorpio

Selebihnya

Buku serupa

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku