Rahasia Seorang Ibu

Rahasia Seorang Ibu

Unni Nanni

5.0
Komentar
517
Penayangan
14
Bab

Terkadang, seorang ibu menyimpang kesedihan lewat senyumnya. Dia tidak berani membicarakannya dengan anak-anaknya, takut melukai hati anaknya. Ibu, bukan hanya sekedar ibu rumah tangga, ibu yang mengasuh seorang anak, ibu yang bisa dinilai baik buruknya. Tetapi, arti seorang ibu sangat luas dan menyimpang banyak rahasia yang sengaja di sembunyikan. Rahasia Seorang Ibu season 1: Yuna, salah satu anak dari Rani Ramadhani yang berasal dari keluarga sederhana. Yuna berpikir, ibunya mempunyai kehidupan yang baik. Bahkan tidak pernah terlintas benak di hati Yuna, ibunya selama ini menderita dan berusaha menyembunyikan dari dirinya. Siapa sangka, kematian ibunya yang mendadak dan buku harian yang di tulis ibunya membuat Yuna mengetahui rahasia mendalam sang ibu. Rahasia apa yang Yuna ketahui? Jangan lupa beri like dan komentar.

Bab 1 Rahasia Pertama Terungkap

"Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Dua orang anak kecil menangis terpaku di depan meja belajarnya. Saat ini, mereka berdua tengah menatap foto seorang ibu yang di pajang di dinding. Tidak lama, seseorang datang sambil mengusap lembut rambut dua orang anak kecil itu.

"Dek, ibu baik-baik saja. Kita hanya perlu mendoakannya." ucap anak gadis yang berusia 25 tahun itu. Matanya berlinang melihat foto wajah sang ibu.

Di tambah, kedua adik kembar menangis karena mengingat ibunya, membuat hati sang reporter ternama itu hancur. Disaat titik karirnya mencapai puncak, dirinya malah kehilangan seorang ibu yang sangat berarti dalam hidupnya. Dia terpaksa mengambil cuti beberapa hari untuk menemani adik-adiknya di rumah.

"Sebaiknya malam ini tidur lebih awal. Besok kakak akan bawa kalian jalan-jalan. Mau beli es krim yang besarkan?" goda Yuna sambil mencubit pipi temben sang adik. Saat ini, usia adik kembarnya sudah menginjak angka tujuh. Sedang berada di fase gemes-gemesnya.

"Baik, Kak." ucap mereka kompak. Mereka berdua lalu berjalan ke tempat tidur dan menutup diri dengan selimut. Anak yang penurut sekali. Yuna sampai tersenyum melihat kelakuan adiknya begitu baik.

Setelah menemani sang adik beristirahat, Yuna keluar dan tak sengaja melihat pintu kamar ibunya terbuka. Dia melangkah masuk, menyusuri sudut kamar ibunya dengan tatapan sendu. Nafasnya sesak mengingat wajah ibunya yang selalu tersenyum di depannya.

"Ibu, sebenarnya apa yang terjadi?" ucap Yuna seketika. Reflesh air matanya jatuh mengalir di kedua pipinya secara bersamaan. Hatinya hancur berkeping-keping. Tidak ada sepatah suara selain suara tangisan. Walau dirinya sudah dewasa, rasa sakit kehilangan masih bisa dia rasakan. Bahkan dirinya yang paling merasakan sakit di antara semua orang.

"Ibu.. Ibu.. Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Yuna menyentuh tempat tidur, dimana ibunya sering berbaring. Menyentuh tempat duduk dimana ibunya sering merias wajah. Karena tidak terlalu fokus, Yuna sampai menabrak lemari kecil di dekat meja rias ibunya. Sebuah buku pun terjatuh ke lantai.

"Buku harian." Ucap Yuna yang membaca sampul buku itu.

Yuna berhenti menangis dan berjongkok mengambil buku itu. Wajah sendunya menjadi kebingungan. Selama ini, dirinya tidak sempat memeriksa tulisan ibunya. Bahkan Yuna tidak pernah melihat ibunya menulis di buku. Lalu, tanpa sengaja, Yuna menemukan sebuah buku di kamar ibunya.

"Apa selama ini, ibu selalu mencurahkan isi hatinya ke dalam buku harian ini?" tanya Yuna yang membolak balikkan buku di tangannya.

Rasa penasaran dengan isinya membuat tangan Yuna segera membuka lembaran buku sang ibu. Awalnya, senyum Yuna terpancar melihat tulisan ibunya yang sangat indah, mengalahkan tulisannya sendiri. Namun, ketika dirinya membaca tulisan sang ibu, betapa terkejutnya Yuna. Ibunya yang selama ini selalu tampil dengan senyuman menyambut anaknya, malah mendapat penderitaan terdalam.

Inilah kisah sang ibu yang akan di ungkapkan Yuna satu per satu. Rahasia dibalik senyum ibunya, terbuka perlahan demi perlahan.

Penderitaan pertama yang ditulis ibunya dimulai sejak Yuna belum lahir di dunia ini.

**

**

**

"Aku hamil!" teriak Rani Ramadhani, salah satu siswa kebanggaan sekolahnya. IQ nya hampir mencapai angka sempurna. Bukan hanya itu, dia juga memiliki rupawan yang cantik. Semua siswa laki-laki takjub dengan kecantikan alaminya. Dari sini lah kesalahannya.

Rani pacaran dengan anak berandalan, anak kepala sekolah yang memiliki wajah tampan menawan. Tetapi sikapnya justru berbanding terbalik dengan Rani. Cinta yang sudah membuat Rani buta, menyerahkan apa yang tidak seharusnya dia serahkan pada laki-laki munafik seperti Bram.

"Lalu? kenapa?" tanya Bram sambil tersenyum kecut. Mereka berdua sedang berada di klinik sekolah karena Rani jatuh pingsan saat sedang berolahraga.

"Kau harus tanggung jawab. Aku tidak mau pulang, aku takut mendapat amarah dari orang tuaku!" kata Rani terdengar memohon. Lagi-lagi Bram tertawa terkekeh.

"Tanggung jawab? Kau menyuruhku bertanggung jawab? Memangnya kau siapa? Kau hanya pacar bagiku, bukan calon istriku. Pacar bisa aku ganti dan aku buang jika sudah tidak membutuhkannya." Jelas Bram dengan suara di tekan. Nada suaranya begitu mengancam membuat Rani syok mendengarnya.

"Bram, kau harus tanggung jawab. Kesalahan ini bukan hanya kesalahanku, tetapi kesalahamu juga." bela Rani yang kukuh pendirian.

"Hei, Sang bidadari hatiku. Apa kau tahu, dirimu pacar yang keberapa? Kau berada di urutan 54. Aku masih punya banyak pacar sembunyi di sekolah ini yang mungkin juga mengalami hal sama denganmu. Hamil!" tegas Bram sambil tertawa.

"Apa?"

Rani membuka mulutnya, tidak percaya semua itu. Pacarnya, Bram rupanya bukan orang yang setia. Rani salah menilai selama ini. Dia pikir, Bram adalah anak yang baik meski sikap Bram tidak mengatakan itu. Terkadang, justru anak nakal lah yang paling pemberani dan bertanggung jawab.

"Bram.." Panggil Rani sambil memegang tangan Bram. Dia ingin Bram menjelaskan jika apa yang dikatakannya barusan adalah salah. Bram hanya bercanda, pikir Rani. Tetapi, Bram menghempas tangan Rani, lalu menarik kepala Rani dan berbisik.

"Sejauh ini, aku hanya mempermainkan perempuan saja. Siapa suruh kau kau tergoda dengan wajahku yang tampan. Sekarang kau dapat imbasnya. Jadi, apa yang terjadi padamu, bukan salahku. Semuanya salahmu, kau sendiri yang memberikan barang berhargamu padaku. Walaupun aku memintanya, setidaknya kau bisa menolak jika dirimu benar-benar wanita baik-baik." kata Bram sebelum keluar dari klinik.

Tubuh Rani menjadi lemas, dirinya tidak punya tenaga dan energi. Air matanya jatuh bercucuran, hatinya rusak, begitupun dengan tubuhnya saat ini.

"Bram..." teriak Rani seorang diri.

Sepulang sekolah, anak kebanggaan sekolah itu berjalan pulang ke rumah. Tubuhnya gemetar ketika berdiri tepat di depan rumahnya. Tangannya tidak bisa diangkat memegang gang pintu. Rasa takut, marah, dan sedih, menyatu dalam dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan? Tidak memberitahu siapapun?" ucap Rani yang panik. Keringat dingin bercucuran di dahi dan lehernya. Di tambah, pintu rumahnya di buka sang ibu, sementara dirinya belum siap.

"Ran, tolong bantu ibu ambil jemuran diluar. Ibu lagi memasak di dalam." kata sang ibu dengan senyum manis sebelum berbalik masuk.

Siang ini, langit di tutupi awan hitam. Sebentar lagi, hujan akan turun membasahi apapun yang ada di bawahnya. Hal ini mengingatkan Rani dengan dirinya. Dia sama seperti itu.

"Ran! Cepat ambil!" teriak sang ibu dari dalam. Rani adalah anak kedua dari keluarga sederhana. Semua kebutuhan hidup keluarganya serba cukup. Ayahnya bekerja kantoran dengan gaji yang tidak seberapa. Sementara ibunya tukang jahit di rumah. Itupun, ibunya tidak punya pelanggan menentu. Ya, semua di tentukan oleh rezeki masing-masing.

Rani memilih tidak memberitahu ibunya dan menyembunyikan kehamilannya dari keluarganya. Cukup dirinya yang tahu dan hanya dirinya yang boleh menderita.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku