Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sandiwara Pernikahan

Sandiwara Pernikahan

Tusya Ryma

5.0
Komentar
37.4K
Penayangan
64
Bab

WARNING!!! 21+ Karena menikahi wanita yang bernama Nadine, Elvano dipandang sebelah mata oleh kakek istrinya. Dia dianggap tidak pantas menikahi cucu dari keluarga Wijaya karena miskin, tidak punya rumah, pekerjaan, dan juga kendaraan. Hanya mengandalkan wajah tampan campuran Indonesia-Prancis saja, itu sama sekali tidaklah penting. "Lalu, pria seperti apa yang pantas menjadi menantu Anda?" tanya Elvano pada Tuan Dandi—kakek Nadine—yang sekarang sudah resmi menjadi mertuanya. Tuan Dandi menjawab dengan santai, "Pria yang mampu membeli semua Hotel Chandra milik mendiang ayahnya Nadine. Pria seperti itulah yang pantas menjadi menantu di rumah ini!" "Baik, jika itu yang Anda inginkan! Jangan menyesal jika saya bisa melakukanya!" Simak cerita selengkapnya, hanya di "Sandiwara Pernikahan". Cover by Nia_design Follow IG @rymatusya

Bab 1 Wanita Pembawa Sial

Malam hari, di hotel bintang lima yang ada di Kota Jakarta, seorang pria tampan berdarah campuran Indonesia-Prancis baru saja masuk ke dalam kamar hotel di lantai tiga. Setelah masuk ke dalam kamar, pria itu membuka semua pakaiannya dan melemparnya ke lantai. Ia tidak sabar ingin segera berendam air hangat dan ingin membersihkan diri dari keringat yang sudah menempel di tubuhnya.

Setelah semua pakaiannya dilepas, handuk putih pun sudah terpasang sempurna di pinggang kecilnya, Elvano bergegas pergi menuju pintu kamar mandi.

Baru beberapa langkah Elvano berjalan, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang cukup keras dari pintu kamar. Ketukan itu semakin lama semakin keras, juga terdengar tidak sabar membuat Elvano segera menghentikan langkah.

"Oh … shit!" umpatnya dengan kesal ketika suara ketukan itu kembali terdengar. "Siapa yang berani menggangguku?"

Elvano menggaruk kepalanya kasar sambil berbicara, "Apa di hotel ini tidak ada privasi untuk tamu?"

Tidak lama, ketukan pintu itu berubah menjadi sebuah gedoran yang semakin keras. Itu membuat Elvano tidak nyaman.

"Apa orang di negara ini tidak tahu sopan santun? Mengetuk pintu kamar orang semalam ini, untuk apa?"

Beberapa jam yang lalu, Elvano baru tiba di Indonesia, tidak mungkin ada orang yang mencarinya ke kamar hotel. Petugas hotel pun tidak mungkin, karena ia sama sekali tidak memanggil petugas hotel untuk datang kemari.

"Lalu siapa?"

Dengan sedikit kesal, Elvano berjalan menuju pintu keluar. Ketika pintu baru terbuka sedikit, tiba-tiba seorang wanita menerobos masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan dirinya yang berada di samping pintu.

Wanita itu terlihat panik, menatap kiri dan kanan seolah sedang mencari sesuatu.

Melihat ada tirai gorden yang tinggi dan lebar, wanita itu segera bersembunyi di balik tirai tersebut.

"Hey, apa yang kau lakukan? Apa kau sedang bermain petak umpet?" tanya Elvano sambil berjalan menghampiri wanita itu.

Ketika tirai dibuka, Elvano melihat seorang wanita cantik mengenakan mini dress berwarna hitam sedang bersembunyi di sana dengan tubuh yang membungkuk ke arah kaca. Wanita itu terlihat panik juga terkejut ketika melihat Elvano.

"Sedang apa kau di sini? Apa kau seorang pencuri?" tanya Elvano sambil menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Walau wanita ini terlihat sangat cantik dan menawan, namun dia tidak tahu sopan santun. Masuk ke dalam kamar orang sembarangan. Itu membuat Elvano merasa muak.

Bulu mata wanita itu terlihat bergetar menatap Elvano yang tidak memakai pakaian. Hanya ada handuk putih melingkar di pinggang kecilnya yang menutupi bagian pinggul hingga ke lutut. Otot-otot di dada dan perut sangat terpampang jelas di hadapan wanita itu.

"Eh, kau ... menyingkirlah dari hadapanku! Biarkan aku bersembunyi di sini, sebentar!" sergah wanita itu sambil memalingkan muka ke samping kanan, tidak lagi menatap tubuh polos Elvano.

Elvano melihat kepanikan dari sorot mata wanita itu. Bukannya menyingkir, Elvano malah semakin mendekat. Tangannya terulur ke samping hingga menyentuh kaca jendela kamar. Menunduk, menatap wanita itu dengan senyum kecil di bibirnya.

"Hah ... menyingkir? Apa kau tidak salah bicara? Yang seharusnya menying ... emhhh—"

Ucapan Elvano seketika terhenti karena wanita itu segera merangkul lehernya dan membungkam mulut Elvano dengan satu tangan. Dia melarang Elvano untuk berbicara, juga menahannya untuk tidak bergerak.

"Ssttt!"

Wanita itu menajamkan telinga.

Terdengar suara derap langkah kaki dan suara ribut dari depan pintu kamar.

"Aish, sial! Tadi aku melihat Nadine berlari ke arah sini."

"Coba kalian cari lagi. Aku yakin, dia masih belum pergi jauh!"

"Apa mungkin Nadine masuk ke dalam kamar ini?"

Percakapan antara orang-orang itu sangat jelas terdengar. Tidak samar, tapi sangat jelas terdengar, seolah tidak ada tembok penghalang di antara mereka.

"Apa orang-orang itu sedang mencarimu?" tanya Elvano setelah dirinya menarik tangan wanita itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Elvano, wanita itu malah balik bertanya dengan suara yang sangat pelan, "Apa kau tidak menutup pintu kamarmu?"

"Hem???"

Elvano hanya mengangkat sudut bibirnya tidak peduli. "Untuk apa aku menutup pintu kamarku ketika ada orang asing menerobos masuk?"

Belum sempat wanita itu berbicara lagi, terdengar suara ketukan pintu diiringi suara seseorang dari pintu kamar.

"Permisi! Maaf mengganggu! Apa ada orang di sini?"

"Diam!" cegah wanita itu—melarang Elvano untuk beranjak pergi.

"Maaf, kami lancang. Apa di sini ada orang?" tanya orang yang ada di depan pintu lagi sambil menatap sekeliling kamar yang nampak sepi.

Satu orang mendorong pintu, dan dua orang yang lain masuk ke dalam kamar.

Orang itu masih bertanya sambil berjalan masuk, "Permisi! Apa ada seseorang di sini?"

Ingin rasanya Elvano pergi menghampiri orang-orang yang sudah masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi, juga ingin mengusir mereka pergi. Namun, wanita ini masih menahan Elvano dengan merangkul lehernya, membuat Elvano sulit untuk bergerak.

"Lepaskan!" ucap Elvano pada wanita itu dengan mengeratkan gigi dan menahan kekesalannya. Namun wanita itu sama sekali tidak mendengar.

Ketika suara mereka terdengar semakin dekat, wanita itu semakin panik dan juga salah tingkah. Dia menarik leher Elvano dan mendekatkan wajahnya hingga wajah mereka menempel satu sama lain.

"Itu di sana!" Terdengar suara teriakan diiringi suara tirai yang ditarik sangat kuat.

Seketika tirai terbuka. Terlihat sebuah adegan antara pria dan wanita yang amat sangat tidak enak untuk dilihat. Ketiga orang itu cukup terkejut saat melihatnya.

"Na-Nadine!" panggil salah satu pria itu.

Nadine segera melepaskan kedua tangannya dari leher Elvano, kakinya melangkah ke samping untuk menjaga jarak dengan sang pemilik kamar tersebut ketika pria-pria itu berhasil menemukannya.

"Faran!" balas Nadine sambil melihat ke arah pria yang tadi memanggilnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Faran yang masih terkejut dengan adegan mereka barusan.

"Apa dia menyakitimu?" Faran menunjuk Elvano dengan tatapan permusuhan. Ia semakin tidak suka ketika melihat pria di depannya ini tidak berpakaian, hanya memakai handuk di pinggang.

Pemandangan ini sungguh tidak nyaman.

"Ti-tidak!" jawab Nadine dengan segera.

Pasalnya, tadi, Nadine hanya ingin bersembunyi di balik tubuh besar Elvano. Ingin melakukan adegan mesra seperti di film-film agar orang-orang itu tidak mengenalinya dan mereka segera pergi.

Bukannya pergi, Faran malah menyadari itu dan memanggil nama Nadine.

'Sungguh sial!'

"Apa dramanya sudah selesai?" tanya Elvano yang dituduh menyakiti wanita itu.

"Sekarang, kalian semua boleh pergi dari kamar ini!" Elvano tidak mau kalah. Ia mengangkat tangan sambil menunjuk ke arah pintu keluar, mengusir mereka semua untuk pergi, termasuk Nadine.

"Cepat, pergilah!" sergah Elvano dengan keras.

Ia sudah muak dengan orang-orang yang tidak tahu sopan santun seperti mereka.

Mereka semua masuk ke dalam kamarnya dan membuat keributan di sini. Dan wanita itu … berani mempermalukan harga diri Elvano sebagai seorang pria dengan memeluknya dan membuat orang lain salah paham.

'Menjijikan!'

Jika tampang wanita itu tidak menyedihkan seperti sekarang ini, sudah dihajarnya hingga jera.

Faran tidak mendengar ucapan Elvano. Ia malah berkata pada rekannya, "Panggil polisi kemari. Katakan, ada pria asing yang menyembunyikan seorang wanita di kamar hotel. Cepat!"

"Baik, Tuan!"

"What the fuck?" umpat Elvano dengan kesal. "Siapa yang menyembunyikan wanita? Dia sendiri yang datang ke kamarku tanpa izin. Bahkan, dia sendiri yang berbuat tidak senonoh terhadapku! Sekarang, kau malah menuduhku menyembunyikan wanita di kamar? Ini sungguh gila!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Tusya Ryma

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku