Rahasia Tersembunyi Dalam Pernikahan

Rahasia Tersembunyi Dalam Pernikahan

Dael Donnelly

Modern | 1  Bab/Hari
5.0
Komentar
19.3K
Penayangan
136
Bab

Jika hasrat bagaikan sebilah pedang, pertemuan mereka sudah membuatnya terluka dalam keheningan. Dia menjalani hidup yang penuh dengan bahaya dan kenikmatan-tak pernah menyangka adanya seorang wanita yang bisa membuatnya lengah.

Bab 1 Mari Kita Bercerai

Larut malam, Rose Warhani berbaring di tempat tidur, napasnya cepat dan pipinya merah.

Suaminya, Yosan Santo, baru saja keluar minum-minum saat menghadiri beberapa pertemuan bisnis dan pulang ke rumah dalam suasana hati yang luar biasa ceria. Dia sangat bersemangat dan melakukannya lima kali dalam satu malam, membuatnya benar-benar kewalahan.

Pada ronde keempat, semua kondom sudah habis digunakan.

Pada ronde terakhir, Yosan memeluknya erat dengan mata merah Segala sesuatu di antara mereka berubah menjadi kabur karena panas dan kekacauan.

Memang enak kalau dia menuruti kemauannya tanpa menahan diri, tetapi Rose sendiri yang menanggung konsekuensinya.

Pada usia dua puluh delapan, Yosan berada di puncak hidupnya-sukses dalam bisnis dan memiliki kebutuhan biologis yang kuat.

Selama tiga tahun pernikahan mereka, dia selalu berhati-hati dalam menggunakan alat kontrasepsi.

Awalnya, Rose tidak pernah berpikir untuk hamil dan memiliki anak, tetapi selama enam bulan terakhir, ada sesuatu yang berubah. Dia mendapati dirinya sangat mendambakan kelahiran bayi bersama Yosan.

Yosan tidak hanya memiliki paras yang tampan dan tiada duanya, dia juga tahu persis apa yang harus dilakukan di ranjang. Dan sesekali, dia membisikkan kata-kata yang lembut dan manis, cukup untuk meluluhkannya.

Setahun yang lalu, Rose menyadari perasaannya terhadap Yosan telah berubah. Dari ketidakpedulian dan tidak merasakan apa pun menjadi rasa suka.

Lebih tepatnya, dia telah jatuh cinta padanya.

Namun, Yosan hanya memperlakukannya dengan hangat di ranjang. Ketika mereka tidak melakukan hal yang intim, pria itu bersikap dingin dan menjaga jarak seperti biasanya.

"Jangan lupa minum pil kontrasepsi," ucap Yosan dengan suara datar, menyadarkannya dari lamunannya. "Akan merepotkan jika kamu sampai hamil."

Rose hanya mengiakan dengan singkat, merasa patah semangat.

Dia tahu bahwa dirinya sedang datang bulan akhir-akhir ini, tetapi karena dia telah meminum alkohol, bahkan jika dia hamil, dia tidak akan bisa mempertahankan bayinya.

Namun, kata-kata Yosan masih menyakiti hatinya.

Yosan mengenakan piamanya dan berjalan ke kamar mandi.

Rose tidak mengalihkan tatapan sampai sosok tinggi pria itu benar-benar hilang dari pandangannya.

Tepat pada saat ini, dering ponsel tiba-tiba memecah kesunyian di ruangan itu.

Rose mengambil ponsel Yosan dan melihatnya. Nama "Rina" muncul di layar.

Rina Antoso, sekretaris Yosan, adalah seorang wanita yang tutur katanya lembut dan anggun dalam gerak-geriknya. Jangankan pria, bahkan wanita pun suka mendengarnya berbicara.

Kabarnya, Rina telah meninggalkan pekerjaan bergaji tinggi di Kota Kuno enam tahun lalu hanya untuk bekerja di dekat Yosan. Di depan umum, mereka berdua adalah atasan dan bawahan, tetapi sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih.

Tiba-tiba, tangan Yosan terulur dan merampas ponsel dari tangan Rose.

"Rina," sapanya dengan hangat di telepon, suaranya penuh kasih sayang dan kegembiraan.

Rose lagi-lagi merasa ada beberapa tusukan, tepat ke jantungnya.

Ketika Yosan berbicara dengannya di telepon, pria itu hanya membicarakan hal-hal yang penting saja, nada bicaranya kaku dan tanpa kehangatan, tidak pernah selembut ini.

"Yosan, ada yang seseorang yang menindasku. Cepat datang dan tolong aku. Aku ada di Zero Club ...." Yosan tidak menjauh darinya saat dia menjawab panggilan, dan teriakan minta tolong Rina sampai ke telinga Rose dengan jelas.

"Aku akan segera tiba di sana," ucap Yosan dengan cepat. "Aku akan meminta seorang teman yang berlokasi dekat Zero Club untuk pergi dan membantumu terlebih dahulu. Temukan tempat yang aman dan kunci pintu. Apakah kamu sudah menelepon polisi ...?" Wajahnya berubah serius saat dia melangkah ke ruang ganti.

Rose duduk di sana, gemetar karena marah. Dia bahkan tidak repot-repot memakai sepatu sebelum mengikutinya masuk.

Hanya sebulan yang lalu, saat melakukan syuting di luar ruangan di pinggiran utara bersama kru TV-nya, mobil van yang mereka tumpangi keluar jalur dan terbalik ke dalam parit untuk menghindari truk sampah.

Meski tak ada seorang pun yang meninggal, tetapi semuanya terluka.

Kakinya terluka dan berdarah parah. Panik dan kesakitan, dia menelepon Yosan.

Namun, Yosan sedang menghadiri acara makan malam saat itu. Meski mendengar isak tangisnya, dia berkata dengan dingin, "Kalau kamu masih bisa menelepon, berarti kecelakaanmu tidak seserius itu." Dia lalu menutup telepon tanpa berpikir dua kali.

Namun sekarang, dia ada di sini-siap untuk bergegas menghampiri Rina saat dia masih mabuk, tanpa ragu-ragu. Apa lagi itu kalau bukan cinta sejati namanya?

Yosan segera berpakaian dan berjalan keluar dari ruang ganti, masih menggumamkan kata-kata menghibur di telepon dengan lembut. Rose tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Rina dengan jelas, tetapi dia bisa mendengar isak tangisnya yang terputus-putus.

Berdiri di depan pintu untuk menghentikan Yosan pergi, Rose menggigit bibir dan berkata, "Kamu terlalu banyak minum. Kamu tidak bisa mengemudi seperti ini."

"Apakah kamu cemburu, atau kamu khawatir padaku, hmm?" tanya Yosan sambil mengangkat dagunya dengan tatapan tajam.

Sorot mata Rose melembut dan dia berkata dengan tegas, "Aku khawatir padamu."

"Aku tidak membutuhkan kekhawatiran palsu itu," ucap Yosan sambil melepaskan wajahnya, suaranya tidak hangat.

Sebelum Rose sempat merespons, dia mendorongnya ke samping, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai.

Lalu, tanpa ragu-ragu, dia berjalan melewatinya dan pergi.

Rose ditinggalkan sendirian di kamar besar itu, yang terasa kosong. Sama seperti tiga tahun pernikahannya.

Perasaan pahit dan sedih menyebar di hatinya, begitu kuatnya hingga seakan-akan memelintir organ di dalam tubuhnya. Sakitnya terasa di mana-mana, tetapi dia bahkan tidak bisa menangis.

Wajahnya pucat sepenuhnya dan matanya memerah karena dia berusaha keras menahan air matanya yang hampir keluar.

Dia tetap di sana, duduk di lantai dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama, sampai kakinya mati rasa. Kemudian, dia akhirnya memaksakan diri untuk berdiri.

Dia tidak ingin kembali ke kamar tidur, jadi dia meringkuk di sofa, memejamkan mata, pikirannya kacau balau.

Tiba-tiba suara ponselnya berdering memecah kesunyian.

Nada tajam itu menariknya kembali ke kenyataan. Karena mengira Yosan-lah yang meneleponnya, dia segera bangkit dan bergegas dari ruang tamu ke kamar tidur, menjawab panggilan itu tanpa berpikir dua kali.

"Rose! Suamimu yang brengsek itu baru saja membuat keributan besar di Zero Club demi Rina! Dia memecahkan botol bir di atas kepala seorang pria, darah berceceran di mana-mana. Itu gila!"

Sahabat Rose, Putri Haryanto, sedang menelepon, suaranya penuh desakan.

Rose sedikit kesulitan bernapas, tetapi mencoba berpura-pura tenang dan bergumam, "Oh."

Dia tidak terkejut. Mengingat betapa pedulinya Yosan terhadap Rina, dia tidak akan terkejut bahkan jika pria itu membunuh seseorang.

Zero Club bukan sembarang klub, klub itu adalah klub swasta paling elit di Kota Jingga. Tempat itu merupakan tempat di mana Yosan dan beberapa temannya sering pergi untuk mencari hiburan.

Putri melanjutkan, "Seorang pria mabuk memojokkan Rina di dekat kamar mandi dan mencoba melecehkannya. Salah satu saksi mengatakan ada bekas ciuman di dadanya dan celana dalamnya telah diturunkan. Syukurlah Rina punya akal untuk mengunci diri di kamar kecil wanita sebelum keadaan menjadi lebih buruk ...."

Rose tidak mendengar sisa perkataan Putri, pikirannya melayang ke tempat lain. Akhirnya, Putri mengakhiri panggilan.

Panggilan telepon Putri telah menghapus seluruh rasa kantuknya, membuatnya menggenggam ponsel erat-erat hingga buku-buku jarinya memucat.

Bagaimana mungkin dia tidak marah mengenai hal ini?

Dia memaksakan diri untuk tetap tenang selama panggilan itu, berpegang teguh pada harga diri terakhir yang dimilikinya.

Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menggulir ponselnya, tetapi berita tentang perkelahian Yosan di Zero Club sudah menyebar di Internet.

Cerita-cerita tersebut menggambarkan Yosan sebagai seorang kekasih yang penuh gairah, seorang pria yang bersedia mempertaruhkan nyawanya demi wanita yang dicintainya, menggambarkannya sebagai sosok romantis yang berani dan mendominasi.

Semakin banyak Rose membaca, semakin marah dia jadinya. Dia tidak tahan lagi, jadi dia menyimpan ponselnya dan mematikan lampu tidur.

Dikelilingi oleh kegelapan, dia merasakan pikirannya menjadi lebih tajam.

Selama tiga tahun pernikahan mereka, Yosan belum pernah sekali pun mengumumkan hubungan mereka ke publik. Sebaliknya, dia menjalin hubungan asmara dengan beberapa wanita di klub tersebut. Rina, yang yakin akan sikap pilih kasihnya, selalu menggunakannya untuk memprovokasinya.

Pada saat ini, dia mendapati dirinya mempertanyakan pernikahannya dengan Yosan, pernikahan yang sudah membusuk dari dalam ke luar.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya. Dia melihat ponselnya sekilas, waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Yosan kembali, tetapi dia tidak kembali ke kamar tidur mereka. Dia langsung masuk ke ruang kerja.

Rose turun dari tempat tidur, mengambil napas dalam-dalam sebelum berjalan menuju ruang kerja dan mengetuk pintu.

Tidak ada Jawaban.

Dia mengetuk lagi, kali ini memutar gagang pintu untuk membuka dan masuk.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk?" Suara Yosan tajam, ekspresinya langsung menjadi gelap karena interupsi yang tiba-tiba itu.

Rose ragu sejenak. Kemudian, dia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menatapnya. "Mari kita bercerai."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Rahasia Tersembunyi Dalam Pernikahan
1

Bab 1 Mari Kita Bercerai

04/07/2025

2

Bab 2 Ternyata Kamu Masih Tahu Aku Istri Yosan

04/07/2025

3

Bab 3 Sudah Diputuskan

04/07/2025

4

Bab 4 Aku Berhak Tahu

04/07/2025

5

Bab 5 Mendapatkan Laporan Palsu

04/07/2025

6

Bab 6 Lebih Seperti Kutukan

04/07/2025

7

Bab 7 Aku Sudah Punya Pacar

04/07/2025

8

Bab 8 Kamu Sudah Keterlaluan

04/07/2025

9

Bab 9 Aku Akan Memanggil Polisi

04/07/2025

10

Bab 10 Mari Kita Selesaikan Perceraian Secepatnya

04/07/2025

11

Bab 11 Gugatan

04/07/2025

12

Bab 12 Kamu Adalah Seorang Pembohong

04/07/2025

13

Bab 13 Merayunya

04/07/2025

14

Bab 14 Serahkan pada Takdir

04/07/2025

15

Bab 15 Kebohongan Besar

04/07/2025

16

Bab 16 Segera Hamil

04/07/2025

17

Bab 17 Kapan Kamu Akan Melepaskan Masalah Ini

04/07/2025

18

Bab 18 Apakah Kamu Lagi-Lagi Lupa Siapa Dirimu

04/07/2025

19

Bab 19 Tunggu Sampai Bayinya Lahir

04/07/2025

20

Bab 20 Bertemu Pria Itu Lagi

04/07/2025

21

Bab 21 Obat Ini Dapat Menyebabkan Keguguran

04/07/2025

22

Bab 22 Dia Akan Mendapat Karma

04/07/2025

23

Bab 23 Dia Harusnya Menjadi Orang Yang Meminta Maaf

04/07/2025

24

Bab 24 Kamu Tidak Pantas Mendapatkannya

04/07/2025

25

Bab 25 Kamu Tidak Punya Hak Untuk Berpendapat Dalam Hal Ini

04/07/2025

26

Bab 26 Seleksi Awal

04/07/2025

27

Bab 27 Semuanya Tidak Berarti Apa-apa

04/07/2025

28

Bab 28 Kecantikan Rose

04/07/2025

29

Bab 29 Tidak Ada Seorangpun Yang Dapat Mengganggu Pernikahanku

04/07/2025

30

Bab 30 Terjebak Dalam Dilema

04/07/2025

31

Bab 31 Jangan Mencampuri Kehidupan Satu Sama Lain

04/07/2025

32

Bab 32 Minta Maaf

04/07/2025

33

Bab 33 Aku Butuh Bantuanmu

04/07/2025

34

Bab 34 Dia Hanya Berpura-pura

04/07/2025

35

Bab 35 Ayo Makan Malam Bersama

04/07/2025

36

Bab 36 Apa yang Kamu Sembunyikan

04/07/2025

37

Bab 37 Keputusasaan

04/07/2025

38

Bab 38 Tidak Ada Kata Menyerah

04/07/2025

39

Bab 39 Bercerai atau Berpisah

05/07/2025

40

Bab 40 Tidak Ingin Menemuinya

06/07/2025