Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Permainan Rahasia Istriku

Permainan Rahasia Istriku

Irma.N

5.0
Komentar
831
Penayangan
22
Bab

"Kenapa kamu tak jujur Cassandra? Kenapa kamu tak mau bilang kalau sedang mengandung? Apa kau takut jika bayi dalam rahimu itu adalah anakku? Hasil dari permainan gelap kita selama ini? Atau ... kamu takut jika aku membongkar semua rahasia kita?" Suara Randa menggelegar memenuhi ruangan, membuat dada Cassandra merasakan sesak luar biasa. Randa tak pernah main-main, ia takut jika lelaki itu akan membongkar semua kebobrokannya pada sang suami. Akankah Alfian, suami Cassandra bisa memaafkan setelah mengetahui semua kebohongan sang istri? Yuk ikuti kisah rumah tangga Cassandra dan Alfian di novel ini.

Bab 1 Keributan di Pernikahan

Seorang lelaki terlihat menghembuskan napas lega setelah selesai mengucap kalimat ijab qobul dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu pada para saksi nikah yang duduk di samping kedua mempelai.

"Saahhhh."

"Saaahhhh."

Terdengar sorakan dari beberapa tamu undangan dan saksi yang menghadiri acara akad nikah Alfian dan Cassandra. Wanita cantik, berkulit putih dan berhidung bangir itu langsung mencium punggung tangan lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya beberapa menit yang lalu dan dibalas Alfian dengan sebuah kecupan mesra di kening Cassandra.

Usai saling memasangkan cincin di jari manis, kedua sejoli itu naik ke pelaminan untuk menyalami para tamu undangan yang hendak memberikan ucapan selamat untuk kedua mempelai. Hanya Bu Yuni yang berdiri di samping keduanya sebagai orang tua karena Cassandra yang hanya hidup sebatang kara sedangkan ayah Alfian juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Senyum kebahagiaan terus tersungging dari bibir keduanya. Sungguh Alfian tak pernah menyangka jika jodohnya adalah seorang gadis cantik nan polos yang ia kenal melalui aplikasi media sosial beberapa bulan lalu. Lelaki itu merasa sangat beruntung dapat menjadi suami dari seorang wanita bernama Cassandra Amalia, selain polos, wanita itu juga begitu lembut dan perhatian pada Bu Yuni.

Hari kian terik, para tamu undangan juga tinggal beberapa orang yang masih tersisa. Namun, wajah Alfian nampak begitu gelisah karena menunggu sang sahabat sekaligus bosnya yang tak kunjung datang.

"Mas Alfian, kok kamu kayak gelisah begitu? Apa ada masalah?" bisik lembut Cassandra di telinga sang suami.

Alfian mengulas senyum tipis menatap gadis cantik yang baru saja sah menjadi istrinya beberapa jam lalu.

"Mas lagi menunggu sahabat. Sudah jam segini kok dia masih belum datang juga, apa jangan-jangan dia nggak bisa datang ya," jawab Alfian kemudian.

Sejurus kemudian, dari kejauhan nampak seorang wanita cantik bersurai coklat yang mengenakan dress selutut berwarna soft pink. Wajah orientalnya nampak begitu cantik paripurna terpoles dengan make up natural, bibirnya yang tipis nan ranum diberi sentuhan lipstik berwarna nude, menambah kesempurnaan kecantikan seorang Dira Anindita. Seketika senyum bahagia mengembang di bibir Alfian.

"Nah itu, dia sahabat Mas, Sayang." Jari telunjuk Alfian terarah pada sosok gadis cantik yang semakin mendekat ke arah pelaminan.

Sedangkan wajah Cassandra yang sedari tadi dipenuhi binar bahagia kini berubah pias ketika melihat sosok yang tengah ditunjuk oleh sang suami. Wanita itu menundukkan kepala saat gadis bernama Dira telah naik ke pelaminan dan menyalami Bu Yuni, ibunda Alfian.

"Ya ampun Dira, kamu cantik sekali sayang," puji Bu Yuni merangkul dan mencium kedua pipi gadis itu.

"Makasih Bu, maaf ya Dira datangnya telat jadi nggak bisa lihat akad nikahnya Alfian deh," sesal Dira dengan wajah bersalah.

"Jangan bilang kamu telat datang gara-gara kelamaan dandan ya, Dira," goda Alfian pada wanita yang sudah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Hehe, tau aja sih kamu. Tadi aku bingung mau pakai baju apa, oh ya istri kamu mana? Saking sibuknya aku belum sempat kenalan sama istri kamu."

"Hampir aja lupa. Sayang, kenalkan ini Dira sahabat aku. Dan Dira, kenalkan ini istriku." Alfian mengenalkan kedua wanita itu.

"Hai kenalin, aku Dira," ucap Dira sembari mengulurkan tanganya.

"Cassandra." Wanita itu menjabat tangan Dira sekilas tanpa menatap wajahnya, jatungnya berdegup kencang. Takut jika sampai Dira mengacaukan hari bahagianya ini.

"Ca-ssandra, kamu Cassandra Amelia kan?" kaget Dira saat menyadari siapa sebenarnya istri Alfian tersebut, mata wanita itu memincing memastikan jika sosok di hadapanya adalah Cassandra yang sama dengan yang ia kenal.

Dahi Alfian mengernyit, lelaki itu menatap Dira dengan wajah bingung karena nampaknya sang sahabat begitu mengenal sosok wanita yang beberapa jam lalu baru saja sah menyangdang status sebagai istrinya.

"Al, kamu kenal wanita ini di mana? Gimana bisa kamu nikah sama perempuan murahan macam dia?" Nada bicara Dira tiba-tiba berubah meninggi, beruntung sudah tak ada tamu lagi selain gadis itu di sana.

"Dira, apa maksud kamu, Nak? Kenapa sepertinya kamu kenal sekali dengan Cassandra? Apa kalian sudah pernah bertemu sebenarnya?" tanya Bu Yuni seraya mengelus punggung Dira dengan lembut.

"Bu, dia ini bukan wanita baik-baik. Dia ini wanita murahan, perusak hubungan orang. Dia sudah menghancurkan kebahagiaan Dira," histeris Dira, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Cassandra yang hanya bisa diam membisu karena takut jika ia ikut bicara, maka semuanya akan semakin runyam.

"Dira, aku kenal Cassandra ini dari facebook beberapa bulan lalu. Tapi aku tahu banget kalau dia ini wanita baik-baik, nggak seperti yang kamu ucapkan barusan," kesal Alfian mendengar sahabatnya berbicara yang tidak-tidak tentang sang istri.

"Terserah kalau kamu nggak percaya sama aku, tapi suatu saat nanti kamu pasti akan menyesal. Bu, maaf Dira harus pergi sekarang." Gadis itu langsung turun dari pelaminan dan meninggalkan kediaman Alfian begitu saja.

Tangis Cassandra pecah setelah kepergian Dira, Air mata menganak sungai dari netra indahnya. Bu Yuni dan Alfian segera membawa wanita itu masuk ke dalam rumah untuk mendapatkan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi antara Cassandra dan Dira.

"Cassandra, ada apa sebenarnya, Nak? Kenapa Dira seolah sangat membencimu? Apa kamu ada masalah sama dia?" tanya Bu Yuni dengan lembut, tangan wanita paruh baya itu terulur membelai lembut punggung sang menantu.

"Iya Cassandra, ayo jelaskan ada apa sebenarnya. Aku sudah lama mengenal Dira, dia tak mungkin membenci seseorang tanpa sebab," desak Alfian tak sabar untuk segera mendengar penjelasan dari sang istri.

Perlahan Cassandra mengangkat kepalanya, menatap suami dan ibu mertuanya secara bergantian. Air mata masih belum berhenti mengalir dari kedua netra gadis itu.

"Iya aku mengenal Dira, dan dia membenciku karena sebuah kesalahpahaman. Dira mengira aku sudah merebut Dion darinya. Padahal Dion sendiri yang menggodaku meskipun aku selalu menolak lelaki itu," jelas Cassandra diselingi isak tangis.

"Jadi kamu yang menyebabkan Dira dan Dion putus, padahal rencananya sebentar lagi Dion akan melamar Dira?" Mata Alfian memincing manatap wajah sendu sang istri.

"Aku sudah menolak Dion, Mas. Karena aku tahu kalau dia punya kekasih dan aku juga nggak tahu kenapa Dion tetap mutusin Dira meskipun aku udah nolak dia." Air mata kian deras mengalir dari netra Cassandra, Alfian segera merengkuh wanitanya ke dalam pelukan untuk memberi ketenangan.

"Berarti semua ini hanya salah paham, dan Cassandra di sini nggak salah. Jadi nggak usah dipikirin, lebih baik sekarang kalian istirahat saja ya. Nanti kita kumpul untuk makan malam, Ibu juga capek sekali," ujar Bu Yuni bijaksana, Alfian mengangguk dan membawa Cassandra masuk ke dalam kamarnya. Beryntung pernikahan mereka hanya dilakukan secara sederhana dan saudara-saudara Bu Yuni juga langsung pulang karena jarak rumah mereka memang cukup dekat.

Setibanya di kamar, Alfian langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Membiarkan Cassandra yang masih sibuk membersihkan make up yang menempel di wajahnya. Beberapa menit kemudian Alfian keluar hanya dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Wajah Cassandra seketika bersemu merah melihat pemandangan itu. Buru-buru wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain dan masuk ke dalam kamar mandi. Alfian hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah istrinya yang polos itu.

Sembari menunggu Cassandra selesai membersihkan diri, Alfian memilih merebahkan diri di ranjang sembari memainkan game online di gawai miliknya. Lima belas menit kemudian pintu kamar mandi terbuka, aroma harum menguar di indera penciuman Alfian. Mata lelaki itu tak berkedip karena terpanah melihat penampilan sang istri yang hanya mengenakan lingerie hitam berbahan satin. Alfian menepuk sisi ranjang sebelahnya agar sang istri ikut merebahkan diri di sana.

Dengan malu-malu, Cassandra membaringkan diri di samping sang suami. Alfian begitu terpesona melihat kecantikan sang istri, jemari tanganya membelai lembut pipi Cassandra yang telah merona karena tatapan Alfian.

"Masih ada beberapa jam sebelum makan malam, boleh kalau aku ingin minta hakku sekarang?" bisik Alfian lembut di telinga sang istri, hangat hembusan napasnya begitu terasa di leher Cassandra hingga membuat bulu kuduknya meremang. Wanita itu mengangguk kecil mengiyakan permintaan sang suami.

Perlahan, Alfian mengecup mesra bibir ranum berwarna pink alami milik Cassandra. Entah siapa yang memulai terlebih dahulu. Kini pakaian mereka telah jatuh bertebaran di lantai. Jejak kemerahan telah terukir indah di leher jenjang dan dada putih milik Cassandra. Mata wanita itu berubah menjadi sayu terbakar gairah, seolah meminta Alfian untuk segera menuju ke inti permainan.

"Boleh aku lakukan sekarang?" Lagi-lagi Alfian meminta persetujuan yang langsung mendapat sebuah anggukan dari sang istri.

"Ini akan sedikit sakit, tapi aku janji akan melakukannya selembut mungkin," lirih Alfian memulai penyatuan mereka.

Mata Alfian melotot kala merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga selama ini.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Irma.N

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku