Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rahasia Seorang Mafia

Rahasia Seorang Mafia

Eva Maya Sastri

5.0
Komentar
71
Penayangan
6
Bab

Dimas Tristan Hutama adalah seorang mafia yang memiliki sebuah misi rahasia. Sudah puluhan tahun dia tinggal di negara orang bersama dengan ayah angkatnya. Kini saatnya dia kembali ke negaranya untuk menjalankan sebuah misi Rahasia. Namun ketika dia kembali pemuda tampan itu menemukan kebenaran yang baru tentang ibu kandungnya. Setelah dia kembali dia akhirnya mengetahui bahwa ibu kandungnya tidak bersalah yang ada dalam pikirannya hanyalah sebuah prasangka semata. Sebelum meninggal dunia Ayah angkatnya meninggalkan sebuah hadiah besar untuk dirinya yaitu harta karun berupa permata yang melimpah yang bersembunyi di bawah rumah susun itu. Itulah misi rahasianya yaitu mengeluarkan semua harta karun tersebut tanpa ada satu orang pun yang mengetahuinya. Namun dalam menjalankan semua rencana itu dia memiliki kendala. Apakah Tristan mampu menjalankan semua misi itu?

Bab 1 Peringatan Terakhir

Suara jam kuno ber denting begitu keras membangunkan semua orang yang tertidur pulas. Seorang pemuda tampan terbangun dari tidurnya berjalan melakukan aktivitasnya sehari-hari. Dia mempersiapkan diri dengan mengenakan pakaian resmi yaitu setelan jas berwarna hitam membuat penampilannya terlihat sangat maskulin. Pemuda tampan itu mengambil sebuah jam tangan mahal lalu mengenakan nya. Penampilannya semakin mempesona.

Penampilannya begitu sempurna bukan hanya ketampanan wajahnya yang menjadi perhatian semua orang tetapi kecerdasan dan kemampuannya juga selalu memukau membuat orang tak bisa mengalihkan pandangan dari dirinya. Begitu banyak wanita yang berusaha mendekatinya tetapi dia masih bersikap dingin kepada semua orang yang berusaha untuk mencari perhatiannya.

Dengan gagah dia menuruni tangga satu persatu. Dengan gagah dia menuruni tangga apartemen di mana dia tinggal selama ini. Sebuah mobil mewah sudah menunggu di depan apartemen mewah itu. Seorang dengan pakaian serba hitam membukakan pintu mobil kemudian mempersilahkan pria tersebut untuk masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu mobil dengan sempurna. Pria dengan pakaian hitam berjalan memutar membuka pintu kemudi lalu duduk di dalamnya. Mereka pun berangkat menjauh dari kota besar yang padat dan juga sibuk. Mobil mewah terus berjalan menelusuri jalanan menuju sebuah pedesaan. Hamparan kebun kopi terlihat begitu luas dan membentang di antara sisi kanan dan kiri jalan yang mereka lalui. Jalanan ber tikungan dan juga berbelok menjadi medan perjalanan yang mereka lewati. Mereka menuju bukit yang tinggi di atas gunung terdapat sebuah vila mewah yang menawarkan gemerlap kekaguman. Di atas gunung terdapat sebuah vila istimewa yang tinggal sendirian dikelilingi kebon kopi yang membentang luas memberikan pemandangan sejuk dan juga menyegarkan.

Seorang pemuda tampan duduk di dalam mobil memandang laptop yang ada di tangannya melihat sesuatu dengan serius di sana. Tiba-tiba sebuah senyuman menghiasi wajah yang pemuda tampan setelah itu dia menutup laptopnya lalu melirik keluar jendela saat sebuah helikopter tampak terbang mengelilingi kebun kopi luas itu.

Perjalanan masih terus berlanjut sang sopir pribadi berhenti di depan gerbang besar yang menjulang sang sopir menurunkan kaca jendela memperlihatkan wajahnya pada beberapa petugas keamanan yang berdiri tegak memegang senjata di depan pintu gerbang. Tak ada suara yang terdengar di antara mereka hanya sebuah isyarat menunjukkan seorang pemuda tampan yang sedang duduk santai di dalam mobil mewah itu. Namun saat melihat siapa yang datang bertamu ke villa istimewa yang ada di puncak gunung mereka pun segera membuka pintu gerbang tanpa bertanya lebih lanjut. Mobil kembali melanjutkan perjalanan memasuki area villa yang begitu istimewa dan juga menakjubkan. Mobil berhenti di tempat yang paling nyaman kemudian sang sopir turun membukakan pintu mobil untuk majikan yang duduk di bangku penumpang bagian belakang.

Pemuda tampan itu turun dari dalam mobil mewah nya berdiri tegak mengedarkan pandangan memasang kancing jas yang sengaja ia lepas sebelumnya berjalan menaiki tangga dan duduk di balkon lantai dua di mana seorang pria paruh baya sedang menunggu nya.

"Bagaimana kabar Anda?" sapaan pertama terlontar dari lisan Tristan. Namun sapaan itu diabaikan begitu saja. Pria paruh baya tersebut sibuk menikmati makanan yang ada di hadapannya.

"Lihat, siapa yang datang berkunjung di pagi-pagi buta? Apakah kamu lupa bahwa ayah kamu baru saja meninggal dunia? Aku tidak percaya kamu masih punya waktu untuk datang berkunjung ke rumahku." sambutan yang diberikan oleh pria paruh baya itu tidak menyenangkan hatinya. Senyuman sinis menghiasi wajah tampan Tristan, dia kembali membuka kancing jas yang iya kenakan kemudian duduk tanpa dipersilahkan.

"Justru itu, aku datang hanya ingin menawarkan satu kebaikan terakhir yang disampaikan oleh almarhum ayahku. Apakah semua ini terlalu berlebihan. Sebelum aku menyelesaikan pekerjaanku, bagaimana aku bisa menemui ayahku. Kamu tahu itu bukan?" pria baru baya itu menghentikan makannya. Dia mengambil air minum dan menyeruputnya nikmat lalu membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di antara mulutnya.

"Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Aku sudah mengatakan kepadamu bukan bahwa aku tidak akan mau menandatangani kontrak itu. Aku tahu aku memang pernah berhutang budi kepada kalian namun semua itu adalah masa lalu lagipula pria itu sudah mati dan dia tidak akan pernah menagih semua hutangnya lagi. Pergi dari sini karena aku tak mau melihat wajahmu lagi."

Pria paruh baya itu berkata begitu kasar kepada Tristan. Dia berdiri dan menunjuk ke arah sang pemuda tampan. Sikapnya begitu tidak sopan membuat Tristan mencoba menahan emosinya. Tristan menarik secarik kertas yang berupa kontrak kerjasama yang seharusnya ditandatangani oleh pria paruh baya tersebut karena janji yang pernah diucapkan oleh dirinya saat ayah Tristan telah berusaha membantunya. Namun ternyata pria baru baya itu menghianati kepercayaan ayahnya dengan begitu kejam bahkan di saat ayahnya menghembuskan nafas terakhir.

Tristan memasukkan kontrak kerjasama kembali ke dalam tasnya sambil tersenyum miris melihat sikap manusia yang begitu serakah pada keadaan yang ada di sekitarnya. Keserakahan memang terkadang membutakan mata manusia. Tristan berdiri dan bangkit dari tempat duduknya menatap tajam ke arah pria paruh baya yang ada di hadapannya.

"Aku yakin dan percaya bahwa anda akan menyesali semua ini!" ucap Tristan pelan tetapi sangat tegas. Membuat beberapa orang yang yang berada di sekitar sang pria paruh baya mencoba menghadang sang pemuda tampan. Namun tidak berapa lama Tristan segera meninggalkan tempat itu. Tristan segera menjauh dari pria paruh baya itu.

"Dasar anak muda jaman sekarang. Mereka memang tak pernah diajarkan sopan santun karena itu mereka begitu angkuh di hadapan orang yang lebih tua daripada mereka. Aku bersumpah akan memberikan hukuman kepada pria seperti dia!" pria baru baya itu menumpahkan amarahnya. Dia merasa tidak senang dengan semua kata-kata yang diucapkan oleh pemuda tampan itu kepada dirinya. Dia sama sekali tidak suka dengan semua sikap yang ditunjukkan oleh nya.

Namun konsentrasi dan fokus pria baru baya itu berubah pada suara helikopter yang masih mengelilingi perkebunan kopi miliknya. Dia memperhatikan helikopter tersebut.

"Apakah hari ini saatnya pestisida?" tanyanya kemudian kepada para anggota dan anak buahnya. Namun ketika dia bertanya helikopter itu melintas tepat di atas kepalanya hingga helikopter menjatuhkan sesuatu di tangan sang pria paruh baya. Pria paruh baya itu menyadari sesuatu dia mencoba merasakan aroma yang mulai terasa melalui indra penciuman nya. Kedua matanya terbuka lebar saat di yang menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.

Tristan berjalan merogoh saku mengambil korek api yang tersimpan di sana. Dalam senyuman dia menyalakan nya dan melemparkan nya begitu saja.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Eva Maya Sastri

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku