Saling jatuh cinta memang tidak salah, tetapi bagaimana jika kamu menyimpan perasaan terhadap adik tirimu sendiri? pilihan yang begitu sulit, menjauh? tak mungkin karena mereka tinggal di atap yang sama. dengan cinta dan perasaan yang membuncah membuat kedua remaja itu harus menjalin kasih, dengan si perempuan yang di paksa oleh si lelaki untuk menerima dirinya dengan sikap dominan yang dirinya keluarkan! "terima, atau kakak perk*sa kamu di sini?" Ancaman yang bukan main, jika menolak dirinya akan habis bersama kakak tirinya, dirinya begitu sial kenapa keberuntungan tak pernah berpihak kepadanya? "kak, kita ini saudara, seharusnya ini tak boleh terjadi--" "tiri! ingat itu, kita hanya saudara tiri, jadi tidak ada larangan untukku tak menjalin sesuatu yang spesial bersamamu!" seringai yang begitu menakutkan sehingga membuat dirinya lemas tak berdaya, ya tuhan tolonglah gadis kecil ini, dirinya begitu tersiksa dengan kelakuan Abang tirinya! apakah dirinya harus menerimanya atau menolaknya? huh ... pilihan yang begitu sulit!
Sebuah mobil mewah Bugatti La Voiture Noire memasuki gerbang yang menjulang tinggi dan berhenti tepat di depan pintu dan langsung di buka kan oleh para bodyguard yang sudah stay di sana.
"Wah ... rumah daddy bagus banget!" kagum gadis kecil dengan boneka beruang lucu di gendongannya.
"Ayo baby kita masuk." Ajaknya kepada anak dan istri barunya yang sudah dia nikahi selama satu Minggu ini dan baru pulang ke mansion miliknya.
"Ayo sayang, kita masuk," ajak sang mommy dengan senyuman yang tak pernah luntur di bibir manisnya.
Ketiga manusia itu memasuki mansion megah dengan di sambut oleh banyaknya maid yang berjejer rapi, menunggu mereka.
. . .
"Wah ... kamarnya lebih besar dari kamarku yang dulu," kagum gadis cantik itu melihat kanan kiri melirik barang-barang yang ada di sana, dia memang anak orang kaya tapi rumahnya tidak semegah mansion daddy barunya ini.
"Bakal betah nih kalo bobo di sini!" dengan nada riangnya dia naik lalu melompat kecil mengajak boneka beruang kecil miliknya. "Beruang ayo kita senang-senang, karena Nazila udah punya kamar baru!" tawa lucu tak pernah berhenti keluar dari bibir manis anak berusia 16 tahun itu.
Fathur dan Joana menikah setelah di rasa keduanya sudah merasa cocok, mereka sama-sama di tinggal pergi oleh pasangan mereka masing-masing, yang di mana suami Joana pergi duluan menuju ke pangkuan tuhan sedang istri dari Fathur dia ketahuan selingkuh, dengan rekan bisnisnya sehingga saat itu juga dia menceraikannya tetapi hak asuh anak jatuh ke tangannya, karena bagaimanapun Fathur tidak Sudi jika anak tunggalnya di besarkan oleh mantan istrinya itu.
"Sayang ayo turun, kita makan malam?" sahut Joana di depan kamar putrinya yang nampaknya masih tertidur. "Sayang ... kamu dengar mommy tidak?" sahut Joana lagi.
"Emm ..., sebentar mommy Zila masih ngantuk!" jawabannya dengan suara males.
"Bangun dong, kamu tidak kasihan sama daddy kamu yang sudah menunggu di bawah ...!" bujuk Joana.
Nazila yang merasa tak enak pun langsung turun dari ranjang empuk miliknya, walpun dengan perasaan tidak rela. "Bay-bay kasur, nanti Zila bobo lagi, kok!" lesunya lalu berjalan membuka pintu kamar miliknya dan nampaklah sang mommy Joana yang tersenyum lembut.
"Ayo sayang." Kedua anak dan ibu itu berjalan beriringan dengan sang anak yang menahan kantuk beratnya, huh .... Dia butuh tidur.
. . .
"Selamat malam daddy!" sapa Nazila tak lupa mengecup pelan pipi daddynya.
"Malam juga putri daddy yang cantik," sapa balik Fathur pada putrinya yang begitu manis sama seperti Joana yang sangat cantik dan anggun, membuat Fathur begitu tergila-gila.
"Ayo makan," suruh Joana setelah menyajikan makanan untuk keluarga kecilnya. "Anak kamu mana, kok aku gak pernah lihat dia sedari tadi kita datang?" tanya Joana.
"Paling masih di kampus," jawab Fathur dengan datar dan males.
"Aku punya Abang?" tanya Nazila dengan nada antusias.
"Tentu sayang, kamu punya Abang," jawab Joana dengan senyum senang, Joana berharap anak tirinya bisa menerima anaknya.
"Wah ... aku gak sabar buat ketemu sama Abang, daddy kira-kira Abang pulangnya kapan? Zila pengen ketemu!" antusiasnya.
Fathur terkekeh pelan. "Nanti Abang pulang, sekarang kamu makan, oke?"
"Oke daddy!" Mereka bertiga mulai memakan-makanannya dengan khidmat tak lupa celotehan gadis manis itu membuat kedua orang dewasa itu tertawa dan tersenyum manis.
. . .
"Sampai kapan Lo mau kek gini, Van?" tanya seorang lelaki berambut ungu tua yang sangat tampan.
"Diem gak usah banyak tanya gue mau minum!" ketusnya, mengambil satu botol wine, tanpa menuangkannya ke dalam gelas dia langsung meneguknya hingga setengah dengan rasa pusing yang menjalar bebas di otaknya.
"Udah biarin aja, dia lagi banyak masalah keknya," ucap lelaki dengan tindik beserta tato bertuliskan kanji Jepang yang entah apa artinya tertulis apik di leher bawah telinganya, dia Veroza atau di panggil Roza.
"Pasti masalah bapaknya ini!" tebak Liam si rambut ungu tua.
Lorenzo hanya terdiam dengan pikirannya yang entah berkelana kemana dengan pandangan kosong, Renzo begitu tidak terima atas pernikahan ayahnya dengan wanita itu, Renzo membenci semuanya, apalagi ibu kandungnya Renzo sangat membencinya.
Untuk pulang ke mansion besar itu rasanya Renzo tidak sudi, tapi mau bagaimana lagi jika tidak, dia akan melarat akibat ancaman dari sang ayah Renzo tidak mau itu terjadi.
. . .
Pukul dua dini hari, Nazila terbangun akibat rasa haus yang melanda, dan dia lupa membawa air dingin untuk berjaga-jaga, jadi dengan rasa males dan takut Nazila pergi ke dapur yang berada di lantai satu, dengan beberapa lampu mansion yang sudah padam, apalagi di bagian tangga, huh itu sangat mengerikan melihat ribuan undakan anak tangga yang begitu panjang.
"Ihh ..., serem, tapi Zila haus!" dengan keberadaan dia turun, lalu dengan cepat pergi ke dapur untuk minum, setelah selesai dengan acara minumnya.
Nazila berbalik tapi justru di kejutkan dengan suara dingin dari seseorang. "Bagaimana bisa ada pencuri kecil di mansion besar ini?" ujar Renzo menunduk dan mendekat ke arah telinga Nazila yang menunduk takut membelakanginya.
"Kenapa diam kelinci kecil?" tanya Renzo dengan wajah datar yang sangat menusuk.
Nazila berbalik lalu melihat lelaki tampan dengan wajah dingin berdiri menjulang tinggi di hadapannya. "Abang ...?" cicit Nazila memastikan sebab dia tidak tau nama abangnya dan Naila menyesal tidak bertanya pada Fathur.
"Siapa?"
"Kamu anaknya deddy Fathur? Abangnya Zila kan?" tanya Nazila dengan nada kecil.
Renzo mencengkeram dagu kecil Nazila hingga mendongak menatapnya, Renzo memperhatikan wajah kecil itu di bawah remangnya lampu dapur. "Gadis kecil ..." lirih Renzo dengan mata berkabut nafsu, Renzo ingin sesuatu sekarang, sesuatu yang ingin keluar dari inti miliknya.
"Abang kenapa?" tanya Nazila melihat raut panik milik Renzo, tapi dengan kasar Renzo mendorong Nazila untuk menyingkir darinya hingga terjatuh.
"Akh ...!" Nazila melihat telapak tangannya memerah akibat terbentur lantai keramik putih itu tapi Renzo sudah pergi hilang entah kemana.
Nazila menangis sendiri di lantai dingin itu, dia tidak menyangka bahwa kakak tirinya bisa sekasar itu, apa kakak tirinya tidak menyukai dirinya makanya dia mendorongnya hingga jatuh?
Semoga saja tidak!
Nazila bangkit lalu segera pergi dari ruangan dapur yang gelap itu, air matanya tak pernah berhenti untuk mengalir, dia masih terbayang-bayang oleh wajah sangar sang abang tadi.
"Semoga Abang gak benci Nazila, yah semoga saja!" senyum Nazila menyemangati dirinya, lalu masuk ke dalam kamarnya.
. . .
Sedangkan di dalam kamarnya Renzo bukanya tidur pemuda tampan itu malah asik merokok sambil membayangkan rupa adik tirinya itu.
"Sialan gadis itu!" dengus Renzo karena bayangan rupa adik tirinya tak bisa pergi dari pikirannya.
Buku lain oleh Nurfy
Selebihnya