Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bab 1.
Jangan pernah berpikir kalau wanita baik-baik itu tak mungkin selingkuh. Aku tak tahu lagi cara membalas sakit hati pada Mas Haris. Dia makin berubah. Lebih memikirkan diri sendiri daripada kepentingan keluarga.
"Kamu dari mana, kenapa baru pulang jam segini?" tanya Mas Haris.
"Loh, kok kamu sudah pulang, Mas, katanya lembur di tempat jaga?" aku balik tanya.
"Aku gak jadi menggantikan teman, dia gak jadi off," jawabnya ketus.
"Kata mereka kamu pergi ke rumah teman, ada urusan apa?" tanya Mas Haris sambil menunjuk anakku Raka dan Radit.
"Aku ngantar barang ke rumah si Rani. Dia janji mau ambil ke rumah tapi udah tiga hari gak datang juga," jelasku.
"Bulan depan aku gak bisa kasi kamu uang karena mau bayar cicilan motor sekalian servis juga," ucapnya ketus.
"Apahh, gila kamu, Mas! Mana cukup untung jualan onlineku untuk bayar spp anak yang tiga orang ini!" teriakku.
"Halahh, dikumpulin aja dulu! Masih ada waktu dua minggu lagi," sahutnya santai.
"Enggak bisa, kamu harus kasi seperti biasa!" cecarku.
"Uang dari mana lagi, gajiku aja sudah banyak potongannya karena sakit," jawabnya.
"Mas, untung jualan onlineku gak seberapa! Setiap hari sudah aku pakai untuk jajan sekolah anak dan tambah biaya dapur," jelasku dengan harapan dia mengerti.
"Masak gak cukup sih? Berarti kamu itu yang tak pandai menghemat uang," tuduhnya.
"Uang yang mana mau dihemat, Mas? Kamu kasi uang setiap bulan itu kurang loo untuk bayar spp dan kebutuhan dapur. Makanya aku nyambi berjualan online untuk menutupi kekurangan itu!" ulangku sekali lagi.
"Kalau mau uang banyak, ya cari sendirilah!" jawabnya sambil melengos masuk ke kamar.
Seperti inilah rumah tanggaku sekarang, setiap hari ribut masalah uang. Belum lagi Mas Haris yang cemburu melihat aku pegang ponsel. Dia mengira aku sedang chatingan dengan lelaki.
Sudah jelas aku berjualan online, setiap saat pasti mengecek isi ponsel, siapa tahu ada teman yang membeli jualanku, mulai dari baju gamis, hijab, kosmetik dan barang lainnya yang aku posting.
*****
Perkenalkan namaku Nikita, seorang Ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Terdiri dari satu orang wanita dan dua orang lelaki. Aku nyambi berjualan online mulai dari baju gamis, hijab, sepatu, tas serta kosmetik. Hasilnya lumayan, bisa menutupi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan suamiku, Mas Haris seorang sekuriti di sebuah pabrik rokok. Penghasilannya yang pas-pasan itu memaksanya mencari pekerjaan sampingan menjadi driver ojol.
Akan tetapi Mas Haris lebih mementingkan kebutuhan dirinya. Penghasilannya habis untuk membayar cicilan motor serta membeli rokok. Belum lagi kebiasaannya yang gemar berjudi memasang angka lewat online.
"Niki, kamu bantu dong untuk bekerja agar kebutuhan kita terpenuhi. Soalnya Mas udah pusing membayar cicilan motor setiap bulan," jelasnya sambil memohon.
"Gaji kamu kan udah naik, Mas, kenapa selalu bilangnya tak cukup?" tanyaku heran.
"Sudahlah jangan atur gaji suami, lebih baik kamu bekerja cari tambahan!" perintahnya.
Untung ada seorang temanku yang bernama Jeni. Ia bersedia meminjamkan modal untuk berjualan online. Setiap hari aku mulai memposting barang dagangan. Hingga tiga bulan lamanya, aku berhasil membayar hutang padanya.
"Jeni, kita ketemuan ditempat biasa ya!" ajakku.
"Tumben, ada hal serius ya?" tanya Jeni heran.
"Udah, gak usah banyak tanya, setengah jam lagi aku sampai di sana," jawabku.
Kami sering bertemu di cafe dekat rumahku. Kalau sudah bertemu dengannya, hatiku langsung plong karena hanya dia yang tahu permasalahan rumah tangga yang kualami.
"Jen, aku ngajak kamu ke sini karena ingin bayar hutang!" ucapku sambil menyerahkan uang ke tangannya.
"Wahh, hebat kamu Niki. Baru tiga bulan sudah berhasil punya modal sendiri," puji Jeni sambil mengacungkan jempolnya.
"Alhamdulillah, rejeki anak-anak. Oh iya, aku mau tanya sesuatu ke kamu," ucapku ragu.
"Tanya apaan, tampaknya serius banget nih," ejeknya.
"Itu di postingan kamu ada seorang cowok yang dikelilingi banyak wanita termasuk kamu, famous banget kelihatannya ya?" selidikku.
"Ohh, itu namanya si Wira, bekerja di kantor depelover perumahan," jawabnya santai.
"Itu teman sekolah kamu, ya?" tanyaku lagi.
"Ha-haa bukann, dia itu keponakan suamiku," jelas si Jeni.